NAMA
: HENGKY KURNIAWAN KURNIAWAN
NPM
: 15021011
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN SEMESTER: (5) MATKUL
: PARTAI POLITIK DAN PEMILU
TIPOLOGI PARTAI POLITIK Tipologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai parpol berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, orientasi , komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena dalam kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. Pembahasan ini penting dalam hal melihat sejauh mana fungsi-fungsi ideal partai politik dapat terwujud di Indonesia selama ini. Di bawah ini diuraikan sejumlah tipologi parpol menurut kriteria-kriteria tersebut. kita dapat melihat berdasarkan asas dan orientasi dari parpol tersebut. Berdasarkan asas dan orientasinya, parpol diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Adapun tiga tipe ini meliputi parpol pragmatis, parpol doktriner dan parpol kepentingan. Pertama, Yang dimaksud dengan parpol pragmatis ialah suatu partai yang
mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu. Artinya, perubahan waktu, situas i dan kepemimpinan akan juga mengubah program, kegiatan dan penampilan parpol tersebut. Penampilan parpol pragmatis cenderung merupakan cerminan dari program-program program-program yang disusun oleh pemimpin utamanya dan gaya kepemimpinan sang pemimpin. Par tai
pragmatis, biasanya muncul dalam sistem dua partai berkompetisi yang relatif stabil. Kedua, yang dimaksud dengan parpol doktriner ialah suatu partai politik yang
memiliki sejumlah program dan kegiatan kongkrit sebagai penjabaran ideologi. Partai ini biasanya terorganisasikan secara agak longgar. Hal ini tidak berarti partai politik pragmatis tidak memiliki ideologi sebagai identitasnya. Dalam program dan gaya kepemimpinan terdapat beberapa pola umum yang merupakan penjabaran ideologi. Namun ideologi yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum daripada sejumlah doktrin dan program kongkrit yang siap dilaksanakan. Ideologi yang dimaksud ialah seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara kongkrit dan sistematis dalam bentuk program-program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai. Ketiga, Selanjutnya, parpol kepentingan merupakan suatu parpol yang dibentuk
dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai ini sering ditemui dalam sistem banyak partai, tetapi kadangkala terdapat pula dalam sistem dua partai berkompetisi namun tak mampu mengakomodasikan sejumlah kepentingan dalam masyarakat. Partai politik kalau dilihat dari tujuan dan orientasi dari parpol itu sediri. Almond menggolongkan parpol berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu: Pertama parpol yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, ,
seperti kelas atas, menengah, dan bawah Kedua parpol yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan
tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha Ketiga parpol yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, se-
perti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu
Keempat parpol yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya
tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu. Pengklasifikasian jenis partai yang dilihat dari sudut pandang secara umum, adalah seperti di bawah ini; Pertama, Partai Proto Jenis partai ini merupakan karakter dasar dari tipe awal .
parpol, yang biasanya ada dalam lingkungan parlemen atau intraparlemen. Basis pendukungnya adalah kelas menengah ke atas. Bentuk organisasi dan ideologinya relatif rendah (sederhana). Belum sepenuhnya sebagaimana dalam ciri parpol modern. Kedua, Partai Kader Secara historis partai ini berkembang sebagai akibat hak .
pilih belum diberikan kepada masyarakat luas. Anggotanya kebanyakan kelas menengah ke atas, dan tidak memerlukan organisasi besar untuk memobilisasi massa. Ketiga, Partai Massa. Berkembangnya jenis ini karena adanya perluasan hak
pilih rakyat. Parpol ini dihentuk di luar parlemen (ekstraparlemen). Orientasi parpol ini adalah kepada basis pendukung, yaitu buruh, petani dan massa lainnva. Tujuannva adalah untuk pendidikan politik dan pemenangan pemilu. Ideologi dan organisasinva rapi. Di Indonesia tidak dapat dikatakan sepenuhnva demikian. Sebab berbagai partai yang berbasis formal massa tertentu, seperti buruh, petani maupun massa lainnya itu sifatnya masih slogan saja. Keempat, Partai Diktaktoral Jenis ini adalah merupakan subtipe partai massa. .
Ideologinya kaku dan radikal. Pimpinan tertinggi melakukan kontrol ketat. Rekrutmen anggotanya sangat ketat, di mana anggota parpol dituntut mengabdi secara total. Di Indonesia jenis partai ini banyak juga ditemukan, terutama pada partai-partai baru yang berangkat dari ideologisasi yang baru pula. Misalnya Partai Keadilan (PK) dan sekarang menjadi Partai Keadilan Seja htera (PKS) dan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ikatan ideologisasi dari partai-partai ini sangatlah kuat. Di dalam rekrutmen dan kaderisasi anggotanya pun sangat ketat
dalam konteks konsistensi mereka terhadap ideologi yang dianutnya. Namun sesungguhnya di tingkat pengambilan keputusan, istilah “diktatoral” tampaknya kurang tepat. Hanya saja di sini lebih pada aspek konsistensi dan ketatnya implementasi ideologi yang coba dikembangkan oleh partai-partai jenis ini. Kelima, Partai Catch-All Jenis partai ini merupakan gabungan antara partai kader .
dan massa. Mereka berusaha menampung kelompok sosial sebanyakbanyaknya untuk menjadi anggotanya. Tujuannya memenangkan pemilu berkaitan dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan, dan ideologinya tidak terlalu kaku. Seperti telah dikatakan di muka bahwa sebagian besar partai politik di Indonesia pemenang Pemilu pada era reformasi adalah masuk dalam kategori jenis ini. Partai-partai besar yang ada sekarang memang hidup tidak mengandalkan ideologi, namun penguatan pada kuantitas basis massa, Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di internal elit pengurusnya, sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya proses pendidikan politik. Banyaknya jenis partai seperti ini sesungguhnya masih sedikit jauh dari cita-cita partai modern, terutama ketika transformasi di tingkat masyarakat tidak dapat berjalan secara efektif.