SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Oleh:
Sholihul Hadi
Abstrak
Terjadinya berbagai kekacauan menunjukkan bahwa bangsa ini sedang
menghadapi suatu masalah yang berakar pada lunturnya budaya dan karakter
bangsa. Menyadari hal itu, pemerintah mulai mengembangkan pendidikan budaya
dan karakter bangsa. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah upaya
untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa kepada peserta
didik agar terjadi proses internalisasi dan pengamalan nilai-nilai
religius, toleransi, jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dalam kehidupannya.
Sebagai bagian dari pendidikan, Bahasa Indonesia mempunyai sumbangan dalam
megembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui
pembelajarannya.
The occurrence of various chaos shows that this nation is facing a
problem that is rooted in the erosion of cultural and national character.
Recognizing this, the government began developing the nation's culture and
character education. Culture and national character education is an effort
to instill cultural values and national character to students in order to
place the process of internalization and practice of religious values ,
tolerance, honesty, hard work, discipline, creative, independent,
democratic, curiosity, passion nationality, unpatriotic, recognize
excellence, friendship / communicative, peace-loving, avid reader, care
about the environment, social care, the responsibility in his life. As part
of an education, Indonesian language has contributed in developing certain
cultural values and national character through learning.
Pendahuluan
Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa ini dapat dikatakan sudah
menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Hampir semua aspek kehidupan;
sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan
dan keamanan, dan pembangunann fisik lainnya mengalami peningkatan yang
cukup pesat. Namun demikian, di sisi lain, ternyata masih banyak masalah
dan tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk masalah
karakter bangsa yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan orang.
Hampir setiap hari kita mendengar dari media massa berita-berita yang
menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia sekarang ini. Tindak kejahatan
semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya. Kasus korupsi semakin
banyak yang terungkap, namun tidak banyak yang ditangani sampai tuntas.
Tawuran antarwarga bahkan antarpelajar berulang-ulang terjadi. Hal ini
sangat ironis karena pelajar adalah generasi terdidik yang mestinya bisa
menyelesaikan semua permasalahannya secara cerdas. Budaya malu berbuat
anormatif semakin menipis. Gejala disintegrasi bangsa yang berakar dari
fanatisme sempit semakin menguat. Terorisme dan kerusuhan sara sampai
sekarang belum dapat diatasi oleh pemerintah secara tuntas. Budaya adiluhur
bangsa semakin hilang. Karakter bangsa kita semakin terkikis oleh pengaruh
budaya bangsa lain dalam dunia yang semakin mengglobal. Masyarakat
Indonesia yang terkenal ramah dan santun dalam berperilaku, toleran
terhadap keberagaman, mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah,
sekarang cenderung menjadi kelompok-kelompok yang saling menyalahkan,
kasar, berperilaku tidak jujur, anarkis, dan egois. Hal itu itu menunjukkan
bahwa ada ketidakpastian jati diri bangsa dan karakter bangsa yang berinti
pada (1) disorientasi dalam inplementasi nilai-nilai Pancasila, (2)
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (3)
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya banga, (4) ancaman
disintegrasi bangsa, dan (5) melemahnya kemandirian bangsa. Secara
keseluruhan hal itu menandai adanya kemunduran budaya bangsa Indonesia.
Memperhatikan kondisi tersebut, pemerintah kemudian mengambil
kebijakan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh bangsa ini, harus bermuara
pada penguatan karakter bangsa. Hal itu tercermin pada visi pembangunan
nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025 (UU RI No. 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan
Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat
Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, dan berorientasi iptek.
Pembangunan karakter bangsa menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Secara filosofis, hanya bangsa yang
mempunyai karakter dan jati dirilah yang bisa berperan di pergaulan global.
Pembangunan karakter adalah perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Negara
punya kewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mencerdasakan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Pembangunan karakter bangsa sebenarnya merupakan aktivitas tiada
henti dalam pencarian dan peneguhan sikap dan nilai yang diyakini benar
sesuai dengan falsafah dan ideologi bangsa Indonesia. Karena bangsa ini
terdiri atas keberanekaragaman, perlu adanya kesamaan pandangan tentang
budaya dan karakter bangsa yang akan diperjuangkan dalam pembangunan
karakter bangsa ini.
Pembangunan karakter bangsa ini menjadi tanggung jawab semua komponen
bangsa dengan segala tugas dan kewajibannya, termasuk dunia pendidikan.
Pendidikan diharapkan bisa menjadi alternatif preventif maupun kuratif
terhadap kemunduran budaya dan karakter bangsa ini. Sebagai upaya
preventif, pendidikan harus dapat mengembangkan kualitas bangsa dalam
berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai upaya kuratif, pendidikan diharapkan
dapat mengurai permasalahan kemunduran budaya dan karakter bangsa ini serta
dapat mengurangi bahkan menghilangkan penyebab kemunduran itu. Hasil
instan memang tidak segera tampak, tetapi dalam jangka panjang pendidikan
akan dapat memberikan hasil yang lebih kuat dan tahan lama.
Upaya pendidikan untuk membentuk bangsa yang berkarakter dan
berbudaya ini sesuai dengan amanah UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang itu dinyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai bagian dari dunia pendidikan di
Indonesia, juga mempunyai peranan dalam pembangunan budaya dan karakter
bangsa ini. Melalui standar kompetensi lulusan yang harus dicapai, budaya
adiluhur bangsa dan karakter atau jati diri bangsa ini diharapkan bisa
ditanamkan pada peserta didik.
Pembahasan masalah budaya dan karakter bangsa ini sangatlah luas.
Oleh karena itu, dalam makalah ini hanya dibicarakan pengertian karakater
dan pendidikan karakter bangsa dan sumbangsih pembelajaran Bahasa Indoensia
terhadap upaya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pembelajaran yang
dimaksud hanya pada tingkat pendidikan dasar, terutama SMP.
Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut.
1. Apa pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa ?
2. Nilai-nilai apa saja yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ini ?
3. Apa sumbangan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP terhadap pendidikan
budaya dan karakter bangsa ini?
Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU RI No. 20 tentang Sisdiknas
adalah rumusan tentang kualitas manusia Indonesia yang diharapkan. Rumusan
tersebut menjadi acuan bagi setiap institusi pendidikan dalam menentukan
visi, misi, dan tujuan pendidikannya. Rumusan ini pulalah yang menjadi
landasan bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Untuk memahami pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa
secara utuh, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian pendidikan, budaya,
dan karakter bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan bertumbunya budi pekerti (kekuatan batin, katakter ),
pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.
Dalam Tap MP Nomor II/MPR/1988 disebutkan bahwa pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningklatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Menurut Said Hamid Hasan dan kawan-kawan,
pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan sitematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan dan pengembangan budaya dan karakter yang telah
dimiliki kepada generasi penerus bangsa.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang dapat dijumpai pada
setiap tempat dan saat. Mendidik mempunyai tujuan untuk mengembangkan
kelebihan-kelebihan dan potensi-potensi positif anak sehingga dapat
menemukan jati dirinya sendiri dan menjadi manusia dewasa yang sempurna dan
berguna bagi kehidupan sendiri dan masyarakatnya. Dalam pendidikan proses
pemanusiaan, pembudayaan dan pelaksanaan nilai tidak dapat dipisah-
pisahkan. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dapat dijadikan
dasar dalam proses menemukan dan menjadikan jati diri manusia
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda untuk
mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung seumur
hidup atau sepanjang hayat.
Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.
Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari
interaksi manasuia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan
manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem
kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya. Pendidikan
merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik
sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut
ke arah yangs sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang
(Said Hamid Hasan : 2010).
Prof. Suyanto, P.Hd. menjelaskann bahwa karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan Akhmad Sudrajat memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan
karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, limgkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, pekataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak(Said Hasan Hamid: 2010). Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan
hormat kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka pendidikan budaya dan
karakter bangsa dapat diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik sehingga menjadi
karakter pribadinya, menerapkan dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan
kreatif. Melalui pendidikan, dilakukan penanaman nilai-nilai karakter
kepada semua warga sekolah khususnya peserta didik dalam bebagai aspek;
komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut pada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan.
Menurut undang-undang Sisdiknas, proses pendidikan dapat dilakukan
secara formal, nonformal, dan informal. Pendidikan yang pertama diperoleh
oleh manusia adalah pendidikan informal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang diperoleh oleh anak di lingkungan keluarga dan sekitarnya.
Sebenarnya pendidikan informal memegang peranan penting bahkan dominan
dalam penanaman nilai-nilai sebagai karakter individu anak. Kesalahan dalam
mendidik anak di dalam keluarga akan berakibat fatal dan butuh waktu yang
relatif lama untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan
karakter di lingkungan keluarga harus mendapatkan perhatian khusus oleh
orang tua dan anggota keluarga lainnya agar terbentuk karakter anak yang
kuat sejak dini.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat di luar pendidikan formal. Pendidikan budaya dan karakter juga
diharapkan bisa dilakukan melalui jalur ini. Pada hakikatnya, untuk
mengembangkan budaya dan karakter ini bisa dilakukan melalui berbagai jalur
pendidikan.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan masyarakat secara sistematis dan terstruktur melalui
pembakuan kurikulum yang diberlakukan secara nasional. Melalui pendidikan
formal ini, pendidikan dapat menanamkan nilai-nlai budaya dan karakter
kepada peserta didik dengan lebih sitematis.
Pendidikan budaya dan karakter tidak bisa dilakukan oleh masing-masing
jalur secara terpisah-pisah. Apalgi disadari bahwa orang tua sekarang
semakin kekurangan waktu untuk mendidik anak-anak mereka dan kurangnya
pemahaman orang tua dalam mendidik anak; pengaruh pergaulan di lingkungan
sekitar; pengaruh media elektronik yang diduga membawa pengaruh negatif
terhadap anak, maka keberadaan sekolah sebagai tempat untuk penguaatan
karakter anak sangat penting. Hal itu bisa dilaksanakan dengan menggunakan
pola pendidikan budaya dan karakter secara terpadu, yaitu dengan
memaksimalkan kegiatan pendidikan informal di lingkungan keluarga dan
pendidikan formal di sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah tidak dilaksanakan dalam bentuk mata
pelajaran baru, tetapi pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam proses
pembelajaran setiap mata pelajaran. Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan
nilai-nilai moral, keagamaan, susila, dan norma-norma lain yang dibutuhkan
dalam pengembangan budaya dan karakkter bangsa. Pembelajaran tidak hanya
menyentuh hal-hal yang bersifat kognitif atau psikomotor saja, akan tetapi
lebih jauh lagi agar ada internaslisasi nilai-nilai ke dalam pribadi
peserta didik. Tahapan berikutnya setelah nilai-nilai tersebut sudah
mempribadi, diharapkan anak-anak dapat mengamalkannya dalam kehidupannya di
lingkungan masing-masing.
Disamping kegiatan pembelajaran intrakurikuler, penanaman nilai-nilai
juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran untuk
membantu mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
merupakan sarana yang strategis untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Penyelenggara pendidikan perlu menyediakan bermacam-macam kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi peserat
didik secara komprehensif sehingga semua aspek kehidupannya; kecakapan
hidupnya, kemampuan berkreasi dan mengapresiasi seni, kompetenesi oleh
raganya dapat berkembang secara optimal.
Agar pendidikan karakter di sekolah dapat mencapai sasarannya dengan
tepat, pelaksanaannya perlu dikelola dengan baik. Pendidikan karakter
tersebut hartus direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-
kegiatan pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian,
pendidikan karakter di sekolah secara kognitif diharapkan dapat mengenalkan
nilai-nilai budaya dan karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik,
secara afektif dapat dihayati, dan pada akhirnya dapat diamalkan oleh
peserta didik secara nyata dalam kehidupannya.
Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dengan
merujuk pada grand design pendidikan karakter pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan yang dikembangkan oleh Kemdiknas. Konfigurasi karakter
dalam konteks proses psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan
menjadi (1) Olah Hati /Spiritual and Emotional Development, (2) Olah Pikir
/ Intelectual Development, (3) Olah Raga atau Kinestetik / Physical and
Kinestetic Development), (4) Olah Rasa dan Karsa / Affective and Creativity
Development).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa bersumber pada nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa
Indonesia, yaitu :
1. Agama
Setiap warga negara Indonesia pasti memeluk salah satu agama yang ada
di negara Indonesia. Oleh karena itu, semua aspek kehidupan manusia,
kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara tidak luput dari nilai-
nilai agama. Dengan demikian, nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan
nkarakter ini juga harus dilandasi oleh nilai-nilai agama.
2. Pancasila
Pancasila adalah ideologi bangsa yang mengatur dan memberikan arah
pada bangsa Indonesia dalam menjalani khidupannya. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus merujuk pada pada niai-nilai Pancasila agar dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
3. Budaya
Nilai-nilai budaya dijadikan sebagai dasar pemberian makna atas suatu
konsep komunikasi antarwarga. Untuk itu, budaya menjadi penting sebagai
sumber nilai bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan konkret dari arah
pendidikan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan nasional menjadi sumber yang operasional bagi pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, pendidikan budaya dan karakter
yang dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia akan memberikan penekanan
pada penanaman nilai-nilai sebagai berikut:
"No "Nilai "Deskripsi "
"1 "Religius "Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan "
" " "ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap "
" " "pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun "
" " "dengan pemeluk agama lain. "
"2 "Jujur "Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan "
" " "dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya"
" " "dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan "
"3 "Toleransi "Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan "
" " "agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan"
" " "orang lain yang berbeda dari dirinya "
"4 "Disiplin "Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan "
" " "patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan "
"5 "Kerja Keras "Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh "
" " "dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan "
" " "tugas, serta menyelesaikan tugas dengan "
" " "sebaik-baiknya "
"6 "Kreatif "Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan"
" " "cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah "
" " "dimiliki "
"7 "Mandiri "Sikap dan perilkau yang tidak mudah tergantung "
" " "pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. "
"8 "Demokratis "Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang "
" " "menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang "
" " "lain "
"9 "Rasa Ingin Tahu "Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk "
" " "mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu"
" " "yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar "
"10 "Semangat "Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang "
" "Kebangsaan "menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas"
" " "kepentingan diri dan kelompoknya. "
"11 "Cinta Tanah Air "Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang "
" " "menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan"
" " "yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, "
" " "sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. "
"12 "Mengargai Prestasi"Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk "
" " "menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat"
" " "dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang"
" " "lain. "
"13 "Bersahabat/Komunik"Tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara, "
" "atif "bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. "
"14 "Cinta Damai "Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan "
" " "orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran "
" " "dirinya. "
"15 "Gemar Membaca "Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca "
" " "berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi "
" " "dirinya "
"16 "Peduli Lingkungan "Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah "
" " "kerusakan pada lingkugan alam sekitarnya dan "
" " "mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki "
" " "kerusakan alam yang sudah terjadi. "
"17 "Peduli Sosial "Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan "
" " "bantuan pada orang lain dan masyarakat yang "
" " "membutuhkan "
"18 "Tanggung Jawab "Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan "
" " "tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia "
" " "lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, "
" " "lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan"
" " "Tuhan Yang Maha Esa. "
" " " "
Nilai-nilai budaya dan karakter di atas dapat dikembangkan lagi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan pengembang. Apabila sebagian
nilai-nilai di atas sudah menjadi karakter yang kuat bagi peserta didik,
maka nilai-nilai tersebut tidak perlu lagi menjadi fokus dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa di institusi pendidikan yang bersangkutan. Pada
intinya dapat dikatakan bahwa nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
dikembangkan dapat dikurangi dan ditambahi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
Sumbangan Pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa
Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia,
tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang
tersebut.
Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19
Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jendang
pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan
kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Tujuan
pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih
dititikberatkan pada upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak
dasar nilai-nilai yang diharapkan. Di SMA tujuan tersebut diorientasikan
untuk melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat
dasar. Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau
jenis-jenis keterampilan yang diharapkan. Hal itu tampak pada tujuan
pendidikan yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak
mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk
menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang
bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di perguruan tinggi sudah komprehensif
karena sudah mencakup ranah afeksi, psikomotor, dan kognitif serta
dilengkapi dengan kemampuan mandiri menjadi ilmuwan.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga ranah
perkembangan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan kognitif.
Tiga ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan integratif.
Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan intensitas yang
sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya dikembangkan
secara maksimal sesuai dengan potensinya. Integratif artinya pengembangan
ketiga ranah tersebut dilakukan secara terpadu.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang sekarang ramai dibicarakan
berbagai kalangan, tujuannya adalah untuk mendukung tercapainya tujuan
pandidikan nasional tersebut.
Bahasa Indonesia sebagai salah muatan kurikulum tentu mempunyai peran,
tugas, dan kewajiban yang sama dengan mata pelajaran yang lain untuk
menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam setiap proses
pembelajarannya. Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan Bahasa Indonesia;
dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Upaya pemerintah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa sebenarnya sudah dilakukakn sejak lama.
Kesadaran untuk lebih memberikan tekanan pada penanaman nilai-nilai
tersebut paling tidak tampak pada upaya pemerintah dalam mengintegrasikan
aspek budi pekerti pada setiap mata pelajaran dalam kurikulum 1994 pada
tahun 2003.
Nilai-nilai budya dan karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan dasar khususnya kelas 7
– 9 adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli sosial, peduli lingkungan,
kritis, terbuka, kemanusiaan, optimis, dan lain-lain.
Secara eksplisit, penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
melalui pelajaran Bahasa Indonesian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
"No "Standar Kompetensi "Nilai PBKB "
"I "Kelas VII Semester I " "
"1 "Memahami wacana lisan melalui "Mandiri, disiplin, kerja "
" "kegiatan mendengarkan berita "keras, rasa ingin tahu, cinta "
" " "tanah air, cinta damai "
"2 "Mengungkapkan pengalaman dan "Jujur, kreatif, "
" "informasi melalui kegiatan bercerita "bersahabat/komunikatif, peduli"
" "dan menyampaikan pengumumam "sosial, tanggung jawab "
"3 "Memahami ragam teks nonsastra dengan "Disiplin, kerja keras, "
" "berbagai cara membaca "mandiri, rasa ingin tahu, "
" " "gemar membaca, peduli "
" " "lingkungan "
"4 "Mengungkapkan pikiran dan pengalaman "Religius, jujur, kreatif, "
" "dalam buku harian dan surat pribadi "menghargai prestasi, "
" " "bersahabat/komunikatif, peduli"
" " "sosial "
"5 "Mengapresiasi dongeng yang "Jujur, kreatif, mandiri, "
" "diperdengarkan "menghargai prestasi, tanggung "
" " "jawab "
"6 "Mengekspresikan pikiran dan perasaan "Toleransi, mandiri, "
" "melalui kegiatan bercerita "demokratis, "
" " "bersahabat./komunikatif "
"7 "Memahami isi berbagai teks bacaan "Kreatif, mandiri, semangat "
" "sastra dengan membaca "kebangsaan, cinta tanah air, "
" " "peduli sosial "
"8 "Mengekspresikan pikiran, perasaan, "Religius, jujur, kerja keras, "
" "dan pengalaman melalui pantun dan "kreatif, mandiri, rasa ingin "
" "dongeng "tahu "
"II "Kelas VII Semester II " "
"1 "Memahami wacana lisan dalam kegiatan"Jujur, kerja keras, rasa ingin"
" "wawancara "tahu, bersahabat/komunikatif "
" " " "
"2 "Mengungkapkan pikiran, perasaan, "Jujur, toleransi, kreatif, "
" "informasi, dan pengalaman melalui "mandiri, demokratis, "
" "kegiatan menanggapi cerita dan "bersahabat/komunikatif "
" "telepon " "
"3 "Memahami wacana tulis melalui "Disiplin, kerja keras, "
" "kegiatan membaca intensid dan membaca"mandiri, rasa ingin tahu, "
" "memindai "tanggung jawab, gemar membaca "
"4 "Mengungkapkan berbagai informasi "Kerja keras, mandiri, "
" "dalam bentuk narasi dan pesan singkat"menghargai prestasi, peduli "
" " "lingkungan "
"5 "Memahami pembacaan puisi "Religius, jujur, kreatif, "
" " "menghargai prestasi, cinta "
" " "damai "
"6 "Mengungkapkan tanggapan terhadap "Jujur, toleransi, kreatif, "
" "pembacaan cerpen "bersahabat/komunikatif "
"7 "Memahami wacana sastra melalui "Kerja keras, mandiri, rasa "
" "kegiatan membaca puisi dan buku "ingin tahu, gemar membaca "
" "cerita anak " "
"8 "Megungkapkan keindahan alam dan "Religius, jujur, mandiri, "
" "pengalaman melalui kegiatan menulis "kerja keras, peduli "
" "kreatif puisi "lingkungan, cinta tanah air "
"III"Kelas VIII Semester I " "
"1 "Memahami wacana lisan berbentuk "Jujur, mandiri, rasa ingin "
" "laporan "tahu, menghargai prestasi "
"2 "Megungkap berbagai informasi melalui "Jujur, toleransi, kreatif, "
" "wawancara dan presentasi laporan "demokratis, rasa ingin tahu, "
" " "menghargai prestasi, "
" " "bersahabat/komunikatif "
"3 "Memahami ragam wacana tulis dengan "Kerja keras, mandiri, rasa "
" "membaca memindai, membaca cepat "ingin tahu, gemar membaca "
"4 "Mengungkapkan informasi dalam bentuk "Jujur, toleransi, kreatif, "
" "laporan, surat dinas, dan petunjuk "mandiri, peduli sosial, "
" " "tanggung jawab "
"5 "Mengapresiasi pementasan drama "Religius, jujur, kerja keras, "
" " "kreatif, mandiri, rasa ingin "
" " "tahu, menghargai prestasi, "
" " "peduli sosial "
"6 "Mengungkapkan pikiran dan perasaan "Kerja sama, kreatif, semangat "
" "dengan bermain peran "kebangsaan, "
" " "bersahabat/komunikatif, "
" " "toleransi "
"7 "Memahami teks drama dan novel remaja "Jujur, kerja keras, kreatif, "
" " "rasa ingin tahu, gemar membaca"
"8 "Mengungkapkan pikiran dan perasaan "Kerja keras, kreatif, mandiri,"
" "melalui kegiatan menulis kreatif "cinta damai, peduli "
" "naskah drama "lingkungan, tanggung jawab "
"IV "Kelas VIII Semester II " "
"1 "Memahami isi berita radio/televisi "Kerja keras, mandiri, rasa "
" " "ingin tahu, peduli lingkungan,"
" " "peduli sosial "
"2 "Mengemukakan pikiran, perasaan, dan "Toleransi, demokratis, rasa "
" "informasi melalui kegiatan diskusi "ingin tahu, menghargai "
" "dan protokoler "prestasi, "
" " "bersahabat/komunikatif, peduli"
" " "sosial "
"3 "Memahami ragam wacana tulis dengan "Disiplin, kerja keras, "
" "membaca ekstensif, membaca intensif, "mandiri, rasa ingin tahu, "
" "dan membaca nyaring "gemar membaca "
"4 "Mengungkapkan informasi dalam bentuk "Jujur, kerja keras, kreatif, "
" "rangkuman, teks berita, slogan/poster"menghargai prestasi "
"5 "Memahami unsur intrinsik novel remaja"Jujur, kerja keras, kreatif, "
" "(asli atau terjemahan) yang dibacakan"mandiri, rasa ingin tahu, "
" " "menghargai prestasi "
"6 "Mengapresiasi kutipan novel remaja "Toleransi, demokratis, rasa "
" "(asli atau terjemahan) melalui "ingin tahu, menghargai "
" "kegiatan diskusi "prestasi, "
" " "bersahabat/komunikatif, peduli"
" " "sosial "
"7 "Memahami buku novel remaja (asli atau"Kerja keras, mandiri, rasa "
" "terjemahan) dan antologi puisi "ingin tahu, menghargai "
" " "prestasi, gemar membaca "
"8 "Mengungkapkan pikiran dan perasaan "Jujur, kerja keras, kreatif, "
" "dalam puisi bebas "mandiri, cinta tanah air, "
" " "peduli lingkungan "
"V "Kelas IX Semester I " "
"1 "Memahami wacana lisan melalui "Jujur, kerja keras, mandiri, "
" "kegiatan mendengarkan berita "rasa ingin tahu, cinta tanah "
" " "air, semangat kebangsaan "
"2 "Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan "Jujur, toleransi, demokratis, "
" "informasi dalam bentuk komentar dan "menghargai prestasi, "
" "laporan "bersahabat/komunikatif "
"3 "Memahami ragam wacana tulis dengan "Disiplin, kerja keras , "
" "membaca intensif dan membaca memindai"mandiri, rasa ingin tahu, "
" " "gemar membaca "
"4 "Mengungkapkan informasi dalam bentuk "Jujur, kerja keras, kreatif, "
" "iklan baris, resensi, dan karangan "mandiri, menghargai prestasi "
"5 "Memahami wacana sastra jenis syair "Rasa ingin tahu, menghargai "
" "melalui kegiatan mendengarkan syair "prestasi, peduli sosial "
"6 "Mengungkapkan kembali cerpen dan "Jujur, kerja keras, kreatif, "
" "puisi dalam bentuk lain "mandiri, cinta tanah air, "
" " "tanggung jawab "
"7 "Memahami wacana sastra melalui "Kerja keras, rasa ingin tahu, "
" "kegiatan membaca buku kumpulan cerita"menghargai prestasi, gemar "
" "pendek (cerpen) "membaca "
"8 "Mengungkapkan kembali pikiran, "Kerja keras, kreatif, mandiri,"
" "perasaan, dan pengalaman dalam cerita"cinta damai, tanggung jawab "
" "pendek " "
"VI "Kelas IX Semester II " "
"1 "Memahami isi pidato/khotbah/ceramah "Religius, jujur, toleransi, "
" " "rasa ingin tahu, peduli sosial"
"2 "Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan "Jujur, toleransi, demokratis, "
" "informasi dalam pidato dan diskusi "rasa ingin tahu, menghargai "
" " "prestasi, "
" " "bersahabat/komunikatif "
"3 "Memahami ragam wacana tulis dengan "Kerja keras, mandiri, rasa "
" "membaca ekstensif, membaca intensif, "ingin tahu, gemar membaca "
" "dan membaca cepat " "
"4 "Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan "Jujur, disipilin, kerja keras,"
" "informasi dalam bentuk karya ilmiah "mandiri, rasa ingin tahu, "
" "sederhana, teks pidato, surat pembaca"gemar membaca "
"5 "Memahami wacana sastra melalui "Religius, kerja keras, "
" "kegiatan mendengarkan pembacaan "mandiri, rasa ingin tahu, "
" "kutipan/sinopsis novel "menghargai prestasi, tanggung "
" " "jawab "
"6 "Mengungkapkan tanggapan terhadap "Jujur, kerja keras, mandiri, "
" "pementasan naskah drama "toleransi, "
" " "bersahabat/komunikatif, "
" " "menghargai prestasi "
"7 "Memahami novel dari berbagai angkatan"Kerja keras, mandiri, rasa "
" " "ingin tahu, menghargai "
" " "prestasi, semangat kebangsaan "
"8 "Menulis naskah drama "Kreatif, kerja keras, mandiri,"
" " "toleransi, cinta tanah air, "
" " "peduli sosial, peduli "
" " "lingkungan, tanggung jawab. "
Simpulan
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah upaya sadar pendidik
untuk menanamkan nilai-nilai luhur budaya dan karakter bangsa agar dapat
dihayati dan menjadi kepribadian yang kuat bagi peserta didik lalu mau
mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari sebagai
anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
2. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa adalah nilai religius, jujur, toleransi, kerja keras, mandiri,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta
tanah air, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial, gemar
membaca, bersahabat/komunikatif, tanggung jawab, cinta damai. Dalam
pengembangan nilai-nilai tersebut dapat dikurangi atau ditambah sesuai
dengan kebutuhan pengembang.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana untuk
menananmkan semua nilai budaya dan karakter bangsa. Masing-masing standar
kompetensi mempunyai penekanan yang berebda-beda sesuai dengan
karakteristik standar kompetensi dalam Bahasa Indonesia.
Saran
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dilaksanakan secara
terpadu oleh pendidikan formal, informal, dan nonformal.
2. Pendidik dalam hal ini guru Bahasa Indonesia harus pandai memilah dan
memilih nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sesuai dengan standar
kompetensi yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia
Depdiknas. 2006.Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.2006.Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia
Dinas Pendidikan Kota Semarang.2011.Materi Workshop Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa.
Hasan, Prof. Dr. Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa.Jakarta:Kemendiknas
Herdani, Yoggi.2010.Pendidikan Karakter sebagai Pondasi Kesuksesan
Peradaban Bangsa.Internet
Sudrajat, Akhmad.2010.Tentang Pendidkan Karakter. Internet
Suyanto, Prof. Ph.D. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. Internet