STUDI KASUS Anak dengan Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................ PENGANTAR....................................................... ........................................... .................... i DAFTAR ISI....................................... ISI.............................................................. .............................................. ........................... .... ii BAB I PENDAHULUAN.............................. PENDAHULUAN....... .............................................. .................................... ............. 1 A. Latar Belakang....................................... Belakang.............................................................. ............................ ..... 1 B. Tujuan.................................... Tujuan........................................................... ............................................ ..................... 2 C. Sasaran....................................... Sasaran............................................................... ........................................ ................ 2 D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan....................................... Pelaksanaan......................................... .. 3 E. Sistematika Penulisan Laporan..................................... Laporan........................................... ...... 3 BAB II LANDASAN LANDASAN TEORITIS................................... TEORITIS........................................................ ..................... 4 A. Def inisi dan Tipe-tipe Gangguan Kecemasan..................... Kecemasan................... .. 4 B. Gejala-gejala Gejala- gejala Gangguan Kecemasan Umum....................... Umum....................... 6 C. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan.................. 8 BAB III IDENTIFIKASI KASUS.......................... KASUS................................................. .............................. ....... 10 A. Identitas Anak....................................... Anak.............................................................. ............................. ...... 10 B. Riwayat Anak..................................... Anak............................................................ ................................ ......... 11 BAB IV PELASANAAN BIMBINGAN KONSELING....................... KONSELING....................... 13 A. Diagnostik Kasus.................................... Kasus........................................................... ........................... .... 13 B. Treatment dan Layanan Yang Diberikan............................. Diberikan............................. 13 C. Hasil Treatment dan Layanan..................................... Layanan............................................. ........ 14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................... SARAN............................................... ......... 15 A. Kesimpulan................................ Kesimpulan........................................................ ........................................ ................ 15 B. Saran........................................... Saran.................................................................. ....................................... ................ 16 DAFTAR PUSTAKA................................ PUSTAKA....................................................... ............................................ ..................... 17 1 BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Kecemasan tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, tetapi juga dapat dirasakan pula oleh anak. Pada saat-saat tertentu kecemasan yang merupakan hal yang normal bahkan dapat menolong seseorang terhadap ancaman atau sesuatu yang membahayakan mereka. Misalnya saja berupa reaksi ketakutan terhadap ketinggian,
orang asing, atau sesuatu yang mengancam jiwa. Kecemasan ini sebenarnya bisa dijadikan untuk melindungi melindungi diri dari segala sesuatu sesuatu yang membahayakan. membahayakan. Kecemasan yang dialami anak biasanya berupa reaksi ketakutan akan gelap, lingkungan yang baru atau sesuatu yang baru, keterpisahan dengan orang terdekatnya, juga yang berkaitan dengan tugas sekolah sekolah yang diberikan. diberikan. Fakta yang terjadi bahwa antara 9 sampai 15 persen anak dan remaja di Amerika mengalami gejala kecemasan yang menganggu kegiatan atau rutinitas keseharian mereka. Anak dan remaja yang mengalami kecemasan ini beresiko mengalami underachievement di sekolah yakni ditunjukkan dengan tidak adanya motivasi berprestasi, merasa tidak berharga, dan permasalahan dengan kejiwaan terhadap orang dewasa, terutama berkaitan dengan depressi dan gangguan kecemasan. Ketika strategi pemecahan masalah gagal dilakukan oleh anak ataupun remaja, dan kecemasan yang dialami menjadi cukup berat untuk ditangani maka akan menyebabkan keadaan yang sulit terhadap mereka. Keadaan yang sulit ini 2 akan berpengaruh terhadap rutinitas mereka baik di sekolah, aktivitas sehari-hari, atau hubungan dengan teman-temannya. Yang kemudian dapat dikatakan bahwa anak dan remaja tersebut mengalami masalah kecemasan atau anxiety disorder . Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan ini supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. B.
Tujuan Salah satu tujuan kegiatan bimbingan dan konseling untuk anak ini adalah sebagai pembelajaran bagi kami, mahasiswa yang khususnya tengah mempelajari mata kuliah Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa mendapatkan pembelajaran langsung dari lapangan dengan melakukan praktek secara langsung melakukan bimbingan dan konseling dengan menentukan langkah penanganan yang tepat dengan kondisi anak yang mengalami kesulitan atau permasalahan tersebut. C.
Sasaran Bimbingan konseling yang dilakukan saat ini dikhususkan bagi anak yang mengalami masalah gangguan kecemasan, atau dalam istilah psikologi disebut Anxiety Disorder .
3
D.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan bimbingan dan konseling kali ini, dilakukan di TK Kenanga, yang tepatnya berada di Desa Kertaraharja Kecamatan Panumbangan. Waktu pelaksanaan pada bulan Juni 2009. E.
Sistematika Penulisan Laporan Laporan Studi Kasus ini diawali dengan Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Tempat dan Waktu Pelaksanaan serta dijelaskan mengenai Sistematika Penulisan Laporan untuk mempermudah penjelasan dan alur penulisan laporan. Bab II Landasan Teoritis, yang akan memperkuat dan sebagai landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dan penulisan la pporan. Bab ini membahas mengenai definisi, tipe-tipe, gejala dan faktor-faktor penyebab gangguan kecemasan. Bab III Identifikasi Kasus, yang akan menjelaskan identitas anak dan riwayat perkembangan anak. Bab IV Pelaksanaan Bimbingan Konseling, yang akan memaparkan layanan atau tindakan (treatment) yang dilakukan beserta hasil yang diperoleh dari treatment tersebut. Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan kesimpulan dan saran berkaitan dengan kegiatan yang telah dilakukan. 4 BAB II LANDASAN TEORITIS A.
Definisi dan Tipe-tipe Gangguan Kecemasan Menurut Ismira Dewi, a nxiety disorder atau gangguan kecemasan merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi dan kondisi, termasuk didalamnya adalah ketakutan yang besar terhadap beberapa kondisi, yang kemudian dikenal dengan sebutan gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder (GAD ). Gangguan kecemasan umum ini ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Keadaan ini membuat seseorang akan sulit mengendalikan ketakutan yang muncul saat itu. Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.Kj. menjelaskan bahwa anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong kosong di perut, perut, dada sesak, jantung jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. 5 Di dalam Rangkuman Mata Kuliah PGTK2404 Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus) yang diterbitkan Universitas Terbuka, diuraikan bahwa kecemasan merupakan ketakutan akan hal-hal yang akan dialami di masa depan dan keadaan tersebut mempengaruhi individu dalam berbagai area fungsional. Kecemasan memiliki tiga komponen dasar, yaitu keadaan subjektif, respons tingkah laku, dan respons fisiologis. Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua dan enam tahun. Dalam jumlah tertentu, kecemasan adalah sesuatu yang normal. Kecemasan baru disebut sebagai gangguan jika terdapat pengalaman yang intens, tidak rasional, dan perasaan tidak mampu untuk mengatasi. Terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan, yaitu : 1.
Fobia Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang
ataupun peristiwa tertentu, sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Fobia Spesifik Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb. b. Fobia Sosial Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat 6 ada dalam kerumunan atau tempat umum. Misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah. 2.
Obsesif Kompulsif Obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut. 3.
Post Traumatik-Stress Disorder (Gangguan Stress Pasca Trauma) PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. 4.
Generalized Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan) Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. 5.
Gangguan Panik Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong sesak sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada,
merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman. B.
Gejala-gejala Gangguan Kecemasan Umum Anak dan remaja dengan gangguan kecemasan secara umum atau generalized anxiety disorder (GAD ) sering terbelenggu dalam kekhawatiran terhadap kesuksesan dan kemampuan mereka guna mendapatkan pengakuan dari 7 orang lain. Dalam hal ini anak menerapkan target yang cukup tinggi dalam mengerjakan tugasnya tugasnya agar diperoleh hasil hasil yang sempurna. Pencapaian target tersebut muncul karena adanya perasaan ketakutan yang cukup mendalam, ketakutan akan gagal, ditolak, dihina taupun diejek oleh lingkungannya. Adanya tuntutan yang berlebih ini kurang didukung dengan perasaan dan keadaan dirinya karena mereka memiliki keragu-raguan yang besar dan tidak yakin atas kemampuannya, bahkan mengkritik dirinya dengan dengan menilai kelemahan yang ada dalam dirinya. Selain itu anak juga menunjukkan perilaku yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan. Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa nyaman dengan suatu hobbi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena situasi yang sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan kecemasannya tersebut. Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum atau GAD (generalized anxiety disorder) pada anak-anak : •
Gelisah, gemetar, berkeringat; •
Jantung berdegup kencang, sesak nafas; •
Sering buang air kecil; •
Sulit berkonsentrasi; •
Menangis, marah (tantrum), berdiam diri, ketakutan, tergantung; •
Mudah merasa lelah; •
Pemalu yang berlebihan; •
Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut; 8 •
Menghindari interaksi dengan orang baru, dan merasa menderita dengan lingkungan sosial yang baru. baru. Gangguan kecemasan umum umum pada anak ini biasanya terjadi dan menetap selama enam bulan dan berpengaruh pada perilaku sehari-hari baik di rumah, sekolah, atau dengan teman-temannya. C.
Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan Gangguan cemas mempunyai penyebab multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis kecemasan akibat reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan terjadi pelepasan katekholamine. katekholamine. Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar yang masuk ke alam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang, displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, reaksi formasi, dan undoing dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Sedangkan ketidakberhasilan represi mengakibatkan gangguan gangguan panik. Dari pendekatan sosial, ansietas ansietas dapat
disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Menurut psikolog anak dr. Devita Kusindiati, M.Psi. ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kecemasan antara lain : 1.
Merasa tidak aman, 2.
Orang tua/guru tidak konsisten dalam mendidik atau mengasuh anak sehingga membuat anak bingung dan cemas, 3.
Orangtua yang perfeksionis, 9 4.
Pola asuh asuh permisif (permissiveness), 5.
Banyak dikritik oleh orang tua atau teman sebaya, 6.
Frustasi yang berlebihan. Secara umum bisa disimpulkan bahwa kecemasan timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat. Apakah seseorang akan mengalami anxietas atau tidak dan berapa beratnya, sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor itu ada yang bersumber pada keadaan biologis, kemampuan beradaptasi/mempertahankan diri terhadap lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalamannya, serta adaptasi terhadap rangsangan, situasi atau stressor stressor yang dihadapi. 10 BAB III IDENTIFIKASI KASUS
A.
Identitas Anak a.
Data Anak Nama : Heni Herawati Jenis Kelamin : Perempuan Perempuan TTL : Ciamis, 13 Mei 2004 Anak ke : 2 Agama : Islam Nama Sekolah : TK Kenanga Kertaraharja Kelas : A Alamat : Kertaraharja b.
Data Orangtua Nama Ayah (kandung) : Didin Samsudin TTL : 30 Mei 1971 Agama : Islam Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru Alamat : Kertaraharja Nama Ibu (kandung) : Sari Mulyani TTL : 25 Februari 1975 Agama : Islam 11 Pendidikan : S1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kertaraharja B.
Riwayat Anak a.
Riwayat Kelahiran
Kehamilan Mengalami keguguran sebelumnya ? Tidak Merasa bingung/ sedih/ kesal karena : Tidak Anak tergolong yang diinginkan ? ya/ tidak/ tidak tahu : Ya Kelahiran Umur kandungan kandungan : Cukup Saat kelahiran : Biasa dengan cara : Normal Tempat kelahiran : Di bidan Ditolong oleh : Bidan Berat badan bayi : 2,9 Kg Panjang badan bayi : ……...... b.
Riwayat Makanan Menetek ibu hingga umur : 2 Tahun Minum susu kaleng dari umur : 2 Tahun Hingga umur : sekarang Kualitas makanan : Baik Kuantitas Kuantitas makanan : Cukup Cukup Kesukaran pemberian makanan berupa : ............ c.
Riwayat Perkembangan Fisik Telungkup : ........... bulan; duduk : ........... bulan; berdiri : ........... bulan; berjalan : ........... bulan 12
Berbicara kata-kata pertama : ........... bulan Berbicara dengan kalimat lengkap : ........... bulan Kesulitan dalam berbahasa : ........... Bulan Kesulitan dalam gerak : ........... bulan Riwayat kesehatan : ........... Anak mudah sakit : ........... Pernah dirawat selama: ........... karena sakit : ........... Memiliki penyakit yang sering kambuh: ........... d.
Faktor Sosial dan Personal Hubungan dengan saudara (kandung/ tiri/ angkat) : Baik Hubungan dengan teman : Cukup Hobi : ........... Minat : ........... Aktivitas rekreasi : Bermain Sikap orangtua terhadap anak : Baik Penerimaan dan tanggungjawab : Baik Sikap terhadap masalah belajar : Baik e.
Riwayat Pendidikan Masuk TK umur : 4 tahun Kesulitan / Masalah : Gangguan Kecemasan Bantuan yang pernah diterima anak : Belum Belum Sikap anak terhadap guru guru : Baik Sikap anak terhadap sekolah : Cukup 13 BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KONSELING
A.
Diagnostik Kasus Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa kasus memiliki masalah gangguan kecemasan. Menurut pengakuan orangtuanya selama beberapa bulan terakhir anak memang menunjukkan beberapa tanda-tanda gejala kecemasan seperti menjadi mudah menangis dan marah, mudah merasa lelah, dan menghindari berinteraksi dengan orang-orang yang baru, padahal sebelumnya anak tidak seperti itu. B.
Treatment dan Layanan Yang Diberikan Beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah : •
Menenangkan anak dengan memberi keyakinan pada anak. •
Melatih anak untuk melakukan relaksasi. •
Memandu anak untuk berfikir positif atau sesuatu yang menyenangkan anak. •
Mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya, •
Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapinya. •
Mendorong anak mengekspresikan perasaannya. •
Menyarankan orangtua untuk melakukan konsultasi lebih lanjut kepada psikiater atau dokter anak untuk penanganan penanganan yang lebih memadai. 14 C.
Hasil Treatment dan Layanan Mengatasi anak dengan gangguan kecemasan memerlukan proses yang lama dan membutuhkan kesabaran. Namun demikian dari serangkaian treatment / bimbingan yang diberikan, anak sudah menunjukkan suatu perubahan positif, tingkat kecemasan pada diri anak sudah mulai berkurang. Namun demikian tetap disarankan agar orangtua melakukan konsultasi dengan pihak yang lebih berkompeten seperti dokter anak atau psikiater anak.
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu
berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. abnormal. Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain : Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung berdegup kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering buang air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen Ciri Kognitif 1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut 3. Serasa ingin mati 16 B.
Saran
Hendaknya orangtua dapat lebih peka terhadap keadaan atau perubahan yang sedang dialami oleh anak. Berbicara secara langsung merupakan salah satu cara yang paling efektif dan memiliki pengaruh luas terhadap jiwa anak. Membicarakan mengenai kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan mereka, diharapkan akan sangat membantu meringankan beban yang dialami. Orangtua dapat pula menyampaikan pada mereka bahwa orang lain juga pernah mengalami mengalami hal yang serupa. Disamping itu juga orangtua dapat memberikan dorongan dan semangat dengan menggali potensi atau keahlian dalam diri anak. Sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya dan tidak lagi merasa malu atau minder dengan keadaannya. Melalui berbicara ataupun berinterkasi dengan anak diharapkan nantinya kecemasan yang muncul dapat berkurang bahkan hilang. Gangguan kecemasan umum umum hendaknya ditangani dengan melibatkan bantuan terapis, dokter, pihak sekolah, maupun keluarga. Adanya keterbukaan dan komunikasi baik antara keluarga, sekolah, dan profesional yang lain dapat meningkatkan kualitas hidup pada anak dan remaja yang sedang mengalami kecemasan. 17 DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Rangkuman Mata Kuliah: PGTK2404 Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus) . http://pustaka.ut.ac.id/ Evalina Asnawi Hutagalung, Dr., Sp.KJ. 27 Oktober 2007. Makalah: Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas
. http://www.idijakbar.com/ prosiding/gangguan_anxietas.htm Husnul Mubarak, S.Ked. 28 Desember 2008. Artikel: Gangguan Cemas . http:// cetrione.blogspot.com/2008/12/gangguan-cemas.html Ismira Dewi. 17 Juli 2008. Artikel: Anxiety Disorder: Dapat Dialami Pula oleh Anak dan Remaja . http://www.kabarindonesia.com Josetta Maria Remila Tupattinaja, Dra. 2003. Cemas: Normal Atau Tidak Normal . Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini . Singgih D. Gunarsa, Dra. 1978. Psikologi Anak Bermasalah . Jakarta : BPK Gunung Mulia. Y. Titik Kristiyani, S.Psi. 25 Juni 2008. Artikel: Bermain, Atasi Kecemasan Anak . http://www.kompas.com
Mmmmmmmmmmm
GANGGUAN-GANGGUAN KECEMASAN TIPE-TIPE DAN PENANGANANNYA
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. rasa cemas ini biasanya terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung, dan masih banyak lagi. Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti diatas adalah normal. dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya. Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah
satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya. TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN
Anxiety disorder memiliki bebrapa pembagian yang lebih spesifik. diantaranya: 1. Fobia
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian. Banyak yang minta pertolongan. Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator. Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu: a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb. b.
Fobia
Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akib akibat at adan adanya ya peng pengal alam aman an yang yang traum traumat atik ik bagi bagi indi indivi vidu du pada pada saat saat ada ada dala dalam m kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian
yang
mengancam
dirinya
pada
saat
diluar
rumah.
Penyebab: Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres.
Kecema Kecemasan san:: pindah pindahan an impuls impuls id yang yang ditaku ditakuti ti ke objek/ objek/sit situas uasi, i, yang yang mempun mempunyai yai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kaaak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling. 2. Obsesif Kompulsif
Seperti contoh Kasus dibawah ini: X adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang kuliah disuatu universitas. sudah beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak bisa ia hentikan. kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x dalam satu hari. temantemannya juga heran mengapa ia berperilaku seperti itu. ketika ia berkonsultasi kepada psikolog sekolahnya ia baru tahu apa yang terjadi padanya. psikolog menanyainya apa yang menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan kejadian apa yang sebenarnya ia lakukan.X adalah kakak dari A. saat kecil keduanya pernah bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke lengan adiknya,A. akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat. peristiwa ini membuatnya bersalah dan ia terus menerus memikirkan kesalahannya ini (obsesif), dan tiap kali ia mengingatnya ia akan mencuci tangannya berulang-ulang. (kompulsif). Berdasarkan cerita diatas, kita bisa melihat bahwa obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat. obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih bersih. Perilaku seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah menganggap perilaku ini wajar. 1-3% dari populasi. Dewasa muda, mengikuti kejadian yang penuh stres: kehamilan, kelahiran, konflik keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, keadaan depresi. Penderita obsesif-kompulsif sering menderita depresi.. Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat
keputusan. pasien tidak dapat mengambil kesimpulan. Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang dilakukannya asing. Ada 5 bentuk obsesi: 1.Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik (75% dari pasien). 2.Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian yang akan datang (34% dari pasien). 3.Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%). 4.Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan (26%) 5.Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%). Kompulsi (2 macam). 1.Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali- kali (61%). 2.Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10. Rochman dan Hodgson; dua macam kompulsi: membersihkan dan mengecek. Penyebab: Psikoanalitik: fiksasi masa anal. Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya → rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara menguasai sesuatu. Teori Belajar: Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya. Terapi sama dengan fobia dan GAD. 3. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma) PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD biasnya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih
dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD. Simtom dan diagnosis: Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur. Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, perang, serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku: ramai → pendiam Riwayat psikopatologi pada keluarga memegang peranan Perlakuan Dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari teman-temannya. 4. GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan) Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi. Penyebab: Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari. Impuls itu seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas. Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang r angsang luar.
Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan. Terapi: psikomatis sama dengan fobia. 5. Gangguan Panik Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong\sesak sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman. Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati. Terjadinya: sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit. Dihubungkan dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil. Laki-laki 0,7 %, wanita 1% 4 kali serangan panik dalam 4 minggu, Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan. Serangan panik dapat diikuti agorafobia, 80% penderita panik juga menderita gangguan kccemasan yang lain. Sering juga ada depresi Terdapat dalam keluarga. Sering penyebabnya fisiologis, misalnya gangguan jantung. Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik. PERSPEKTIF-PERSPEKTIF TEORITIS
Pada kategori diagnostic utama psikopatologi secara garis besar di bagi menjadi dua bagian yaitu neurosis dan psikosis. Neurosis merupakan penyakit mental yang belum begitu menghawatirkan karena baru masuk dalam kategori gangguan-gangguan, baik dalam susunan syaraf maupun kelainan prilaku, sikap dan aspek mental lainnya. Dan gangguan kecemasan merupakan psikopatologi yang neurosis. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya prasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan Davison & Neale,2001. Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas, berasal dari lingkungan dan tidak menimbulkan konflik bagi individu sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu. Menurut Davison & Neale,2001 gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas durasi serta
dampaknya bagi individu Berdasarkan sumbernya, freud membedakan kecemasan menjadi dua yaitu kecemasan realitas dan kecemasan neurotic. Kecemasan realitas adalah yang berasal dari kecemasan yang nyata, sedangkan kecemasan neurotic yang berasal dari motif dan konflik yang tidak disadari. Freud berpendapat kecemasan neurotic muncul dari konflik intrapsikis, misalnya yang dijelaskan pada f obia ketika dorongan id (seks & agresi) bertentangan dengan tuntutan super ego atau dapat dikatakan dorongan id berlawanan dengan tuntutan lingkungan eksternal, sehingga untuk menghindari sumber kecemasan internal tersebut ego mengalihkannya ( melakukan displacement) kepada ancaman yang obyeknya bisa diperoleh dari lingkungan. Sebagaimana yang dikutip oleh Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan bahwa fungsi utama dari kecemasan adalah memberi tanda kepada ego bahwa dorongan terlarang yang berasal dari ketidak sadaran akan muncul ke kesadaran. Dan fobia adalah hasil dari upaya untuk menghindar dari konflik yang direpres, dan kecemasan yang timbul dialihkan pada obyek atau situasi yang memiliki hubungan simbolik dengannya (yaitu stimulus yang ditakuti). Sedangkan pada gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder), dalam sudut pandang psikoanalisa bersumber dari konflik tidak sadar antara ego dan impuls i mpuls dari id, yaitu ego yang menahan untuk memenuhi dorongan karena karena khawair dengan hukuman yang diterima. Konflik antara id dan ego ini berlangsung secara terus menerus, dan penderita tidak mampu meindahkannya pada obyek tertentu seperti pada fobia, hal ini menjadikan kecemasan muncul hamper setiap saat. Dalam pandangan Psikodinamika modern sepakat pada pandangan freud tentang gejala kecemasan merupakan pertahanan terhadap konflik, tapi sumber kecemasan tidak terbatas pada dorongan biologis saja melainkan mencakup tuntutan dan frustasi yang berasal dari lingkungan social dan hubungan interpersonal. Misalnya seseorang yang tak berani berbicara didepan umum, sumber masalahnya menurut teori ini adalah berasal dari perasaan rendah dirinya. Orang dengan kepercayaan diri yang rendah akan merasa cemas pada situasi dimana dia bisa dilihat, dinilai atau dikritik orang lain, dan dia akan cenderung menghindari situasi tersebut. Psiko dinamika berasumsi bahwa bahwa gejala kecemasan hanyalah indicator adanya masalah yang lebih mendalam dan tidak disadari. Kemudian pada behaviorisme lebih menekankan pada perilaku maladaptive tersebut, perilaku maladaptive seperti gangguan fobia dapat dijelaskan dengan prinsip belajar,
antara lain: 1.UCS → CS → UCR 2.Modelling Ketakutan yang dipelajari atau didapat dari instruksi verbal/deskripsi dari orang lain. 3.Devisit dalam ketrampilan social Dalam teori ini dikatakan bahwa salah satu yang merupakan penyebab kecemasan adalah kurangnya ketrampilan social. Pada sudut pandang kognitif kecemasan berhubungan dengan kecenderungan untuk lebih memperhatikan stimulus negatif, menginterpretasikan informasi yang ambigu sebagai ancaman dan percaya bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan akan terjadi lagi dimasa mendatang. matthew dan Mc Leod dalam Davison & Neale, 2001. TERAPI GANGGUAN KECEMASAN
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan : 1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tet api yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif. 2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh
sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaa n-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan. 3.Pendekatan-Pendekatan Biologis Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi. 4.Pendekatan-Pendekatan Belajar Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya : a)Pemaparan Gradual Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan: b)Rekonstruksi Pikiran Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita f obia. c)Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri. d)Terapi Kognitif Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhankebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan. e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT) Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik. Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak
terikat pada suatu yang spesifik. Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain: Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung berdegup kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering buang air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen Ciri Kognitif 1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut 3. Serasa ingin mati Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan c onditioning. Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif. Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilainilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu. Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan,
seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan pera saan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada hanya sebagai antidepresan). Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksireaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik, melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan.. DAFTAR PUSTAKA Supratinya,A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo. Panggabean, L. (2003). Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan : 1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tet api yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif. 2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaa n-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan. 3.Pendekatan-Pendekatan Biologis Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga
mempunyai efek antidepresi. 4.Pendekatan-Pendekatan Belajar Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya : a)Pemaparan Gradual Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan: b)Rekonstruksi Pikiran Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita f obia. c)Flooding Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri. d)Terapi Kognitif Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhankebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan
terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan. e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT) Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik. Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut KESIMPULAN Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak terikat pada suatu yang spesifik. Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain: Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung berdegup kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering buang air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen
Ciri Kognitif 1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut 3. Serasa ingin mati Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan c onditioning. Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif. Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilainilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu. Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan, seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan pera saan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada
hanya sebagai antidepresan). Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksireaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik, melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan.