Descripción: Técnicas avanzadas de iluminación con ejemplos de miembros de la AFP.
afpDescripción completa
Descripción: AFP compañias de seguro privadas y publicas
SOP AFP Puskesmas Banjaran DTPDeskripsi lengkap
SOP AFP Puskesmas Banjaran DTP
hyrtbsfhdhy
bisaFull description
bisa
kakFull description
PENCARIAN DAN PELACAKAN KASUS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No.Dokumen : 111/UKM/SOP/IV/2017 No Revisi : Tanggal Terbit : 27 April 2017 Halaman
:2 Kepala Puskesmas Bojongsoang
PUSKESMAS BOJONGSOANG drg. Hj. Lita Rosita N NIP. 196110011989012001
1. Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis secara fokal
Pengertian
Tujuan
yang onsetnya akut tanpa penyebab lain yang nyata seperti trauma. Yang ditandai dengan flaccid dan mengenai anak kelompok < 15 tahun termasuk didalamnya Sindrom Guillain-Barre. Guillain- Barre. AFP disebabkan oleh beberapa agen termasuk enterovirus, echovirus, atau adenovirus. 2. Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah Semua anak yang berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak) termasuk Sindroma Guillain Barre dan bukan desebabkan oleh ruda paksa. Umum : 1. Mengidentifikasikan Mengidentifikasikan daerah r isiko tinggi Yang dimaksud dengan daerah resiko tinggi adalah daerah dimana transmisi virus polio liar masih terjadi, kemungkinan besar terjadi atau kemungkinan besar akan terjadi. 2. Memantau kemajuan program eradikasi polio Surveilans AFP akan memberikan informasi kepada para pengambil keputusan untuk melihat keberhasilan program ERAPO 3. Membuktikan Indonesia bebas polio Untuk menyatakan bahwa Indonesia bebas polio ini, harus dapat dibuktikan bahwa : A. Tidak ada lagi transmisi virus polio liar di Indonesia,
B. Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi memenuhi standar kinerja WHO Khusus : 1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di suatu wilayah, 2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah, 3. Mengumpulkan 2 (dua) specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14 hari setelah kelumpuhan, dan dengan tenggang waktu pengumpulan spesimen I dan II ≥ 24 jam,
4. Mengidentifikasikan Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar di suatu wilayah melalui pemeriksaan specimen tinja ( faeces) semua kasus AFP yang ditemukan dalam suatu wilayah tersebut. Kebijakan
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPT No 440/176/SK/UPT/2017 tentang penyelenggaraan kegiatan UKM di Puskesmas Bojongsoang
Referensi
1. Permenkes no 45 tahun 2014 tentang surveilans
Alat dan Bahan Bahan
1. Surat tugas 2. Form penyelidikan
Prosedur
1. Langkah penemuan kasus A. Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 penduduk berusia < 15 tahun melalui : a. Surveilans AFP di rumah sakit b. Surveilans AFP di masyarakat B. Mengumpulkan 2 (dua) specimen dari setiap kasus AFP dengan tenggang ≥ 24 jam, seambat-lambatnya 14 hari sejak kelumpuhan C. Melakukan pemeriksaan specimen tinja kasus AFP di laboratorium nasional (PT. BIO FARMA Bandung) D. Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 hari kelumpuhan E. Meibatkan DSA (Dokter Spesialis Anak) dan/atau DSS (Dokter Spesialis Syaraf) dalam : a. Memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal b. Menentukan adanya paralisis residual, serta menentukan diagnosa pada saat kunjungan ulang 60 hari. 2. Kriteria kasus Dalam Surveilans AFP (SAFP), diagnosa pasti polio dapat ditegakkan berdasarkan kriteria : A. Klasifikasi-Klinis Digunakan pada tahap awal implementasi surveilans AFP dimana surveilans AFP pada umumnya berjalan dengan baik B. Klasifikasi-virologis Digunakan apabila surveilans AFP sudah memenuhi kriteria : 1) AFP rate : 1 per 100.000 pada penduduk usia < 15 tahun 2) Specimen yang adekuat dari kasus AFP ≥ 60% 3. Sampel (specimen) Specimen disebut adekuat bila memenuhi kriteria berikut : A. Dua specimen dikumpulkan dalam tenggang waktu ≥ 24 jam, dan diambil ≤ 14 hari setelah terjadinya kelumpuhan B. Specimen tiba di laboratorium dalam kondisi baik, yaitu : 1) Beratnya ≥ 8 gram 2) Tidak dalam keadaan kering 3) Suhu dalam kontainer pengiriman 0° - 8°C berdasarkan indikator temperatur atau masih ada ice pack yang beku dalam specimen carrier 4) Tidak terdapat kebocoran pada pot tinja 5) Disertai formulir pengiriman specimen yang telah diisi lengkap