STUDI KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PERTEMUAN 6
DI SUSUN OLEH : Jusmita Melda Astuti Darni Muh Qadri Kurniawan Syafar Muh Sutiadhi Saputra Muh Fajrin Muh Nur Fahmi AR Muhammad Risal Tajuddin Mukharifatul Mukharifatul Jannah Mustifah Prasetyawati
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN KEPERAWATAN 2017
KASUS :
Seorang perempuan 70 tahun dirawat di RS dengan keluhan sesak napas. Pasien mengalami infark miokard berat pada usia 58 tahun, sesak bertambah dalam 2 minggu terakhir. Riwayat infeksi saluran napas, batuk persisten dan edema kedua tungkai sejak 2 min ggu yang lalu. Pasien sesak jika naik tangga, tidur menggunakan tiga bantal. Pasien sering lupa mengkonsumsi obat. Hasil pemeriksaan fisik: pernapasan 36x/menit, murmur sistolik, ronchi halus dikedua lapang paru, ekstremitas dan bibir sianosis, kulit dingin dan diaphoresis. X-ray: hipertropi ventrikel kiri dan kanan, terdapat cairan di lapang paru bagian bawah, Echocardioram: EF 20%. Pasien mendapatkan terapi digoxin 0.25 mg/hari (oral), furosemid 40 mg IV/12 jam, Kalium 40mEq/12 jam (oral), enalapril oral 5 mg/hari, diet natrium 2 gram, oksigen 6 L/menit menggunakan nasal kateter. Timbang BB setiap hari, EKG 12 lead setiap hari, pemeriksaan serum elektrolit dan enzim jantung. Pertanyaan : 1. Jelaskan patofisiologi penyakit jantung dan dyspnea pada pasien tersebut!
Jawaban : Pasien pernah mengalami infark miokard pada usia 58 thun sehingga menimbulkan kerusakan katup jantung yg dpt menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi preload maupun afterload yg menurunkan curah jantung, bila curah jantung menurun maka tubuh akan mengkompensasi mekanisme neurohormonal untuk mengkonpensasi penurunan curah jantung. Dyspnea terjadi akibat penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel, ini akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel, hal ini tentunya akan mningkatkan bendungan darah di paru paru. Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan
alveolus paru, sehingga terjadi edema paru. Edema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru-paru.
2. Menifestasi klinik gagal jantung pada pasien tersebut
jawaban: DS 1. Sesak nafas 2. Batuk DO 1. Pernafasan 30x/mnt 2. Murmur sistolik 3. Ronchi dan bibir sianosis 4. Kulit dingin dan diaphoresis 5. Hiprtropi ventrikel kiri dan kanan 6. Terdapat cairan di lapang paru pada bagian bawah 7. echokardium:EF 20% 8. Foresemid 40 mg IV/12 jam 9. Kalium 40 meq/12 jam 10. Enalapril oral 5 mg/hari
3. Temuan diagnostik yang signifikan pada pasien tersebut adalah
Jawaban : 1) X.Ray : hipertropi ventrikel kiri dan kanan,terdapat cairan di lapang paru bagian bawah.hal ini terjadi di sebabkan adanya bendungan darah di paru-paru yang menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru 2) Echocardiogram :EF 20% artinya pasien mengalami penurunan fungi jantung karna normal EF adalah 50 %.di mana EF merupakan fungsi pompa jantung yang di kaji dengan darah yang masuk ke ventrikel di bandingkan dengan jumlah darah yang berhasil di pompanya.
4. Jelaskan rasional setiap terapi yang diorderkan!
Jawaban : Digoxin adalah salah satu obat yang digunakan dalam penanganan masalah ritme jantung dan
gagal jantung kongestif. Digoxin mengendalikan detak jantung dan meningkatkan kekuatan serta efisiensi jantung sehingga sirkulasi darah menjadi lebih baik. Akibatnya, pembengkakan pada tangan dan pergelangan kaki juga turut reda. Furosemide merupakan obat yang digunakan untuk membuang cairan berl ebih di dalam
tubuh. Cairan berlebih yang menumpuk di dalam tubuh dapat menyebabkan sesak napas, lelah, kaki dan pergelangan kaki membengkak. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan edema dan bisa disebabkan oleh penyakit gagal jantung, penyakit hati dan penyakit ginjal.
enalapril hipertensi; pengobatan gagal jantung simptomatik (tambahan); pencegahan gagal
jantung simtomatik dan pencegahan kejadian iskemia koroner pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.
5. Tuliskan diagnose keperawatan pada kasus tersebut!
Jawaban : - Nyeri b/d jaringan d/d sakit pada dada, sakit pada perut kanan atas,sakit pada otot, tidak tenang, gelisah, tampa meringis, takikkardia -
Ansietas b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress, yang berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggung
-
Perubahan pola tidur b/d sering terbangun sekunder terhadap gangguan pernapasan ( sesak, batuk) d/d letargi, sulit tidur, sesak nafas dan batuk saat tidur
6. Tuliskan intervensi keperawatan pada kasus tersebut!
Jawaban : Nyeri b/d jaringan d/d sakit pada dada, sakit pada perut kanan atas,sakit pada otot, tidak tenang, gelisah, tampa meringis, takikkardia Intervensi: a.
Kaji tanda-tanda vital R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.
Observasi keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal. R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
c.
Gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan tingkat perkembangan pasien dalam mengkaji nyeri pasien R/ untuk memudahkan pasien memahami perkataan perawat dan memudahkan perawat menggali data dari pasien.
d.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukan seperti, distraksi, relaksasi atau kompres hangat/ dingin R/ keberhasilan mengatasi nyeri yang sudah dilakukan dapat di aplikasikan kembali untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita pasien
e.
Berikan posisi yang nyaman untuk pasien R/ posisi yang nyaman dapat membuat pasien melupakan rasa nyerinya
f.
Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas daripada nyeri/ketidaknyamanan dengan melakukan pengalihan melaui televisi, radio atau kunjungan R/ memberikan kegiatan pada pasien akan membantu pasien melupakan rasa nyerinya.
g.
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misal, suhu ruangan, cahaya dan kegaduhan) R/ lingkungan yang tenang akan membantu pasien untuk berelaksasi
h.
Ajarkan teknik manajemen relaksasi dan nafas dalam. R/ Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot
Ansietas b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress, yang berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggung
intervensi:
Kaji tingkat kecemasan pasien baik ringan sampai berat
R: Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman hati
R: Agar klien tidak terlalu memikirkan kondisinya.
Kaji intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
R: Untuk mengetahui cara mana yang paling efektif untuk menurunkan/ mengurangi tingkkat kecemasan
Berikan aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan/ ketegangan.
R/ Bertujuan agar pasien dengan senang hati melakukan aktivitas karena se suai dengan keinginannya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.
Dorong percakapan untuk mengetahui perasaan dan tingkat kecemasan pasien terhadap kondisinya
R/ mempermudah mengetahui tingkat cemas pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
R/ memberikan kesempatan kepada pasien untuk menerima situasi nyata.
Identifikasi sumber / orang yang dekat dengan klien.
R/ memberikan keyakinan pada diri pasien bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah yang dialaminya.
Perubahan pola tidur b/d sering terbangun sekunder terhadap gangguan pernapasan ( sesak, batuk) d/d letargi, sulit tidur, sesak nafas dan batuk saat tidur 1. Pantau keadaan umum pasien dan TTV 2. Kaji Pola Tidur. 3. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama. 4. Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, gangguan eliminasi seperti sering berkemih, gangguan metabolisme, gangguan transportasi, lingkungan yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat). 5. Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan. 6. Ciptakan suasana nyaman, Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur. 7.Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis; setelah 8. 9.
makan).
Minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum tidur. Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene
personal, linen dan baju
tidur yang bersih). 10.
Gunakan alat bantu tidur (misal; air hangat untuk kompres rilaksasi otot, bahan bacaan, pijatan di punggung, music yang lembut, dll).
11.
Ajarkan relaksasi distraksi.
12.
Beri obat dengan kolaborasi dokter.
7. Apa jenis pendidikan kesehatan yang diberikan untuk mencegah berulangnya ADHF?
Jawaban : Pendidikan kesehatan pada pasien CHF Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan CHF untuk bisa mandiri antara lain : tanda dan gejala CHF, manajemen berat badan, rekomendasi diit dan pengobatan (whasburn, 2008). Menurut Bruner (2005), Pada saat pasien pulang untuk menjalani perawatan di rumah, pasien atau pengasuh diberikan pendidikan kesehatan dan akan dapat:
Mengidentifikasi CHF sebagai penyakit kronis yang dapat dikelola dengan obatobatan dan dapat dilakukan manajemen secara mandiri.
Mengambil dan minum obat setiap hari, sesuai program.
Memantau dampak dari obat-obatan.
Mengenali tanda-tanda dan gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana untuk mencegahnya.
Timbang berat badan sendiri setiap hari. Dapatkan berat pada waktu yang sama setiap hari (misalnya, setiap pagi setelah buang air kecil). mencatat dan melaporkan kenaikan berat badan ≥ 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1 minggu.
Batasi asupan natrium untuk 2-3 g sehari: beradaptasi diet dengan memeriksa label nutrisi untuk memeriksa kandungan natrium melayani; menghindari makanan kaleng atau olahan; makan makanan segar atau beku; berkonsultasi rencana diet dit ulis dan daftar makanan diperkenankan dan dibatasi; menghindari penggunaan garam, dan menghindari ekses dalam makan dan minum.
Review program kegiatan.
1. Berpartisipasi dalam program latihan sehari-hari. 2. Meningkatkan kemampuan berjalan dan kegiatan lainnya secara bertahap, asalkan tidak menyebabkan kelelahan yang tidak biasa atau dyspnea. 3. Menghemat energi dengan menyeimbangkan aktivitas dengan waktu istirahat. 4. Hindari aktivitas pada titik ekstrim panas dan dingin, yang meningkatkan kerja jantung. 5. Mengakui bahwa pengkondisian udara bisa saja penting dalam lingkungan yang panas lembab.
Mengembangkan metode untuk mengelola stres. buat janji teratur dengan dokter atau klinik. Waspada untuk gejala yang mungkin mengindikasikan CHF berulang.
1. Ingat gejala yang dialami ketika sakit dimulai. 2. Laporkan segera ke dokter atau klinik hal-hal berikut: peningkatan berat badan ≥2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari, atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1 minggu 3. Kehilangan nafsu makan 4. sesak napas yang tidak biasa dengan aktivitas 5. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki, atau perut 6. Batuk terus-menerus 7. Gelisah saat tidur; peningkatan jumlah bantal yang diperlukan untuk tidur