MAKALAH
THAHARAH DAN SHALAT Dipresentasikan pada tanggal 7 September 2009 Di jurusan Pendidikan Kimia semester III Dalam rangka melengkapi perkuliahan mata kuliah Fiqih dan U shul Fiqih Yang dibina leh Dr!"nde#i Suhartini$ %!"g!
Oleh:
Rofa Yulia Azhar
208 204 137
Tonny Fahruroji
208 204 147
Irma Rahmawati
208 204 117
Widia Fuji Gusniarti
208 204 152
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2009 M / 1430 H
Shalat dan &haharah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al-Qur'an, dan lai nnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat – syarat untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat – syarat diantaranya haji, yang memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil. Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika kebersihan dan kesucian diri seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka ibadah tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesucian dari najis maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap manusia yang akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur'an, naik haji, dan lain sebagainya.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah beserta tujuan yang ingin kami capai dalam pembuatan makalah ini. Maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan penyusun sajikan di dalam makalah ini. Salah satunya sebagai berikut: 1. Pengertian Thaharah dan Shalat. 2. Bagaimana pelaksanaan Thaharah dan Shalat. 3. Hikmah dari Thaharah dan Shalat. 4. Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Thaharah dan Shalat.
1
Shalat dan &haharah
BAB II THAHARAH
2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Thaharah
Thaharah berarti bersih (nadlafah), suci (nazahah),terbebas (khulus) dari kotoran (danas). Seperti tersebut dalam surat Al- Baqarah ayat 222 :
{222} ....... Yang artinya : “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri “ .
Dan dalam surat Al- A’raf ayat 82 :
{%2}
! "# "# $ " .......
Yang artinya : “ sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri “.
Menurut syara’ thaharah itu adalah mengangkat (menghilangkan) penghalang yang timbul dari hadats dan najis. Dengan demikian thaharah syara’ terbagi menjadi dua yaitu thaharah dari hadats dan thaharah dari najis. Pada umumnya
benda
yang
lazim
digunakan
untuk
bersuci
adalah
dengan
menggunakan air, tetapi pada keadaan tertentu tidak tertutup kemungkinan ada penggunaan
bahan
lain
selain
air.
Adapun
macam-macam
air
dan
pembagiannya adalah sebagai berikut:
a) Air yang suci dan menyucikan. b) Air suci tetapi tidak m enyucikan. c) Air yang najis.
2
Shalat dan &haharah
Pokok permasalahan dalam bersuci adalah najis yang wajib untuk dihilangkan. Benda-benda yang termasuk najis :
a)
Bangkai binatang darat yang berdarah, kecuali mayat manusia.
b)
Darah.
c)
Nanah.
d)
Segala benda cair yang keluar dari dua pintu .
e)
Arak.
f)
Anjing dan Babi.
1
Sebelum kita melangkah dalam pembahasan selanjutnya ada beberapa hal yang perlu kita ketahui. Dalam bersuci dari najis, terlebih dahulu diterangkan bahwa najis terbagi menjadi tiga bagian : a) Najis Mugallazah (tebal), yaitu najis anjing. Cara bersucinya adalah dengan membasuh tujuh kali dengan tanah dan satu kali dengan air. b) Najis Mukhaffafah (ringan), misalnya kencing seorang bayi laki-laki yang belum makan (hanya minum susu). Cara bersucinya adalah dengan memercikan air pada benda yang terkena najis. Adapun untuk kencing seorang bayi wanita hukumnya sama dengan mencuci kencing orang dewasa. Dibasuh sampai hilang najis dan sifat-sifatnya. c) Najis Mutawassitah (pertengahan). Terdiri dari dua macam, yaitu hukmiah (tidak nyata). Seperti air kencing yang telah lama kering. Bersuci dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis. ‘ainiyah (nyata), yaitu yang masih ada zat, rasa, warna dan bau. Bersuci dilakukan sampai hilang zat, rasa, baud an warnanya.
2.2 Wudhu’
Menurut lughat ( bahasa ), adalah perbuatan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu. Dalam istilah syara’ wudhu’ adalah perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat. Mula-mula wudlu itu diwajibkan setiap kali hendak
1
Dua pintu tempat buang air besar dan air kecil.
3
Shalat dan &haharah
melakukan shalat tetapi kemudian kewajiban itu dikaitkan dengan keadaan berhadats. Syarat-syarat Wudlu :
a) Islam. b) Mumayiz. c) Tidak sedang berhadas besar. d) Bersuci menggunakan air yang suci dan menyucikan. e) Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada kulit. Fardhu (rukun) wudlu: 2
a) Niat karena Allah semata . 3
b) Membasuh muka . 4
c) Membasuh kedua tangan sampai siku . 5
d) Menyapu sebagian kepala . 6
e) Membasuh kedua telapak kaki sampai kedua mata kaki . f) Tertib (berurutan). Sunah wudlu: 7
a) Membaca basmalah pada awalnya . b) Membasuh ke dua telapak tangan sampai ke pergelangan sebanyak tiga kali, 8
sebelum berkumur-kumur., walaupun diyakininya tangannya itu bersih . c) Madmanah, yakni berkumur-kumur memasukan air ke mulut sambil 9
mengguncangkannya mengguncangkannya lalu membuangnya . 10
d) Istinsyaq, yakni memasukan air ke hidung kemudian membuangnya . 11
e) Meratakan sapuan keseluruh kepala . 12
f) Menyapu kedua telinga . 2
Karena Hadits : "Sesungguhnya semua pekerjaan itu disertai dengan niatnya". HR. Bukhari-Muslim dari Humran. 4 Ayat ttg. mrmbasuh tangan sampai siku, idem no. 3 dan HR Ahmad yang dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Abdullah bin Zaid bin 'Ashim. 5 Al-Maidah : 6 dan idem no. 3 6 Al-Maidah : 6, idem no. 3 dan HR. Ahmad dari Abdullah bin Zaid bin 'Ashim. 7 HR. Abdul Kadir Ar-Ruhawi dari Abu H urairah. 8 HR. Bukhari-Muslim dari Humran. 9 HR. Malik, Ahmad dan nasa'i; HR. Bukhari dalam Tarikhnya dan Thabarani dari Abu Khairah Shubahi.r.a. 10 Idem no. 9. 11 HR. Bukhari Muslim dari Abdullah bin Zain bin 'Aishim. 3
4
Shalat dan &haharah
13
g) Menyela-nyela janggut dengan jari . 14
h) Mendahulukan yang kanan atas yang kiri . i) Melakukan perbuatan bersuci itu tiga kali- tiga kali. j) Menghadap kiblat. k) Mengosok-gosok anggota wudlu khususnya bagian tumit. 15
l) Menggunakan air dengan hemat . Hal-hal yang membatalkan wudlu : 16
a) Keluar Sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya . 17
b) Hilang akal . 18
c) Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan . 19
d) Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan . e) Tidur nyenyak, kecuali duduk tegap. Menyapu Sepatu:
Dan usaplah kedua khuf atau sesamanya sebagai pengganti membasuh 20
(mencuci) kedua kaki dalam wudlu , untuk tiga hari dalam perjalanan dan satu hari dalam waktu tidak bepergian, selama tidak membuka keduanya, sedang 21
waktu memakainya di waktu suci (belum batal wudlunya) . Setelah kamu berwudlu dengan cara-cara yang tersebut di atas, maka kamu dalam keadaan suci, selagi belum ada sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan
22
.
12
HR. Abu Dawud dan Nasa'i yang dishahihkan Ibnu Khuzaimah dari abdullah bin Uma. HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Daruquthni dan Hakim dan Utsman bin Affan. 14 HR. Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah. 15 HR. Bukhari-Muslim dari Anas. 16 An-Nisa: 43. 17 Riwayat Abu Dawud. 18 Idem no. 15. 19 Ibnu Majah yang disahkan oleh Ahmad. 20 HR. Abu Dawud dari Mughirah bin Syu'bah; HR Abu Dawud dan Daru Quthni dari Ali r.a. dan HR Ahmad dari Bilal. 21 HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah dari Safwan bin Assal. 22 Al-Maidah 6, idem no. 20 dan HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah. 13
5
Shalat dan &haharah
2.3 Mandi Wajib
Menurut lughat, mandi di sebut al-ghasl atau al-ghusl yang berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan di dalam syara’ ialah mengalirnya air 23
keseluruh tubuh disertai dengan niat . Sedangkan bersuci dari hadats ialah membersihkan pakaian, tempat atau benda-benda lain dari suatu keadaan yang merusak thaharah, seperti keluarnya sesuatu dari dua lubang (dubur dan qubul). Sebab-sebab wajib mandi : 24
a) Bersetubuh, baik keluar mani ataupun tidak . 25
b) Keluar air mani, baik disengaja ataupun tidak . 26
c) Meninggal, hukumnya fardhu kifayah . 27
d) Haid . 28
e) Nifas, darah yang keluar dari kemaluan perempuan sesudah melahirkan . f) Melahirkan, baik normal, prematur, dan keguguran. Fardhu (rukun) mandi wajib:
a) Niat karena Allah semata. b) Mengalirkan air ke seluruh badan. Sunah-sunah Mandi:
Maka hendaklah kamu mandi dan mulailah membasuh (mencuci) kedua 29
30
tanganmu dengan ikhlas niyatmu karena Tuhan Allah lalu basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu pada tanah atau apa 31
yang menjadi gantinya lalu berwudlulah sebagai yang tersebut di atas; kemudian ambillah air dan masukkanlah jari-jarimu pada pokok rambut dengan sedikit 32
wangi-wangian , sesudah dilepaskan rambutnya
33
. Dan mulailah pada sisi yang
23
Al-Maidah:6 H.R Muslim 25 Al-Maidah 6; HR. Muslim dari Abu Said Khudri; HR. Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi dari Ali r.a. dan HR. Bukhari Muslim dari Ummi Salamah. 26 H.R Bukhari-Muslim. 27 QS. al-Baqarah : 222 dan HR. Bukhari dari 'Aisyah r.a. 28 Idem no. 26. 29 HR. Bukhari-Muslim dari 'Ais yah. 30 idem no. 2. 31 HR. Bukhari-Mislim dari Maemunah. 32 HR. Bukhari-Muslim dan HR. Muslim dari 'Aisyah. 33 HR. Ibnu Majah dari 'Aisyah dalam dalam isnad yang shahih. 24
6
Shalat dan &haharah
34
kanan , lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu 35
36
semuanya , serta digosok , kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan 37
mendahulukan yang kanan daripada yang kiri , dan janganlah berlebih-lebihan 38
dalam menggunakan air .
2.4 Tayamum
Tayammum menurut lughat yaitu menyengaja. Menurut istilah syara’ yaitu menyampaikan tanah ke wajah dan tangan dengan beberapa syarat dan 39
ketentuan . Macam thaharah yang boleh di ganti dengan tayamum yaitu bagi orang yang junub. Tayamum sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang sebagai berikut: a) uzur , sehingga tidak dapat menggunakan air. b) Karena dalam perjalanan. c) Karena tidak ada air. Syarat Tayamum :
a) Sudah masuk waktu shalay. b) Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah masuk waktu shalat. c) Dengan tanah suci dan berdebu. d) Menghilangkan najis sebelum bertayamum. Fardhu (rukun) tayamum:
a) Niat karena Allah semata. b) Mengusap muka dengan tanah. c) Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah. d) Tertib.
34
Idem no. 32. Idem no.29. 36 Al-Maidah : 6 dengan penekanan pada kata "tathahhur" yang berarti lebih daripada mandi biasa, ialah dengan digosok. 37 Idem no. 36. 38 Idem no. 15. 39 Idem no. 23. 35
7
Shalat dan &haharah
Sunah Tayamum: 40
a) Membaca basmalah . 41
b) Meniup tanah agar tanah menjadi tipis di atas telapak tangan . c) Membaca dua kalimat syahadat ketika selesai tayamum. Masalah yang berkaitan dengan tayamum :
a) Orang yang bertayamum wajib mengulangi shalatnya apabila telah mendapat air. b) Satu kali tayamum dapat dipakai untuk beberapa kali shalat (baik fardhu maupun sunah). 42
c) Boleh tayamum apabila luka atau karena cuaca yang sangat dingin . Hal-hal yang membatalkan tayamum :
a) Sama halnya dengan apa yang membatalkan wudlu. 43
b) Ada air .
2.5 Istinja’ dan istijmar
Jika seseorang selesai buang hajat maka dia boleh memilih satu dari tiga cara berikut untuk mensucikan diri dari najis: a) Bersuci dengan air. b) Bersuci dengan batu. Dalilnya adalah sabda Nabi saw dan perbuatannya. Salman berkata, “Rasulullah saw melarang kami beristijmar dengan kurang dari tiga batu.” (HR. Muslim). Ibnu Mas’ud berkata, “Nabi saw pergi buang hajat beliau memintaku mencari tiga batu, aku datang dengan dua batu dan kotoran hewan beliau menerima dua batu dan membuang kotoran seraya bersabda, ‘Ia kotor.” (HR. alBukhari). c) Bersuci dengan batu kemudian air.
40
Idem no. 7. Riwayat Daruqutni. 42 Riwayat Abu Dawud dan Daruqutni 43 Riwayat Tirmizi. 41
8
Shalat dan &haharah
2.6 Pekerjaan yang dilarang karena Hadast Hal-hal yang dilarang karena hadast kecil :
a) Mengerjakan shalat. b) Tawaf. c) Menyentuh, mengangkat atau membawa Qur’an. Hal-hal yang dilarang karena hadast besar :
a) Shalat. b) Tawaf. c) Menyentuh, membawa dan mengangkat Qur’an. d) Membaca Qur’an. 44
e) Berhenti dalam masjid . Hal-hal yang dilarang karena hadas, haid atau nifas :
a) Shalat. b) Tawaf. c) Menyentuh atau membawa Qur’an. d) Diam di dalam masjid. e) Puasa. f) Menalak istri. g) Bersetubuh.
44
An-Nisa: 43.
9
Shalat dan &haharah
BAB III SHALAT
3.1 Pengertian dan Konsep Dasar Shalat
Menurut bahasa shalat berarti doa. Sedang menurut syara’ berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa kepada Tuhanya, mengagungkan kebesaranNya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut cara-cara yang telah ditentukan.
45
Seperti tersebut dalam Surat Al-Haj ayat 77 :
$ & & ' ( ( ) ) ' ( ( * $ & + + , - -
, / / 0 ( 1+ 1+ 3 3 4 5 5 ! #! #! {88} ' 6 6 7
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu dan sembahlah olehmu akan Tuhanmu serta berbuatlah kebajikan agar kamu memperoleh kemenangan”.
Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
{?@} ( 1 9 3 ( 1+ 1+ :! 1 1; ; 7 4 :< = ># ># Yang artinya : “Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ “.
Dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah, ditujukan kepada setiap orang yang menginginkan shalatnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, sesuai dengan sabdanya :
A ' B B# A " " # #+ ! 1 ' B B Yang artinya: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (HR. Bukhari).
45
Drs.H.Moh. Rifa’i. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Hal 79.
10
Shalat dan &haharah
3.2 Keutamaan Shalat 46
1. Shalat itu mencegah dari semua perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan firman Allah :
.... & 4C D D 6 E 7 7 :< = ..... Yang artinya :”Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari semua kekejian dan munkar…”(Q.S. Al-Ankabut 45) 47
2. Shalat adalah amal ibadah yang akan dihisab lebih dahulu.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani : “ Amal yang pertama kali akan dihisab bagi seseorang hamba di hari kiamat ialah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baiklah segala amalan yang lain. Dan jika shalatnya itu rusak, rusak, maka binasalah binasalah segala amalannya yang lain.”
3. Shalat merupakan ukuran-ukuran keimanan bagi seseorang.
48
Islam memandang shalat sebagai tiang agama. Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Jelasnya apabila seseorang mengaku beriman, tetapi ia tidak pernah mengerjakan shalat, maka pengakuannya itu tidak dibenarkan oleh syara’. 4. Shalat sebagai penghapus dosa.
49
Abu Hurairah r.a, berkata :”Saya telah mendengar Rasululllah s.a.w. bersabda : Bagaimanakah pendapat kamu kalau sebuah sungai di muka pintu salah satu kamu, dan ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih tertinggal kotorannya? Jawab sahabat : TIdak, maka demikianlah sembahyang lima waktu, Allah menghapus dengannya dosadosa.” (H.R. Bukhari Muslim).
3.3 Shalat Lima Waktu Hal sunah yang dilakukan sebelum shalat :
a) Adzan. 46
Terjemah Kitab Ritadhus shalihin, hal 149. Ilmu Fiqih Islam lengkap, hal 82. 48 Idem No.47,hal 83 49 Idem No.46, hal 151. 47
11
Shalat dan &haharah
b) Iqamah. 50
Waktu shalat fardhu :
a) Dzuhur. Awal waktu setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit dan akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjang. b) Ashar. Awal waktu dari habis waktu wakt u dzuhur, sampai terbenam matahari. c) Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (teja) merah. d) Isya. Dimulai dari terbenamnya syafaq merah sampai terbit fajar kedua. e) Subuh. Mulai terbit fajar kedua sampai terbit matahari. Syarat wajib shalat lima waktu : 51
a) Islam . 52
b) Suci dari haid dan nifas . c) Berakal sehat. 53 d) Baligh (dewasa) . 54
e) Telah sampai dakwah . f) Melihat atau mendengar. 55
g) Terjaga . Syarat sah shalat :
a) Suci dari hadast besar dan hadast kecil. b) Suci badan, pakaina dan tempat dari najis. c) Menutup aurat. d) Mengetahui masuknya waktu shalat. e) Menghadap Kiblat (ka’bah). Rukun Shalat:
a) Niat semata-mata karena Allah. b) Berdiri bagi orang yang kuasa. c) Takbiratul ihram (membaca “Allahu akbar”) 50
Riwayat Abu Dawud, H.R Muslim dan lain-lainnya. Al-Muddassir: 40-44. 52 Riwayat Muslim. 53 Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah. 54 An-Nisa: 165. 55 Idem No. 45. 51
12
Shalat dan &haharah
d) Membaca surah Al-Fatihah. Al-Fatihah. Rasulullah pernah bersabda: bersabda:
G! & H 7! 6 6 # I $ :< B F “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca fatihatul Kitab.”
e) Rukuk serta tumaninah. f) I’tidal serta tumaninah. g) Duduk diantara dua sujud serta tumaninah. h) Duduk akhir. i) Membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi Muhammad.
A - ! # # L ' ' M< N KJ! - - J ' = J! , R# R# K ! = Q! - - E ' E ' ! ' ' M < N O K 7! 1 1 H H P+ P+ E ' U B $ ' O K 0+ 0+ T, - - ,S, 3 # , R# R# F O F # L " $ V WX $ V E ' Y ' B B ! 1 Z,, 3 WX E ' Z,, 3 E ' Y 1+! 1+! ! 1 Z, [ 3 WX E ' Z,, [ 3 E ' E ' \+! K, / 3 , [ [ P 3 L ][ # # A " $ ' K, [ [ / 3 , [ [ P L " $ V WX $[ V H [ * 3 J! ! H * 3 - I I G 5[ 3 $ ^ G 5 W! ^,, _ N j) Memberi salam yang pertama. k) Tertib. Sunah-sunah shalat Fardhu:
a) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan rukuk, ketika berdiri dari rukuk, ketika berdiri dari tasyahud awal. b) Meletakan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri. c) Melihat ke arah rtempat sujud. Kecuali dalam tasyahud. Ketika itu hendaklah melihat ke telunjuk. d) Membaca doa iftitah.
13
Shalat dan &haharah
` D J, ! ! ! 1 a! ! ! b A , ! - - [ ' 3 d e e G f E I &! !&! ! ! b 3 A g I " " $[ ' KG[ c c Q - j ' f 4! ! ! a! ! ! b 3 A ' N ' i! ' Kh ",, e) Membaca ta’awwudz.
$ ^ ! D 3 ! ] ] # # f) Mengucapkan amin setelah membaca Al-Fatihah. g) Membaca surah atau ayat qur’an. h) Sunah bagi makmum untuk mendengar bacaan imamnya. i) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan pada dua rakaat yang pertama pada shalat Maghrib dan Isya serta pada shalat Jumah, shalat hari raya, tarawih dan witir. j) Takbir tatkala turun dan bangkit. k) Ketika bangkit dari rukuk membaca:
T, P 9 0 l) Tatkala itidal membaca:
J N 4U 4U 3 O * * 1+! 1 !S +! - 3 -3 -g !S k k S f 1 1 ,S P , L ! + + , ( ( Z4A R 3 Y l R R 3 !3 4U 3 ! 3 !3 4U 3 m+ m+e 4U 3 m) Meletakan telapak tangan di atas lutut l utut ketika rukuk. n) Membaca tasbih tiga kali ketika rukuk.
$ n ( A + + ! - 0 o) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.
E' e A + ! - 0 0 p) Membaca doa ketika duduk diantara dua sujud.
A 6 i i $ ' KA 6 i i G+ A 6 i i G+ A 6 i i G+ A " " - ^ ^ A ", ", V V A *! *! A >o >o+ A P+ P+ 56
q) Duduk iftirasy pada semua duduk dalam shalat.
56
Duduk diatas mata kaki kiri, tapak kaki kanan ditegakan, ujung jari kanan dihadapkan ke kiblat.
14
Shalat dan &haharah
57
r) Duduk tawaruk di duduk akhir. s) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri. t) Bertumpu pada tanah tatkala hendak berdiri dari duduk. u) Memberi salam yang kedua. v) Ketika memberi salam disertai juga dengan niat memberi salam kepada yang di sebelah kanan dan kirinya, baik terhadap mausia maupun malaikat. Hal-hal yang membatalkan shalat :
a) Meninggalkan salah satu rukun. b) Meninggalkan salah satu syarat. c) Sengaja berbicara. d) Banyak bergerak. Dalam beberapa hadis gerakan yang dilakukan tidak boleh lebih dari tiga kali. e) Makan dan minum. Sebab-sebab sujud sahwi:
a) Ketinggalan tasyahud pertama atau ketinggalan kunut. b) Kelebihan rakaat, rukuk atau sujud karena lupa. c) Karena syak (ragu)tentang (ragu)tentang jumlah rakat. d) Apabila kurang rakaat shalat karena lupa.
3.4 Shalat Berjamaah
Apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang di antara mereka mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjamaah. Shalat berjamaah hukumnya sunnat mu’akad, kecuali shalat berjamaah pada shalat jumat. Pahala shalat berjamaah adalah 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat sendirian. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Yang artinya : “ Dari Ibnu Umar r.a. berkata : bahwa Rasulullah bersanda : “Shalat berjamaah lebih utama pahalanya dari pada shalat sendirian, sebanyak duapuluh tujuh derajat kelebihnnya dibandingkan dengan shalat sendirian.” 57
Seperti iftirasy juga,tetapi tapak kaki yang kiri dikeluarkan ke sebelah kanan dan pantat sampai ke tanah.
15
Shalat dan &haharah
Sedangkan shalat berjamaah bagi wanita, disunatkan puloa. Tetapi shalat mereka lebih utama dikerjakan di rumah dari pada di mesjid ; sesuai dengan hadits Nabi saw, yang artinya :“ dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : “ Shalat seorang perempuan di rumahnya lebih utama dari pada shalatnya di ruangan (mesjid) dan shalat dalam kamar lebih utama dari pada shalatnya di rumahnya.”(H.R. Abu Dawud).
Syarat sah mengikuti imam :
a) Makmum hendaklah berniat mengikuti imam. b) Makmum hendaklah mengikuti imam dalam setiap pekerjaannya. c) Mengetahui gerak-gerik perbuatan imam. d) Keduanya berada dalam satu tempat. e) Tempat berdiri makmum tidak boleh lebih depan dari i mam. f) Imam hendaklah jangan mengikuti yang lain. g) Aturan shalat makmum dengan imam hendaklah sama. h) Laki-lak tidaklah sah mengikuti perempuan. pe rempuan. i) Imam hendaklah orang yang baik bacaannya.
16
Shalat dan &haharah
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Bersuci merupakan persyaratan dari beberapa macam ibadah, karena itu bersuci memperoleh tempat yang utama dalam ajaran Islam. Berbagai aturan dan hukum ditetapkan oleh syara dengan maksud antara lain agar manusia menjadi suci dan bersih baik lahir maupun batin. Kesucian dan kebersihan lahir dan batin merupakan pangkal keindahan dan kesehatan. Oleh karena itu hubungan kesucian dan kebersihan dengan keindahan dan kesehatan erat sekali. Pokok dari ajaran ilam tentang pengaturan hidup bersih, suci dan sehat bertujuan agar setiap muslim dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi. Kebersihan dan kesucian lahir dan batin merupakan hal yang utama dan terpuji dalam ajaran Islam, karena dengan kesucian an kebersihan dapat meningkatkan derajat harkat dan martabat manusia di hadirat Allah SWT. Shalat dan thaharah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Shalat adalah salah satu tiangnya agama. Oleh maka itu, memahami hal-hal yang berkaitan dengan shalat adalah hal yang wajib bagi umat islam. Agar apa yang telah kita lakukan memperoleh ridha-Nya.
4.2 Kritik dan Saran
Penyusun sadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari harapan para pembaca. Hal itu tak pelak karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penyusun miliki. Sebenarnya banyak sekali pokok pembahasan yang ingin penyusun masukan dalam makalah ini. Tapi inilah yang dinamakan keterbatasan, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyamoaikan saran kepada para pembaca sekalian agar lebih mamahami islam secara kaffah. Janganlah bigung dengan berbagai sekte yang a da dalam islam. Selalu ambilah jalan aman a ntara apa yang sedang dipertentangkan.
17
Shalat dan &haharah
DAFTAR PUSTAKA Bahreisj, H.Salim. 1987. Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II . Bandung : PT. AlMa’arif. Jawad, Muhammad Mughniyah. 2000. FIQIH LIMA MAZHAB. Jakarta : PT. Lentera Basritama. Rasjid, H. Sulaiman. 1997. FIQIH ISLAM. Edisi tiga puluh satu . Bandung : PT. Sinar Baru Algesindo Bandung. Rifa’I, Drs.H.Moh. 1978. ILMUFIQIH ISLAM LENGKAP. Semarang : CV. TOHA PUTRA. Shihab, M. Quraish.1999. FATWA-FATWA. Bandung : Mizan. Tim lima.2007. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia. Edisi ketiga . Bandung : Maestro Bandung. www.islamhouse.com
18