TERAPI MODALITAS “ TERAPI LINGKUNGAN (MI (MI LLI U T THE HE RAPY) RAPY)
“
OLEH : KELOMPOK 4 TINGKAT III.A / DIV KEPERAWATAN NI MADE RASITA PUSPITASWARI PUSPITAS WARI
(P07120216016)
NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI
(P07120216017)
NI MADE TARIANI
(P07120216018)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul "TERAPI MODALITAS, TERAPI LINGKUNGAN " tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini ini masih jauh dari kesempurnaan kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penyempurnaan makalah.
Denpasar, 1 September 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 B.
RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
C.
TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 2
D.
MANFAAT PENULISAN ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4 A.
DEFINISI TERAPI LINGKUNGAN ............................................................... 4
B.
TUJUAN TERAPI LINGKUNGAN ................................................................ 4
C.
KARAKTERISTIK TERAPI LINGKUNGAN .............................................. 6
D.
BENTUK LINGKUNGAN ............................................................................... 7
E.
MACAM - MACAM TERAPI LINGKUNGAN ........................................... 9
F.
JENIS KEGIATAN DARI TERAPI LINGKUNGAN ................................ 10
G.
KONDISI PASIEN KHUSUS PADA TERAPI LINGKUNGAN ............. 13
H.
KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN ......................... 15
I.
PERAN PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN .......... 16
BAB III PENUTUP ...............................................................................................18 A.
KESIMPULAN ................................................................................................. 18
B.
SARAN............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gangguan fisik dan gangguan mental. Ada kecenderungan lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi pasien. Oleh karena itu perhatian lingkungan sangat penting. Perawatan klien pada rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang lama mengkibatkan klien mengalami penurunan kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri dan kehilangan hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan layanan keperawatan psikiatrik salah satunya dengan penerapan terapi lingkungan di rumah sakit. Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Menurut (Suliswati, 2005) terapi lingkungan merupakan keadaan l ingkungan yang ditata untuk menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat membantu pemulihan dan pemulihan klien. Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengagguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%. Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner. Diperhatikan adanya jenis dan
1
penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtutan sesuai dengan ketentuan yang ada.Maka dari itu perlu penyusunan suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijak untuk pembahasan makalah ini. Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut: 1. Apa definisi dari terapi lingkungan ? 2. Apa tujuan dari terapi lingkungan ? 3. Apa karakteristik dari terapi lingkungan ? 4. Bagaimana bentuk dari lingkungan ? 5. Apa saja macam - macam terapi lingkungan ? 6. Apa saja jenis kegiatan terapi lingkungan ? 7. Bagaimana kondisi pasien pada saat terapi lingkungan ? 8. Apa saja komponen fungsional terapi lingkungan ? 9. Bagaimana peran perawat dalam terapi lingkungan ? C. TUJUAN PENULISAN
a) Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi lingkungan dan cara untuk menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa. b) Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan 2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan 3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan 4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan 5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan 6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan 7. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pasien pada saat terapi lingkungan
2
8. Mahasiswa dapat memahami komponen fungsional terapi lingkungan 9. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi lingkungan D. MANFAAT PENULISAN
a) Manfaat teoritis Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagaimana terapi lingkungan dan cara untuk menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa. b) Manfaat praktis Dapat dijadiakan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenisnya.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI TERAPI LINGKUNGAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Milieu therapy merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008). Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
B. TUJUAN TERAPI LINGKUNGAN
Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. (Schultz danVidebek, 1989) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan terapeutik akan memberi kesempatan untuk berfokus pada pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: 1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. 2. Mengajarkan keterampilan psikososial. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
4
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Menurut Stuart dan Sundeen tujuan terapi lingkungan antara lain: 1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental,
dengan
cara
membantu
individu
dalam
mengembangkan harga diri. 2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain 3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain 4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan 5. Mencapai perubahan yang positif Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu ditekankan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial. 1.
Orientation Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realitayang lebih baik. Orientasi tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.
2. Asertation Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat. 3. Acupation Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas dalam bentuk positif dan disukai klien, misalnya melukis, bermain musik, merangkai bunga dan lain sebagainya. 4. Recreation Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan, contoh menebak kata, senam dan jalan-jalan.
5
C. KARAKTERISTIK TERAPI LINGKUNGAN
Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik untuk mendorong terjadinya proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang paripurna. Lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik, antara lain: 1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan 2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan 3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi 4. Lingkungan rumah sakit yang bersih 5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impulsimpuls pasien 6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons adanya stress 7. Lingkungan
yang
dapat
mengurangi
larangan
dan
memberikan
kesempatan pada pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru. Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi agar tercapai tujuannya menurut (Minde et al,2006) adalah : 1. Pengurangan dominasi : keluarga memberikan kebebasan pasien untuk memilih, mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien merasa bahwa dia juga mempunyai otonomi sendiri 2. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun lingkungan sosial pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik 3. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal pengkajian sampai dengan evaluasi 4. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien 5. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan tempat mereka dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari Adaptasi lingkungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien akan menemukan lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan 6
menerima pasien kembali yaitu keluarga dan mas yarakat dapat menerima dan memperlakukan pasien sama seperti manusia normal lainnya dan tidak menganggap bahwa pasien dengan gangguan jiwa tidak layak kembali bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh. D. BENTUK LINGKUNGAN
1. Lingkungan Fisik Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi : a) Bentuk dan struktur bangunan. b)
Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik: a.
Lingkungan fisik yang tetap Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengahtengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu
memelihara
hubungan
terapeutik
pasien
dengan
masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi. Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan. Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
7
b. Lingkungan fisik semi tetap Fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien. c. Lingkungan fisik tidak tetap Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya. 2. Lingkungan Psikososial Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien: 1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien. 2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar. 3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan. 4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien. 5.
Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
8
E. MACAM - MACAM TERAPI LINGKUNGAN
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.
1. Model terapi moral Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan dengan pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruknya yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama
pembenaran
kekuatan
hukum
untuk
berperan
melawan
penyalahgunaan narkoba. 2. Model terapi sosial Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial. Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosail yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok. 3. Model terapi psikologis Model ini diadabtasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepas beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba
9
yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun terapi pribadi. 4. Model terapi budaya Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut. . (Videbeck, 2008) F. JENIS KEGIATAN DARI TERAPI LINGKUNGAN
1. Terapi Rekreasi Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga mengembangkan kemampuan hubungan social. Contohnya, kegiatan yang banyak mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan
10
tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua). 2. Terapi Kreasi Seni Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa diantaranya adalah : a. Dance therapy/ menari; Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien. identifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya dilakukan sebelum masuk rumah sakit. b. Terapi music Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan
kepada
para
pasien
dalam
mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Bahkan terapi musik ini dapat merelaksasikan otot-otot dan meningkatkan kuantitas hormon endorfin dalam tubuh
Gambar : Terapi Musik c. Terapi menggambar/melukis Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan.
11
d. Literatur/biblio therapy Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel, buku-buku, majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh para pasien. milieu terapi jenis ini juga akan meningkatkan keterikatan dengan peer grup, sehingga dapat meningkatkan pula kemampuan pasien berinteraksi. 3. Pet therapy Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering kali digunakan pada pasien anak dengan autistic. Binatang yang digunakan adalah juga binatang yang sudah familiar dengan pasien serta pasien mengetahui bagaimana cara merawat binatang peliharaan dengan benar. hal ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang dalam memelihara binatang. Sehingga diharapkan dengan binatang yang dititipkan tersebut pasien dapat mengambil keputusan terutama apa yang harus dilakukan untuk binatang peliharaannya tersebut.
Gambar : Pet Therapy
12
4.
Plant therapy Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan. Senada dengan pet teraphy hanya obyek yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan, dapat menjadi alternatif bagi pasien yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap binatang. Namum pada prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa tanggung jawab dan kasih sayang. (Towsend, 2010).
G. KONDISI PASIEN KHUSUS PADA TERAPI LINGKUNGAN
1) Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide) : a) Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Ruangan aman dan nyaman 2. Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri. 3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci 4. Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau 5. Tata ruangan menarik; menempelkan poster yang cerahwarna dinding cerah, ada bacaan yang ringan, lucu dan memotifasi hidup 6. Warna dinding cerah 7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup
13
8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi 9. Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien b) Lingkungan sosial: 1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin. 2. Memberikan
penjelasan
setiap
akan
melakukan
kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya. 3.
Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
4.
Meningkatkan harga diri pasien.
5.
Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya. 2) Pasien dengan amuk : a. Lingkungan Fisik: 1) Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup. 2)
Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
3) Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci. 4) Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan. b. Lingkungan Psikososial: 1) Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati. 2) Observasi pasien tiap 15 menit. 3)
Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4) Penuhi kebutuhan fisik pasien. 5) Libatkan keluarga.
14
H. KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN
1) Containment Fungsi Tujuan
: mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa. : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan Kepercayaan
Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan. Aktifitas
: memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada
diri sendiri dan orang lain. 2) Support Fungsi
: membantu pasien merasa aman dan nyaman serta
mengurangi kecemasan. Tujuan
: meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan sikap empati edukasi. Aktifitas
: meningaktkan hubungan dan interaksi.
3) Struktur Fungsi
: membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
Tujuan
: meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur.
Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation. Aktifitas
: menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien.
4)
Involvement Fungsi
: mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi
keterlibatan \ Tujuan
dan
konfrontasi
untuk
meningkatkan
sosial. : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan
15
keterampilan. Bentuk terapi : terapi kelompok. Aktifitas 5)
: melakukan aktifitas kelompok.
Validation Fungsi
: membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan
yang lebih besar dan menyatu identitasnya. Tujuan
: membantu pasien memahami dan menerima keunikan
dirinya serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senang. Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi. Aktifitas
: bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi reinforcemen.
I. PERAN PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan tersebut. (Copel,2007) mengatakan adapun peran perawat dalam milieu terapi adalah : 1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien dan keluarga. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat. Menciptakan suasana yang nyaman di lingkungan tempat pasien akan kembali. Mengkondisikan bahwa lingkungan yang akan di tinggali pasien telah kondusif 2. Penyelenggaraan proses sosialisasi Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan
16
tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu menghilangkan stigma negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa, sehingga tercipta suasana masyarakat yang stabil 3. Sebagai teknis perawatan, fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut. Mengevaluasi dan mengontrol keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dan memotivasi untuk melakukan kegiatan yang disukai serta dengan tetap melanjutkan interaksinya dengan masyarakat 4. Sebagai leader atau pengelola. Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar, dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien. Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat (milliu therapy) adalah 1. Berkomunikasi dengan jujur 2. Mempunyai rasa empati 3. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berelbihan 4. Dapat memecahkan masalah secara mandiri 5. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih 6. Mudah beradaptasi untuk berubah 7. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi 8. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan 9. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien 10. Mempecayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya (Kaiser and Roberts, 2013)
17
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif dan mengajarkan keterampilan psikososial. Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi kreasi seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi, ada juga pet therapy dan plant therapy. Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses sosialisasi B. SARAN
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.edisi 2. EGC. Jakarta Departemen Sosial RI. 1992. Pedoman Operasional Rehabilitasi Sosial Bagi Penderita Cacat Mental . Temanggung: PRPCM. e- e-journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf. 2012 ” Pusat Penyembuhan Penyakit Jiwa dan Gangguan Kejiwaan di Yogyakarta”. oleh NJL Gaol. 1 September 2018. Kaiser, A. P., & Roberts, M. Y. 2013. Parent Implemented Enhanced Milieu Teaching With Preschool Children Who Have Intellectual Disabilities. Journal of Speech, Language and Hearing Research, 56 , 295-309 Kusumawati Farida, Yudi Hatono, 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: SalembaMedika Minde R, Haynes E, Rodenberg M. 2006. The ward milieu and its effect on the behavior of psychogenic patients. Candn jnl of psy. 35(2) Muslim, AT. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung: FK UNPAD Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika press Stuart, G. W, and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Townsend, Mary C.2010.Diagnosis Keperawatan Psikiatri.EGC.Jakarta Videbeck, Sheila.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC .Jakarta Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama,
19