STUDI KOMUNITAS PLANKTON DAN BENTOS DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KABUPATEN SIAK PADA KADAR SALINITAS BERBEDA
M. Abdillah Hanif 1005120996 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
Abstrak Sungai Siak merupakan sungai yang terbesar di Provinsi Riau, sungai ini digunakan sebagai jalur transportasi, serta digunakan untuk keperluan industri. Penelitian ini dilakuakn untuk mengetahui komunitas plankton dan bentos yang ada di perairan Sungai Siak Kabupaten Siak, parameter yang diukur adalah suhu, DO, kadar salinitas, kecerahan, dan pH. Penelitian ini menetapkan empat stasiun berdasarkan kadar salinitas dari hulu hingga ke hilir Sungai Siak yang bermuara ke laut sehingga memiliki salinitas yang tinggi yakni 14 permil. Analisis data plankton dan bentos dilaksanakan di laboratorium dan mendapatkan kenekaragaman berkisar dari 1,26-1,41, kerapatan (0,82-0,94), kekayaan (1,41-1,86), dan dominansi (0,29-0,33), sedangkan bentos tidak terdapat keanekaragaman, kerapatan, dan kekayaan, tetapi hanya mendominasi spesies tertentu saja. Kadar salinitas juga tidak mempengaruhi komunitas plankton dan bentos, hal ini dapat diindikasikan bahwa plankton dan bentos yang hidup mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kata kunci: Sungai Siak, Plankton, Bentos, Salinitas
PENDAHULUAN Lingkungan akuatik merupakan lingkungan atau daerah yang dapat sebagai sumber untuk pengairan maupun sebagai daerah penampung air hujan, untuk pengairan dan kebutuhan masyarakat adalah sungai, sedangkan daerah tampungan air hujan dan daerah resapan air dapat berupa kolam atau waduk (Hanif, 2012). Sungai merupakan daerah jalan air alami, sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi (Anonimus, 2013). Menurut Hadisusanto dalam Afriza (2011), sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Sungai juga merupakan suatu ekosistem yang berperan sebagai habitat dari berbagai organisme akuatik, baik organisme tingkat tinggi maupun organisme tingkat rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi sungai adalah kualitas airnya. Penurunan kualitas air dipengaruhi oleh meningkatnya kandungan bahan pencemar yang masuk kesungai, sehingga nilai guna dan produktivitas dari sumber air akan ikut berkurang. Biologi Perairan 2012
Page 1
Sungai Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang mempunyai fungsi sebagai sumber air minum, jalur transportasi, sumber air bagi industri. Sungai Siak mempunyai kedalaman rata-rata 15-20 meter dan lebar 100-150 meter (Suwondo, 2004). Sungai Siak juga sebagai daerah tampungan limbah dari berbgai industri, pertambangan, pertanian, dan lain sebagainya (Suwondo et al., 2005). Faktor fisik kimia lingkungan, termasuk salinitas mempengaruhi keberadaan mikroorganisme dimana suatu mikroorganisme memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya dalam melangsungkan aktivitas kehidupan meliputi pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi (Darkuni, 2001). Perbedaan salinitas dapat mempengaruhi struktur kehidupan atau ekosistem perairan, spesies tertentu yang dapat mendominasi pada kawasan yang memiliki kadar salinitas tertantu. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di sepanjang Sungai Siak, mulai dari daerah hulu, yaitu Meredan sampai hilir Sungai Siak, yaitu daerah Sungai Apit yang merupakan muara dari aliran Sungai Siak. Metode yang digunakan adalah survey, dengan menggunakan teknik purposive random sampling pada 4 stasiun pengamatan dengan 8 ulangan pada masing-masing stasiun. Penempatan stasiun berdasarkan perkiraan perubahan salinitas dari hulu menuju hilir di perairan Sungai Siak. Parameter fisika kimia diukur secara langsung di lapangan adalah kadar salinitas dengan menggunakan refraktometer, suhu dan DO dengan menggunakan DO meter, pH dengan menggunakan pH meter dan kecerahan dengan menggunakan secchi disk. Pengambilan sampel untuk struktur komunitas plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net no. 25 yang kemudian disimpan di dalam botol koleksi serta difiksasi dengan menggunakan larutan lugol. Pengambilan sampel bentos menggunakan Ekman grab dan difiksasi dengan menggunakan cairan formalin 5%. Analisis data selanjutnya dilakukan di Laboratorium PMIPA Pendidikan Biologi Universitas Riau. Perhitungan keanekaragaman dapat dihitung menggunakan Indeks Shannon-Wiener (Odum, 1993) dengan formula : s
H’ = -
pi Ln pi i 1
Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Pi = ni/N ni = Jumlah individu dalam setiap jenis N = Jumlah total individu Perhitungan kemerataan dapat diukur dengan menggunakan formula: E = H’/Ln S Keterangan: E = Kerapatan H’ = Keanekaragaman jenis S = Jumlah spesies Biologi Perairan 2012
Page 2
Perhitungan kekayaan jenis dapat dihitung dengan menggunakan formula: R = S-1/Ln N Keterangan: R = Kekayaan jenis S = Jumlah spesies N = Jumlah individu Sedangkan untuk menghitung dominansi pada suatu ekosistem dapat menggunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1993) denhgan formula: s
C=
( Pi )
2
i 1
Nilai C (Indeks dominansi) jenis ini berkisar antara 0-1, jika nilai C mendekati nol berarti tidak ada jenis yang mendominansi, dan apabila nilai C mendekati 1 berarti terdapat jenis yang mendominansi perairan tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil parameter yang diambil di empat stasiun secara langsung dapat dilihat pada Gambar 1. 40 35 34
30 25
29,629,230,129
29
I
20
II
15
III 14
10 5
5,4 3,9 3,6 6,4
9 9 0 0 0
IV 8,4 8,6 7,4 7,2
0 Suhu (°C)
DO (mg/L)
Kecerahan (cm)
Salinitas (‰)
pH
Gambar 1. Kondisi fisika dan kimia perairan Sungai Siak Kabupaten Siak Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa kondisi suhu di empat stasiun yang diukur tidak memiliki perbedaan yang signifikan, kadar DO tertinggi pada stasiun empat, yaitu pada muara Sungai Siak. Sedangkan pada tingkat kecerahan memiliki perbedaan yang signifikan, pada stasiun 3 dan 4 memiliki tingkat kecerahan yang rendah dikarenakan kondisi perairan pada stasiun 3 dan 4 berlumpur dan berpasir. Pada stasiun 4 memiliki kadar salinitas yang tinggi dikarenakan stasiun tersebut merupakan muara Sungai Siak, sedangkan pH pada stasiun 1 dan 2 tinggi kemungkinan dikawasan tersebut ada kegiatan industri yang limbah dapat mempengaruhi kondisi kimia dari perairan tersebut.
Biologi Perairan 2012
Page 3
Dari hasil analisis data dan identifikasi sampel plankton dari empat stasiun yang dilakukan di laboratorium, didapat hasil keanekaragaman, kerapatan, kekayaan dan dominansi sebagai berikut: 2,00 1,80
1,50 1,00
1,44
1,37
1,30
1,41
1,26
0,33
H' E
0,94
0,89
0,86
0,82
0,50
1,86
1,75
R
0,31
0,33
0,29
D
0,00 I
II
III
IV
Stasiun
Gambar 2. Keanekaragaman, kerapatan, kekayaan dan dominansi plankton di perairan Sungai Siak Kabupaten Siak Dari Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa pada stasiun 4 memiliki keanekaragaman, kerapatan, dan kekayaan plankton yang tinggi, tetapi pada stasiun 4 dominansi yang rendah. Sedangkan hasil dari analisis dan identifikasi bentos di laboratorium, didapat hasil keanekaragaman, kerapatan, kekayaan dan dominansi sebagai berikut: 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0
0,75 0,625
0,625 H' E R
0
0
0 I
0
0
0
0
II
0
0 III
0
0
0
0
D
IV
Stasiun
Gambar 3. Keanekaragaman, kerapatan, kekayaan dan dominansi bentos di perairan Sungai Siak Kabupaten Siak Dari Gambar 3 dapt diindikasikan bahwa spesies bentos yang ada tidak beranekaragam dan hanya satu spesies yang mendominasi di kawasan tersebut, sedanagkan pada stasiun 3 tidak ditemukan bentos. Krebs dalam Rumahlatu (2008) menyebutkan bahwa jika spesies-spesies yang ditemukan pada suhu komunitas memiliki jumlah individu tiap spesies yang sama atau hampir sama, maka kemerataan di komunitas tersebut menjadi tinggi. Dari data yang telah diambil dan dianalisis didapatkan bahwa komunitas plankton di perairan Sungai Siak Kabupaten Siak hampir tersebar merata, atau tidak berbeda terlalu signifikan. Sedangkan komunitas bentos pada stasiun 3 tidak ada sama sekali, kemungkinan karena kondisi fisik kimia yang tidak mendukung atau spesies bentos tidak dapat beradaptasi. Walaupun kadar salinitas tinggi juga tidak mempengaruhi jumlah keanekaragaman, kerapatan, kekayaan, dan dominansi spesies plankton dan bentos. Biologi Perairan 2012
Page 4
KESIMPULAN Dari hasil data yang telah dianalisis dapat diambil kesimpulan bahwa kadar salinitas yang berbeda tidak mempengaruhi keberadaan komunitas plankton dan bentos yang diamati, hal ini disebabkan karena palnkton dan bentos dapat beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki kadar salinitas yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Afriza, A. 2011. Kualitas Perairan Sungai Bangko Di Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Bioindikator Makrozoobenthos. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UR. Pekanbaru Anonimus. 2013. Sungai. http://id.wikipedia.org/wiki/sungai (diakses tanggal 17 Juni 2013) Darkuni, M. N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Universitas Negeri Malang. Hanif, M.A. 2012. Studi Parameter Faktor Fisika dan Kimia di Waduk Kampus Bina Widya Universitas Riau. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UR. Pekanbaru Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyo Samingan dan Srigandon. UGM Press. Yogyakarta. Rumahlatu, D., A. Gafur dan H. Utomo. 2008. Hubungan Faktor Fisik-Kimia Lingkungan Dengan Keanekaragaman Echinodermata Pada Daerah Pasang Surut Pantai Kairatu. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Pendidikan. Universitas Pattimura. Media Ilmiah MIPA. Vol.37 (1): 77-85 Suwondo. 2004. Kualitas Perairan Sungai Siak Berdasarkan Bioindokator Plankton dan Bentos. Ecolink. Vol.1 (1): 10-15 Suwondo, Y. Fauziah, Syafriyanti, dan S. Wariyanti . 2005. Akumulasi Logam Cuprum (Cu) dan Zincum (Zn) di Perairan Sungai Siak dengan Menggunakan Bioakumulator Eceng Gondok (Eihhornoa crassipes). Jurnal Biogenesis. Vol.1 (2): 51-56
Biologi Perairan 2012
Page 5