PENENTUAN PENDERITA YANG DAPAT DAPAT DIRAWAT DI ICU ANAK ANAK No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian Tujuan Tujuan Kebi Kebija jaka kan n
: Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU Anak : Memberik Memberikan an batasan batasan penderita penderita yang akan mendapat mendapat pelayana pelayanan n di ICU Anak : Pend Pender erit ita a dala dalam m kead keadaa aan n akut akut,, krit kritis is dan masi masih h dala dalam m kead keadaa aan n dapa dapatt ditolong (reversible dan recoverable)
PROSEDUR I. IND INDIKA IKASI UMUM 1. Semua Semua penderita penderita yang yang membutuhkan membutuhkan bantuan bantuan pernafasa pernafasan n mekanik mekanik atau alat bantuan bantuan khusus lainnya. 2. Semua Semua penderita penderita yang yang membutuhka membutuhkan n monitorin monitoring g secara cermat cermat dan dan ketat. II. II. INDI INDIKA KASI SI KHU KHUSU SUS S 1. Kelai Kelainan nan pad pada a salura saluran n perna pernapas pasan an : Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis, dirawat di ICU Anak apabila : dengan pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju ke arah terjadinya kegagalan pernafasan. 2. Kelai Kelainan nan pada pada sistem sistem kardi kardiova ovasku skule lerr : Syok Syok hipov hipovole olemik mik,, kardi kardioge ogeni nik, k, septik septik.. Syok Syok hipovo hipovolem lemik ik dan dan septik septik yang yang tidak tidak menunj menunjukk ukkan an respon respon yang yang baik baik terhad terhadap ap pengob pengobata atan n klasik klasik atau atau didap didapatk atkan an komplikasi menuju ke arah kegagalan pernafasan. Setiap syok kardiogenik / syok septik septik maupun maupun penyebab penyebabnya nya,, untuk pengawasan pengawasan EKG ( BED SIDE ) / pemantauan ketat hemodinamik. hemodinamik. 3. Keracunan KasusKasus-kas kasus us kerac keracun unan an makana makanan, n, obatobat-oba obatan tan,, zat kimia kimia yang yang memerl memerluka ukan n pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan nafas mekanik dan syok. 4. Penderita Penderita pasca pasca bedah bedah mayor mayor yang membutu membutuhkan hkan ventil ventilator. ator. III. PRIORITAS PRIORITAS INDIKA INDIKASI SI RAWAT RAWAT ICU Anak Anak Mengingat Mengingat terbatasnya tempat / tenaga / sarana, maka .prioritas indikasi rawat ICU Anak : −
Syok kardiogenik apapun sebabnya
−
Syok septik dengan komplikasiny komplikasinya a
−
Kegagalan pernafasan apapun sebabnya
Unit Terkait : IGD, HCU Anak, ICU Anak, SMF lain RSUD Kota Kupang
Unit Terkait : IGD, HCU Anak, ICU Anak, SMF lain RSUD Kota Kupang
TATA CARA JAGA ICU ANAK / NICU No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian Tujuan Kebijakan
: Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU Anak / NICU : Supaya pelayanan pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU Anak / NICU dapat berjalan baik : Dokter jaga ICU Anak / NICU melaksanan tugas sesuai dengan prosedur
PROSEDUR 1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter ICU Anak ke dokter jaga sesuai sesuai konsultan jaga kelas kelas 1 dan kelas kelas 2, dengan aturan : Senin - Kamis 14.00 Jumat 11.00 Sabtu 12.30 Minggu/ Hari libur pagi : 08.00 Malam : 20.00
2. Atasi kegawatan kegawatan → Lakukan program → Konsul Anestesi atau sub bagian lain yang terkait. 3. Menul Menulis is lapo laporan ran jaga jaga di di MR MR 4 4. Menyerahkan Menyerahkan pasien pasien dengan dengan segala permasalahannya permasalahannya ke ke dokter dokter jaga jaga berikutnya berikutnya
Unit Terkait : Dokter jaga ICU Anak di RSUD Kota Kupang
PENYEDIAAN PENYEDIAAN OBAT DAN PERALATAN PERALATAN KEGAWATAN KEGAWATAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian Tujuan Kebijakan
: Obat-obat emergensi dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU Anak / NICU / IGD : Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat : Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU Anak / NICU / IGD harus tersedia
PROSEDUR I. PERALATAN A. Alat pembebas jalan napas 1. AMBU Bag : lengkap 2. Masker / sungkup muka : semua ukuran lengkap 3. Laringoskop dan Blade (prematur, bayi, anak) 4. Pipa ET lengkap (No. 2,5 s/d 8) 5. Pipa nasofaringeal lengkap 6. Pipa orofaringeal lengkap 7. Pipa trakheostomi lengkap (No. 5 s/d 8) 8. Masker (non dan rebreathing), 0,2 kanul, T piece 9. Head box 10. Kateter pengisap B. Alat transfusi dan infus 1. Infusion pump 2. Syringe pump 3. Infus set / transfusi set / extension tube 4. I.v catheter (No. 24, 22, 20, 18) 5. Three way stopcock 6. Umbilikal catheter C. Monitor 1. Bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif 2. EKG 3. Respirasi 4. Temperatur D. Lain-lain 1. NGT (feeding tube)
2. Spuit 3. Catheter urin
PENYEDIAAN OBAT DAN PERALATAN KEGAWATAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
E. Obat-Obatan 1. Adrenalin 2. Aminophylin 3. Atropin sulfas 4. Calcium cholide 10% calcium glukonas 10% 5. Dexametason 6. Diazepam 7. Dilantin 8. Digoxin 9. Diphenhidramin 10. Dopamin 11. Dobutamin 12. Dextrose 40% 13. Furosemid 14. Heparin 15. Klonidin inj 16. Lidocain 17. Manitol 18. Midazolam 19. Morfin 20. Naloxone 21. Natrium bikarbonat 22. Phenytoin 23. Phenobarbital F. Cairan-Cairan A. Cairan kristaloid Cairan yang mengandung molekul elektrolit 1. Sodium Chloride (NaCl 0,9%) 2. Ringer laktat 3. Maintenance : D 5% dengan elektrolit NaCl dan KCl B. Cairan koloid Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan transfusi 1. HAES steril 6%, HAES steril 10% 2. Expafusin 3. Albumin 2,5%, 10% Unit Terkait : IGD, ICU Anak, SMF lain SMF lain RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian Tujuan Kebijakan
: Keadaan pasca paparan diatas kemampuan tubuh anak untuk mengkompensasi perubahan yang membahayakan jiwa. : Sebagai panduan dalam penilaian dan penanganan trauma pada anak : Penilaian dan penanganan trauma pada anak berdasarkan prioritas untuk menghindari kematian dan menghentikan proses kegawatan.
PROSEDUR No.
Langkah-Langkah
Pelaksana
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien
Dokter, Perawat
2.
Survey pertama (A, B, C)
1. Airway / Jalan napas : •
Buka / bebaskan jalan napas.
•
Bersihkan lendir bila perlu.
•
Jaga jalan napas tetap terbuka.
2. Breathing / Usaha napas : -
Lakukan penilaian terhadap efektivitas pernapasan Berikan oksigen bila perlu Bila napas spontan, jaga agar jalan napas tetap terbuka Bila terjadi distres respirasi atau penurunan kesadaran, lakukan intubasi dilanjutkan dengan pemantauan ventilasi.
3. Circulation / Sirkulasi : a. b. c. d. e. f.
Lakukan penilaian terhadap perfusi Bila terjadi henti jantung, lakukan resutasi kardiopulmoner Tentukan ada tidaknya syok Kenali dan kendalikan pendarahan besar Lakukan bebat tekan pada pendarahan eksternal Identifikasi lokasi pendarahan seperti rongga dada, abdomen dan rongga peritoneal g. Pasang akses intravena.
o o
o
Bila perlu pasang dua jalur intravena. Ambil sampel darah. Bila perfusi sistemik tidak adekuat, berikan cairan isotonik RL 20 cc/kgBB, ulang bila perlu.
4. Bila keadaan penderita stabil, lakukan imobilisasi leher dada (bila tersedia stiff cervical collar). Lakukan imobilisasi terhadap tulang belakang terutama vertebra servikal. 5. Pertahankan suhu tubuh dengan lampu penghangat atau selimut. Bila terjadi hipotermia, hangatkan cairan intravena atau darah sebelum diberikan.
3.
Survey kedua 6. Lepaskan pakaian dan lakukan survei kedua 7. Pasang NGT, untuk penderita distress respirasi dan penurunan kesadaran (Kontraindikasi penderita dengan trauma, trauma kraniofacial atau fraktur dasar tengkorak) 8. Evaluasi dan bebat luka terbuka 9. Ambil spesimen darah yang diperlukan (BGA, studi koagulassi) 10. Lakukan tes diagnostik yang diperlukan (X foto dada, CT Scan)
11. Pasang kateter.
Dihindari pada fraktur pelvis, jejas uretra atau terdapat darah pada orificium uretra.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PENILAIAN PIM (Pediatric Index of Mortality) No. Dokumen Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh
RSUD Kota Kupang
1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian
:
Tujuan Kebijakan
: :
PIM (Pediatric Index of Mortality) untuk menilai prediksi kemungkinan meninggal Menyamakan penilaian PIM (Pediatric Index of Mortality) Penilaian prediksi kemungkinan meninggal dengan PIM
PROSEDUR 1. Tentukan respon pupil terhadap cahaya. Kanan dan kiri > 3 mm, respon ada = 1, tak ada data = 0. Hasil penilaian dikalikan 2,357 2. Jika ada salah satu keadaan berikut ini, nilainya = 1, tidak ada = 0 (1) Cardiac arrest sebelum perawatan (5) kardiomiopati atau miokarditis (6) sindroma hipoplatik jantung kiri (2) Difisiensi imun berat (3) Leukimia/ limfoama setelah induksi (7) infeksi HIV yang pertama (8) IQ < 35 lebih buruk dari Sindrom Down (4) Pendarahan otak (9) penyakit neurodegeneratif Hasil penilaian dikalikan 1,826 3. Tentukan apakah penderita dirawat efektif nilainya = 1, darurat nilainya = 0 Hasil penilaian dikalikan 1,552 4. Mendapat ventilator 1 jam pertama (tidak = 0, ya = 1) Hasil penilaian dikalikan 1,342 5. Tekanan darah sistolik mmHg (tak ada data = 120, ada data dikurangi 120) Hasil pernilaian dikalikan 0,021 6. Base exsess mmol/L (ada data :1, tak ada data = 0) Hasil penilaian dikalikan 0,071 7. Hitung 100 kali Fi02 (abssolut) dibagi paO2 mmHg (bila tidak ada data = 0, ada data=1) Hasil penilaian dikalikan 0,415 8. (1+2+3+4+5+6+7) – 4,873 = PIM logit Prediksi kemungkinan meninggal = e logit/(1+elogit) = 2,7183 Pim logit /(1+2,7183 PIM logit) CARA MENGGUNAKAN KALKULATOR (KARCE KC 117)
1. 2,7183 Yx PIM logit =
X →M
2. 1 + RM = : RM INV RM
=
Unit Terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, IGD, ICU Anak RSUD Kota Kupang
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN (METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengetian Tujuan Kebijakan
:
Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow-Pittsburgh Coma Scale : Menyamakan penilaian tingkat kesadaran anak : Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat
PROSEDUR a. BUKA MATA Spontan Pada perintah Pada rangsangan nyeri Tidak ada
4 3 2 1
b. RESPON MOTORIK TERBAIK Menurut perintah Reaksi setempat Menarik (withdraws) Fleksi abnormal Ekstensi Tidak ada
6 5 4 3 2 1
c. RESPON VERBAL TERBAIK Baik (oriented) Pembicaraan kacau Kata-kata tak tersusun Suara Tidak ada
5 4 3 2 1
d. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA Normal Lambat Respon tak sama Besar tak sama Tidak ada
5 4 3 2 1
e. REFLEK SARAF OTAK TERTENTU Semua ada Reflek bulu mata (-) Reflek kornea (-)
5 4 3
Doll eye (-) Semua reflek kranial (-)
2 1
f. KEJANG Tidak ada Kejang fokal Umum intermiten Umum kontinyu Flaksid
5 4 3 2 1
g. NAPAS SPONTAN Normal Periodik Hiperventilasi sentral Hipoventilasi / ireguler Apnea
5 4 3 2 1
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus, RSUD Kota Kupang
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN (METODE GLASGOW COMA SCALE) No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Tanggal Terbit 1 April 2011
RSUD Kota Kupang
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow-Pittsburgh Coma Scale Tujuan : Menyampaikan penilaian tingkat kesadaran anak Kebijakan : Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat
PROSEDUR Skala Coma Glasgow (4-15 th)
Skala koma anak (< 4 th)
Buka Mata
Spontan Karena suara Karena nyeri Tidak ada
4 3 2 1
Buka Mata
Spontan Reaksi terhada bicara Rekasi terhadap nyeri Tidak ada
4 3 2 1
Motorik
Menurut perintah
6
Motorik
6
Lokalisasi nyeri Menarik karena nyeri Fleksi karena nyeri
5 4 3
Ekstensi karena nyeri
2
Tidak ada (flacid)
1
Spontan atau menurut perintah Lokalisasi nyeri Menarik karena nyeri Fleksi abnormal karena nyeri (postur dekortikasi) Ekstensi abnormal karena nyeri (postur desebarasi) Tidak ada
Terorientasi
5
5
Kacau/ bingung
4
Kata-kata tidak tepat
3
Suara tidak khas
2
Tidak ada
1
Terorientasi, tersenyum mengikuti obyek, interaksi Menangis Interaksi Tidak berhubungan tepat Menangis tidak Interaksi konsisten, menyeberang berhubungan Menangis tidak Interaksi berhubungan, iritabel Tidak ada Tidak ada
Lisan
Lisan
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
5 4 3 2 1
4 3
2 1
KEJANG DEMAM No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian
:
Tujuan Kebijakan
: :
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu berada diatas 380C) perrektal tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Sebagai panduan penanganan kejang demam Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas
PROSEDUR No Langkah-Langkah 1 Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan . medis kepada orangtua / keluarga pasien 2 Kenali gejala dan kejang demam . - Demam suhu diatas 38 0C perrektal, kejang, tidak ada penurunan kesadaran sesudah kejang, frekuensi kejang, lama kejang dan jenis kejang. Tidak ditemukan penurunan kesadaran setelah kejang (tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit, terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Petugas Dokter, Perawat Dokter
Klasifikasi kejang demam : Kejang demam simplek atau sederhana a. Kejang bersifat umum b. Lama kejang kurang dari 10 menit c. Hanya terjadi sekali dalam waktu 24 jam Kejang demam kompleks a. Kejang bersifat umum atau fokal b. Lama kejang lebih dari 10-15 menit c. Kejang berulang dalam waktu 24 jam Pemeriksaan CSS dalam batas normal 3 Pemeriksaan laboratorium dan penunjang . 1. Lumbal pungsi dilakukan pada Anak usia dibawah 1 tahun Dianjurkan pada anak usia 12 bulan – 18 bulan Melihat klinis pada anak usia diatas 18 bulan Anak mengalami kejang demam pertama kali 2. Darah rutin lengkap, urin rutin, konsul THT, dll tergantung indikasi untuk mencari penyebab panas. 3. Pemeriksaan elektrolit
Dokter, Perawat
EEG dan CT scan kepala hanya dilakukan berdasarkan indikasi 4 Pengobatan
Dokter,
Medikamentosa 1. Antipiretik, paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam atau Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 jam 2. Profilaksis terapi untuk mencegah berulangnya kejang Profilaksis intermintten Diberikan selama anak demam, diazepam 0,5 mg/kgBB/hr Profilaksis terus menerus Diberikan pada kejang demam kompleks dengang faktor resiko Lama pemberian 1 tahun. Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hr Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hr 3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari 5 Pemantauan efek samping pemberian obat-obatan .
Perawat
Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Alur penatalaksanaan kejang yang terjadi pada anak Tujuan : Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang Kebijakan : Penanganan segera dan cepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas
PROSEDUR
Diazepam 0,3 -0,5 mg/kgBB (< 2 mg/mnt )
Kejang (+) 5'
Kejang (-) 5' – 20'
Phenitoin 10 mg/kgBB (> 25 mg /mnt )
Kejang (+) 5'
PICU Phenobarbital 15-20 mg /kgBB
Kejang (-) 1 jam
Phenitoin 5 mg /kgBB /hari
Oral Phenitoin mg /kgBB /hari
Kejang (+)
Kejang (-)
Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB
Kejang (+)
10
Piridoksin
Phenobarbital 8-10 mg /kgBB /hari
100 mg 24 jam
Kejang (+)
Drip Diazepam mg/ kgBB /hari
5-7
Phenobarbital 5 mg /kbBB /hari
Kejang (+)
PICU diazepam drip
10-24 mg/kgBB /hari
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian
:
Tujuan Kebijakan
: :
No
Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas Langkah-Langkah
Pelaksana
1 Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk . melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien 2 Pada menit ke 0 . - Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas (kalau perlu intubasi) - Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu) - Monitor EKG dan respirasi - Telusuri riwayat kejang - Periksa status neorologi 1. Inj Diazepam (0,2-0,5 mg/kgBB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg. Jika kejang (+) inj phenitoin 15-20 mg/kgBB IV, jika kejang berlanjut inj phenitoin 10 mg/kgBB 2. Periksa elektrolit, Mg, Ureum, GDS, hitung jenis, analisa gas darah, skreening intoksikasi (bila dicurigai) 3. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan. 4. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IV, jika GDS rendah dan 100 mg tiamin IM atau IV 5. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan 3 Pada menit ke 20-30 . Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu, monitor EEG Drip Diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kg/BB → konsul PICU) + midazolam bolus 0,15 mg/kgBB (drip 1 mcg/kgBB/jam) dapat dinaikan tiap 15 menit sampai 0,75-10 mg/kgBB/mnt 4 Pada menit ke 40-60 jika masih kejang . Mulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-10 mg/kg/jam. Dengan monitor EEG. 5 Evaluasi pengobatan yang diberikan dan atasi penyakit yang mendasari .
Dokter, Perawat Dokter, Perawat
Dokter , Perawat
Dokter, Perawat Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
KEJANG
Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau Berat badan < 10 kg : 5 mg Berat badan > 10 kg : 10 mg
Kejang (+)
Diazepam rektal
10-20 menit
5'
Di rumah sakit, pencairan akses vena Lab : darah tepi, gula darah, natrium, kalsium, magnesium, ureum, kreatinin
Kejang (+) Diazepam iv 0,3 - 0,5 mg/kgBB Kecepatan 0,5 – 1 mg/menit (3 – 5 menit) Hati-hati depresi pernapasan
Kejang (-) Bila disebabkan ensevalitas atau meningitis , ter api rumatan perlu dilanjutkan dengan phenobar bital 8-10 mg/kgBB/hari selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan 4-5 mg/kgBB/ hari sampai resiko untuk kejang berulang tidak ada Bila epilepsi, lanjutka n OAE dengan menaikkan dosis
Kejang (+) Fenitonin bolus iv 10-20 mg/kgBB Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
Status Konvulsivus Kejang (-) Rumatan Fenitoin iv 5-7 mg/kgBB/hari,12 jam kemudian
Kejang (+) Transfer ke ruang perawatan intensif Phenobarbital 5-15 mg/kgBB/ hari bolus iv dilanjutkan dengan dosis 1-6 mg/kgBB/menit drip atau Midazolam 0,2 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,1-0,4 mg/kgBB/jam
Algoritma tata laksana status konvulsivus
KENAIKAN TEKANAN INTRAKRANIAL No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian
:
Tujuan Kebijakan
: :
Peningkatan volume / jumlah tekanan dari struktur-struktur di dalam rongga tengkorak yang terdiri dari otak, darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinal (CSS). Sebagai panduan penanganan kenaikan tekanan intrakranial Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas
PROSEDUR No Langkah-Langkah 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien 2. Kenali gejala, tanda penyakit Sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang, penurunan kesadaran, dilatasi pupil 3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : Pengukuran tekanan intrakranial, USG kepada pada bayi dengan UUB masih terbuka, CT scan kepala, Funduskopi 4. Pengobatan : Tergantung pada penyebabnya : 1. Endema otak a. Endema vasogenik Kortikosteroid Manitol 0,5-1 gr/kgBB/6-8 jam b. Endema sitotoksik Manitol 0,5-1 gr/kgBB/6-8 jam c. Endema interstitial Asetazolamid 25-50 mg/kgBB/hr 2. Hidrosefalus : VP shunting 3. Tumor, pendarahan, SOL a. Konsul bedah syaraf, operatif b. Atasi faktor penyebabnya 5. Pematauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan Cushing s yndrome.
Petugas Dokter, Perawat Dokter, Perawat Dokter, Perawat Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
MENINGITIS BAKTERI No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian
:
Tujuan Kebijakan
: :
Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen. Sebagai panduan penanganan meningitis bakteri Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas
PROSEDUR No 1.
Langkah-Langkah Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Petugas Dokter, Perawat
2.
Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri. - Sering didahului infeksi saluran nafas atau saluran cerna dengan gejala panas, batuk, pilek, diare dan muntah serta nyeri kepala. - Penuruanan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal yang lain, kejang dan nefisit neurologis fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia < 1 tahun.
Dokter, Perawat
3.
Pemeriksaan penunjang : Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. o Lumbal pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan o gram, biakan dan uji resistensi). Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi. o
Dokter, Perawat
4.
Pengobatan Suportif Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoksia otak, cegah dekubitus, keratitis, aspirasi, turunkan tekanan intrakranial yang meningkat. Jika ditemukan endema otak dapat diberikan manitol 0,5-1 gr/kgBB setiap 8 jam dan kortikosteroid.
Dokter, Perawat
Pengobatan Kausatif 1. Pengobatan empirik antibiotik Usia 0-7 hari : Ampisilin 150 mg/kgBB/hari dan Cefotaxime 100 mg/kkBB/hari Ampisilin 150 mg/kgBB/hari dan Gentamisin 5 mg/kkBB/hari Usia 7 hari – 1 bulan : Ampisilin 200 mg/kgBB/hari dan Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari Ampisilin 200 mg/kgBB/hari dan Cefotaxime 150 mg/kgBB/hari Usia 1-3 bulan : Ampisillin 200-400 mg/kgBB/hari dan Cefotaxime 200 mg/kgBB/hari Usia >3 bulan : Cefotaxime 200 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 200 mg/kgBB/hari dan Kloramphenikol 100 mg/kgBB/hari.
2. Terapi antibiotik sesuai kultur LCS. Lama pengobatan 10-14 hari 3. Kortikosteroid : deksametason 0,6 mg/kgBB/hari untuk 2 hari 4. Bedah : jika ditemukan empyema subdural, abses otak, hidrosefalus. 5 Pemantauan efek samping pengobatan . pemeriksaan darah tepi uji fungsi hati uji fungsi ginjal uji pendengaran uji penglihatan.
Dokter, Perawat
Komplikasi penyakit subdural effusion subdural empyema, akses serebri, hidrosefalus.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
MENINGITIS TUBERKULOSA No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan Kebijakan
: :
Meningitis tuberkulosa adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Sebagai panduan penanganan meningitis tuberkulosa Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan mortalitas.
PROSEDUR No Langkah-Langkah 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. 2. Kenali gejala dan tanda meningitis tuberkulosa - Adanya riwayat demam kronis, kejang dan penurunan berat badan - Imunisasi BCG, kontak dengan penderita tuberkulosis dewasa Manifestasi klinis dibagi 3 stadium : 1. Stadium I : predominan gejala gastrointestinal, pasien tanpak apatis atau iritabel, nyeri kepala intermiten. 2. Stadium II : kesadaran somnolen, disorientasi disertai tanda rangsang meningeal, refleks tendon meningkat kelmpuhan nerfus VI, VII, IV, VI dan III 3. Stadium III : pasien koma, pupil terfiksasi, spasme klonik, pernapasan Irregular, hidrosefalus pada dua pertiga kasus dengan lama sakit >3 minggu. 3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang : darah perifer lengkap, gula darah elektrolit, pemeriksaan CSS (sel, protein, glukosa), CT scan kepala, x foto dada, uji Tuberkulin dan EEG. 4. Pengobatan suportif (sama seperti pada meningitis bakteri) Pengobatan kausatif : pemberian obat anti tuberkulosa Sesuai rekomendasi American Academic of Pediatric 1994, dengan pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, dilanjutkan pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan. Dosis obat antituberkulosa adalah sebagai berikut : a. Isoniazid (INH) 5-10 mg/kgBB/hr, max 300 mg/hr b. Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hr, max 600 mg/hr c. Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hr, max 2000 mg/hr d. Ethambutol 15-25 mg/kgBB/hr, max 2500 mg/hr
Petugas Dokter, Perawat Dokter, Perawat
Dokter, Perawat Dokter, Perawat
5.
e. Streptomisin inj 20 mg/kgBB/hr Prednison 1-2 mg/kgBB/hr selama 2-3 minggu kemudian tapp-of Pemantauan efek samping obat dan komplikasi
Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
ENSEFALITIS
No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan Kebijakan
: :
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisma. Penyebab tersering dan terpenting ialah virus. Sebagai panduan penanganan ensefalitis Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan mortalitas.
PROSEDUR
No
Langkah-Langkah
Petugas
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Dokter, Perawat
2.
Kenali gejala dan tanda ensefalitis Adanya panasa, nyeri kepala, kesadaran menurun, kejang Defisit neurologis (paresis, refleks patologis), peningkatan refleks tendon
Dokter, Perawat
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang : Darah rutin lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. Pungsi lumbal, pemeriksaan cairan serebro spinal (sel, protein, glukosa) Pemeriksaan CT scan kepala, EEG jika ada, indikasi
Dokter, Perawat
4.
Pengobatan suportif : seperti pada meningitis bakteri Pengobatan kausatif : tidak ada terapi yang spesifik, jika disebabkan karena virus herpes simpleks dapat diberikan Asiklovir 10 mg/kgBB/tiap 8 jam
Dokter, Perawat
5.
Pemantauan terapi dan komplikasi penyakit
Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
TETANUS
No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian :
Tujuan Kebijakan
: :
Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan mortalitas.
PROSEDUR
No
Langkah-Langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Dokter, Perawat
2.
Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit
Dokter, Perawat
Derajat I (tetanus ringan) - Trimus ringan sampai sedang - Kekakuan umum kaku kuduk, opistotonus, perut papan - Tidak dijumpai disfagia ringan - Tidak dijumpai kejang - Tidak dijumpai gangguan respirasi Derajat II (tetanus sedang) - Trismus sedang - Kekakuan jelas - Dijumpai kejang rangsang
-
tidak ada kejang spontan Takipnea Disfagia ringan
Petugas
Derajat III (tetanus berat) - Trismus berat - Otot spastis, kejang spontan - Takipnea, takikardia - Apneic spell - Disfagia berat - Aktifitas sistem autonom meningkat Derajat IV (tetanus stadium terminal)
-
derajat III ditambah dengan Gangguan otonom berat Hipertensi berat dan takikardi, atau Hipotensi dan bradikardi Hipertensi berat atau hipotensi berat
Penyakit pada tetanus
ganguan ventilasi paru
aspirasi pneumonia
bronkopneumonia
atelektasis
emfisema mediastinal
penumotoraks
sepsis dan
fraktur vertebra.
3.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi Likuor serebrospinalis dan biakan kuman anaerobik
4.
Terapi dasar tetanus anak Dokter, Antibiotik Perawat - Penisillin prokain 50.000 IU/kgBB/kali i.m, tiap 12 jam, atau - Ampisillin 150 mg/kgBB/hari i.v dibagi 4 dosis, atau - Tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis (maksimal 2 gr), atau - Metrodinazol loading dose 15 mg/kgBB/jam, selanjutnya 7,5 mg/kgBB tiap 6 jam, atau - Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis Catatan : Bila ada sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin. Netralisasi toksin - Anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU, setengah dosis diberikan intramuskular dan setegahnya intravena, dilakukan uji kulit terlebih dahulu. - Apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU i.m
Dokter
Anti konvulsi - Diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB/kali intravena tiap 2-4 jam - Dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/kgBB/hari dirawat di ICU - Dosis pemeliharan 8 mg/kgBB/hari oral, dibagi 6-8 dosis Perawatan luka atau port d’entree Dilakukan setelah diberi antitoksin dan anti konvulsi 5.
Terapi suportif - Bebaskan jalan napas - Hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien - Perawatan dengan stimulasi minimal - Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang sonde nasogastrik - Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum - Pemantauan atau monitoring kejang dan tanda penyulit
Dokter, Perawat
6.
Tetanus ringan dan sedang Diberikan pengobatan tetanus dasar
Dokter, Perawat
Tetanus sedang - Terapi dasar tetanus - Perhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang dan aspirasi) - Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral Tetanus berat - Terapi dasar seperti diatas - Perawatan dilakukan di ICU Anak, diperlukan intubasi dan pemakaian ventilator - Balans cairan dimonitor secara adekuat - Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida 0,02 mg/kgBB/kali intravena, diikuti 0,05 mg/kgBB/kali, diberikan tiap 2-3 jam - Apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan b-blocker seperti propanolol dan b-bloker labetalol
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD Kota Kupang
SINDROM GUILLAIN BARRE No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan Kebijakan
: :
Sindroma Gullain Barre merupakan kelainan pada saraf perifer yang berupa Demyelinisasi segmental Sebagai panduan penanganan Sindroma Guillain Barre Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas.
PROSEDUR
No
Langkah-Langkah
Petugas
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Dokter, Perawat
2.
Kenali gejala, tanda penyakit - Riwayat infeksi sebelumnya, terjadi kelumpuhan yang bersifat ascendens dan simetris yang didahului parestesi. Adanya gangguan fungsi otonom. - Ditemukan kelumpuhan tipe LMN, simetris dan ascenderen, refleks fisiologis pada tempat yang lumpuh menurun.
Dokter
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : - Pemeriksaan cairan serebrospinal - Pemeriksaan EMG dan KHS
Dokter, Perawat
4.
Pengobatan : - Imuno Globulin Iv 0,4 gr/kgBB/hari selama 5 hari - Plasmapheresis - Kortikosteroid (kontroversi)
5.
Rawat ICU Anak bila terjadi ancaman gagal napas.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BANTUAN NAPAS BUATAN (VTP) No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan : Kebijakan PROSEDUR
:
Ventilasi tekanan positif digunakan untuk memberikan bantuan pernapasan. Menentukan batas waktu penghentian VTP dan tanggung jawab pelaksaannya. Penentuan batas waktu penghentian VTP berdasarkan prosedur yang dibuat.
Tentukan
RECOVERRABLE
IRECOVERRABLE (berdasar GPCS , GC S, PIM)
BAGGING
BAGGING30 menit
Evaluasi tiap jam
Evaluasi
Dr. PICU/ NIC U Dr. Anestesi Dr. Neur ologi(min 2 orang)
Perbaikan Klinis Laboratoris
Irrecoverrable
Informed consent Lisan / tulisan
Brain death
Dr. PICU/ N ICU Dr. Anestesi Dr. Neur ologi(min 2 or ang)
Pertahankan
(+) Bagging stop
(-) Evaluasi30 me nit
MBO (-)
Evaluasi maks48 jam < 1 th : 24 jam > 1 th : 12 jam b ila evaluasi2x tiap 6 jam sama/ membur uk → MBO ≥ 8 th : 6 jam
MBO(+)
Bagging stop
Yang melakukan baging : Dokter, Perawat, mahasiswa disertakan dalam kasus belajar. Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian :
Tujuan Kebijakan
: :
Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya sehingga fungsi vitalnya rusak irreversibel dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung. Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
PROSEDUR 1. Pada hakekatnya seseorang telang meninggal jika batang otaknya sudah mati. Oleh karena itu penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan hanya melakukan pemeriksaan terhadap fungsi batang otak saja. 2. Untuk mengetahui fungsi batang otak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap : - Respon terhadap sekitar (perintah, rangsangan, gerak, dan sebagainya) - Gerakan otot dan postur dengan catatan bahwa pasien tidak dalam sedang berada di bawah pengaruh obat pelemas otot. - Refleks Pupil dan Refleks Kornea - Respon motorik saraf kranial terhadap rangsangan - Refleks menelan atau batuk jika tuba endotrakeal didorong ke bawah - Refleks vestibulo okuler bila air es dimasukan kedalam telinga - Napas spontan jika respirator dilepas dalam waktu cukup (± 10 menit) sehingga pCO2 melebihi 50 torr 3. Pemeriksaan tersebut pada ayat 2 baru boleh dilakukan paling sedikit 6 jam setelah onset epneu dan koma. 4. Jika hasil dari pemeriksaan tersebut pada ayat 2 negatif maka diagnosis kematian batang otak belum dapat ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan yang ke 2 untuk kepentingan konfirmasi, sehingga karenanya pasien harus tetap dianggap masih hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya. 5. Pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi tersebut diatas baru boleh dilakukan paling cepat 2 jam setelah pemeriksaan pertama. 6. Jika pemeriksaan yang kedua juga menunjukan hasil yang negatif maka diagnosis kematian batang otak dapat ditegakkan dan selanjutnya pasien dinyatakan meninggal serta dibuat surat kematiannya. 7. Pemeriksaan agiografi dan EEG tidak diperlukan tetapi dokter dapat melakukannya jika merasa ragu terhadap hasil pemeriksaan seperti tersebut diatas.
8. Dalam hal pasien meninggal (dinyatakan meninggal) maka segala macam peralatan penunjang kehidupannya harus dicabut kecuali pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver. Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK PENDERITA DI BANGSAL / HCU ANAK / IGD No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian :
Tujuan Kebijakan
: :
Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya sehingga fungsi vitalnya rusak, irreversibel dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung. Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya sebelum dinyatakan meninggal. 2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver. Maka harus dibuat oleh minimal 2 orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi. 3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti. 4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi paling sedikit 10 menit atau dipasang alat / respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik tersebut tidak ada gunanya. 5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukan tanda-tanda berhasil maka segala upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benar-benar meninggal. 6. Jika selama observasi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka pasien tersebut dapat dinyatakan meninggal. 7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter harus dibuatkan surat kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar jenazah. 8. Dalam hal pasien dipasang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk penentuan kematiannya di kemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis yang bersumber pada konsep “brain stem death is death” Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD Kota Kupang
HIPERPIREKSIA
No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan Kebijakan
: :
Hiperpireksia merupakan suatu keadaan emergensi dan perlu segera mendapat terapi agresif untuk menurunkan suhu. Sebagai panduan penanganan Hiperpireksia Penanganan hiperpireksia haruslah secara benar karena penanganan yang tidak tepat akan menyebab kondisi perbutukan pada penderita.
PROSEDUR No Langkah-Langkah 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. 2. Kenali gejala klinis demam : set point hipotalamus normal atau meningkat Set point normal Set point meningkat Suhu ≥ 41,10C Suhu ≥ 41,10C Pengeluaran panas (N) ↓ Klinis : - Badan panas Badan dingin - Piloerekton (-) Piloerekton (+) - Ekstremitas panas Ekstremitas dingin - Keringan >> << - Menggigil (-) (+) 3. Pertahankan/ stabilisasi a. Respirasi : airway (posisi kepala, isap lendir) dan breathing (oksigen nasal – Intubasi) 4.
5. 6. 7.
b. Sirkulasi (infus IV) → tiap kenaikan 10C tambah cairan 12,5 % Turunkan panas a. Set point hipotalamus normal : pengeluaran panas secara fisik - Eksternal / surface direct cooling (kompres dingin), hipoterrmic mattras ) b. Set point hipotalamus meningkat : - Antiperetik - Sedasi - Fasodilatasi kulit (selimut, largaktil, kompres hangat) Atur ventilasi dan suhu ruangan (180C) agar sesuai kondisi pasien Pantau suhu tubuh secara kontinyu Cari penyebab dan obati (laboratorium atas indikasi)
Petugas Dokter, Perawat Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
Perawat Perawat Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak,HCU ANAK, NICU ,HCU Neonatus RSUD Kota Kupang
SEPSIS No. Dokumen Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh
RSUD Kota Kupang
1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan : Kebijakan :
Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab. Sebagai panduan penanganan Sepsis Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas.
PROSEDUR
No
Langkah-Langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien.
Dokter, Perawat
2.
Kenali defenisi, gejala dan tanda sepsis
Dokter, Perawat
SIRS (Systemik Inflammatory Response Syndrome) : Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat (misalnya infeksi, trauma, dan luka bakar), yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriterian sebagai berikut : - Hipertermi (> 38,50C) atau Hipotermi (< 36 0C) - Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam keadaan tidak terdapat stimulasi eksternal, pemakaian obatobatan jangka panjang, atau rangsang nyeri; atau bradikardi : HR < persentil 10 sesuai umur tanpa stimulasi vagal eksternal, pemakaian ß-bloker, atau penyakit jantung bawaan. - Takipneu dengan RR > 2 SD diatas normal sesuai umur atau ventilator mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskuler atau penggunaan anastesi umum. - Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun (yang bukan akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau neutrofil imatur > 10%. (lihat tabel 1) SEPSIS SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab. INFEKSI suatu kecurigaan atau bukti (dengan kultur positif, pengecatan jaringan,
Petugas
atau uji PCR) infeksi disebabkan kuman patogen ATAU sindrom klinis yang berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi. Bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan atau test laboratorium (misalnya sel darah putih pada cairan tubuh yang normal steril, perforasi usus, foto rontgen dada menetap adanya pneumonia, ruam ptekiae atau purpura, atau purpura fulminan). SEPSIS BERAT sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskular atau ARDS atau ≥ 2 disfungsi organ lain. SYOK SEPTIK sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskular (lihat tabel 2) 3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : - Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit - GDS, CRP - Studi koagulasi - Kultur darah berseri - Hapus darah tepi : lekopenia / lekositosis, granula toksik, shif to the left - Urinalisis - Foto thoraks -
Dokter, Perawat
Syok septik → asam laktat, BGA, LFT, elektrolit dan EKG
4 Pengelolaan : . 1. Diagnosis dini 2. Early Goal Directed Therapy (EGDT) Resutasi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obatobatan inotropik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk PICU. 3. Inotropik / Vasopresor / Vasodilatator 4. Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO) 5. Suplemen Oksigen 6. Koreksi Asidosis 7. Terapi Antibiotika 8. Eradikasi Sumber Infeksi 9. Terapi kortikosteroid 10. Anti-inflamasi 11. Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF) 12. Intravenous Immunoglobulin (IVIG) 13. Transfusi Tukar / Hemafiltrasi 14. Terapi suportif a. Profilaksis stress ulcers b. Profilaksis trombosis vena dalam
Dokter, Perawat
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis d. Penatalaksanaan disfungsi organ : paru, saluran cerna, koagulasi, dan renal. Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur dan variabel laboratorium (batas bawah untuk HR, jumlah lekosit, dan tekanan darah sistolik untuk persentil 5 dan batas atas untuk frekuensi jantung, laju napas, atau hitung lekosit untuk persentil 95). Kelompok usia (mmHg)
0 hari – 1 minggu 1 minggu – 1 bulan 1 bulan – 1 tahun 2,5 tahun 6-12 tahun 13 – 18 tahun
Heart rate, x/menit takikardi > 180
> > > > >
180 180 140 130 110
bradikardi < 100
< 100 < 90 Not applicable Not applicable Not applicable
Laju napas x / menit
Σ lekosit (x 103/mm2
Tekanan sistol
> 50
> 34
< 65
> 19,5 atau < 5 > 17,5 atau < 5 > 15,5 atau < 6 > 13,5 atau < 4,5 > 11 atau < 4,5
< 75 < 100 < 94 < 105 < 117
> > > > >
40 34 22 18 14
Tabel 2. Kriteria disfungsi organ. Disfungsi kardovaskuler Meskipun pemberian bolus cairan intravena isotonis ≥ 40 mg/kgBB dalam 1 jam Penurunan tekanan darah (hipotensi) < persentil 5th sesuai usia atau sistolik < 2 SD dibawah normal sesuai usia ATAU •
Membutuhkan obat vasioaktif untuk mencegah tekanan darah rendah dalam tentang normal (dopamin > 5 mg/kg/menit atau dobutamin epineprin, atau norepineprin pada berbagai dosis) •
Dua hari berikut ini : Asidosis metabolik yang dapat dijelaskan : defisit basa > 5,0 mEq/L Meningkatnya laktat arteri > 2 kali batas atas atau normal. Oliguri : urine < 0,5 cc/kgBB/jam Pemanjangan cappilarry refill > 5 detik Beda suhu core dan perifer > 3 0C •
Pernapasan PaO2/FiO2 <300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya ATAU • •
PaCO2 >65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU
•
Dibutuhkan FiO2 >50% untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU
•
Membutuhkan ventilasi mekanik non elektif invasif atau non invasif
Neurologi •
Glasgow Coma Scale ≤ 11
Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS ≥ 3 poin dari keadaan abnormal •
Hematologi Hitung trombosit < 80.000/mm3 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang dicatat dalam 3 hari terakhir (untuk pasien hematologi / onkologi kronik) ATAU •
•
Rasio internasional normal > 2
Ginjal Serum kreatinin ≥ 2 kali batas atas normal sesuai usia atau 2 kali lipat peningkatan dari kreatinin awal. •
Hepar •
Bilirubin total ≥ 4 mg/dl (tidak untuk neonatus) ATAU
•
SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN TERAPI CAIRAN PADA SYOK No. Dokumen
RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit 1 April 2011 STANDAR OPERASIONAL
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan Oleh DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUPANG
PROSEDUR Dr. Marsiana Y. Halek Penata Tingkat I Nip : 19770712 200112 2 003
Pengertian : Tujuan Kebijakan
: :
Syok adalah suatu kumpulan gejala gangguan hemostatik akut akibat bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel Menyamakan pengelolaan terapi cairan pada syok Pengelolaan terapi cairan pada syok dilakukan sesuai algoritme
PROSEDUR
Suspect S Y O K (hipovolemia, hipoperfusi, takikardi)
10 – 30 ml x tal/kg/6 - 10'
Hipotennsif
Normotensif
10-20 ml xtal/kg/10' Pada sepsis : Antibiotika Imunoterapi
Pada anafilaksis : Katekolamin Steroid Antihistamin
Unuri Urine output< 1 ml/kg/jam
10 ml xtal/kg
Urine > 1 ml/kg/jam
Urine < 1 ml/kg/jam
Reevaluasi
10 ml x ta l/kg
10-20 ml xtal/kg
Reevaluasi
Hipotensif, urine < 1 ml/kg/jam
Perbaikan
Reevaluasi
CVP < 10 mmHg
Perbaikan
CVP Cardiac status Chest X-Ray Accokardiografi
10-20 ml x tal/kg
Reevaluasi
Catatan : x tal = kristaloid Unit terkait : Bangsa Anak, HCU Anak, ICU anak, IGD RSUD Kota Kupang
CVP > 10 mmHg
Reduksi afterload Inotropik support Pertimbangan pulmoner