Tradisi Barikan: Kearifan Lokal Malang dan Hubungannya dengan Pancasila sebagai Strategi Kebudayaan
(Makalah)
Untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah Kewarganegaraan yang dibina oleh Muhammad Anas, M.Phil
Disusun oleh: Fifi Yuliana 155020301111003
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI APRIL 2016
Daftar Isi
halaman Daftar Isi ..........................................................................................................................
i
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................
1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
1
Bab II Pembahasan
2.1 Pancasila sebagai Strategi Kebudayaan ................................................................
2
2.2 Tradisi Barikan Warga Malang .............................................................................
2
2.3 Susunan Acara dalam Tradisi Barikan..................................................................
3
2.4 Makna Pancasila dalam Tradisi Barikan dan Hubungannya dengan Strategi Kebudayaan ...........................................................................................................
4
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
6
3.2 Saran ......................................................................................................................
6
Daftar Pustaka.................................................................................................................
7
i
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Saat ini kita sedang berada dalam era globalisasi dan modernisasi. Tak heran apabila banyak sekali pengaruh dari barat yang masuk ke Indonesia. Indonesia perlu menyiapkan strategi kebudayaan untuk menghadapinya. Disinilah peran Pancasila ada, yaitu sebagai penyaring atau filter terhadap budaya asing yang gencar masuk ke Indonesia. Mempersiapkan strategi kebudayaan bukanlah berarti menutup rapat-rapat dari pengaruh budaya luar, melainkan merencanakan suatu tahapan-tahapan agar jangan sampai yang diserap oleh bangsa kita justru yang menjadi ekses di negara-negara pengekspor budaya tersebut (Hidayat, dalam antaranews.com). Pancasila sebagai dasar negara sudah semestinya hidup dalam setiap kehidupan masyarakatnya. Karena Pancasila adalah kristalisasi nilai dari budaya dan tradisi bangsa sejak zaman dulu, maka seharusnya sampai saat ini nilai-nilainya dapat tetap terus diamalkan. Pancasila senantiasa menjadi pedoman kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka sampai kapanpun cita-cita bangsa adalah terwujudnya apa yang terkandung di dalamnya. Indonesia kaya akan budaya dan tradisi. Bukan hanya sekedar budaya atau tradisi, tetapi di dalamnya juga terkandung nilai-nilai Pancasila. Kearifan lokal bukan semata-mata hanya menjadi kebiasaan masyarakat, tetapi juga bentuk pengamalan nilainilai Pancasila. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan penggunaan Pancasila sebagai strategi kebudayaan? 2. Apa yang dimaksud dengan tradisi Barikan? 3. Bagaimana proses berjalannya acara Barikan? 4. Bagaimana hubungan antara tradisi Barikan dengan Pancasila? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui makna Pancasila sebagai sterategi kebudayaan 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tradisi Barikan bagi warga Malang 3. Mengetahui kegiatan atau acara yang ada dalam tradisi Barikan 4. Memaknai tradisi Barikan dari perspektif Pancasila sebagai strategi kebudayaan
1
Bab II Pembahasan
2.1 Pancasila sebagai Strategi Kebudayaan Strategi berasal dari kata stratus yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin atau mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha merencanakan dapat diwujudkan (Ashibly, 2011). Sedangkan kebudayaan adalah kebiasaan yang sudah ada dalam masyarakat sejak lama dan berasal dari masyarakat itu sendiri. Maka strategi kebudayaan adalah cara untuk mewujudkan kebudayaan tertanam kuat dalam masyarakat. Salah satu poin penting dari perspektif ini adalah bahwa kebudayaan mesti dipahami bukan sekadar sebagai pertunjukan, kesenian, atau celoteh tentang moral dan kesadaran; melainkan sebagai corak, pola atau cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak yang terungkap dalam tindakan, praktik dan kebiasaan kita sehari-hari (Suryawan, 2014). Kita tahu bahwa Indonesia memiliki beragam budaya ataupun tradisi karena masyarakatnya yang plural. Pancasila merupakan contoh yang tepat sebagai representasi budaya stategis, selain hanya dimiliki oleh Indonesia, nilai-nilai dasar Pancasila merangkum seluruh kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila merupakan budaya dan pembudayaan bangsa Indonesia yang perlu dipahami secara ilmiah oleh bangsa Indonesia (Suwarno, 1993: 5). Budaya yang dimaksud meliputi ilmu pengetahuan, tradisi, filsafat, kesenian dan hal hal lain yang dihasilkan oleh manusia Indonesia mulai dari zaman kerajaan, zaman kolonial dan sampai meraih kemerdekaannya pada tahun 1945. Dalam budaya-budaya yang terbentuk sejak lama tersebut, maka muncullah kristalisasi nilai sehingga dimunculkan konsep Pancasila sebagai ideologi negara. Maka dari itu, Pancasila sebagai strategi kebudayaan Indonesia tidak hanya berhenti untuk “dimiliki” saja teta pi juga harus diterapkan dalam setiap aspek bebangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah jati diri yang harus dituju dalam proses pembangunan budaya bangsa. 2.2 Tradisi Barikan Warga Malang Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ini dapat diraih karena perjuangan para pahlawan. Setiap tetes keringat perjuangan yang mereka keluarkan mengandung semangat persatuan. Rasa persatuan inilah yang benar-benar menancap di hati masyarakat Indonesia karena prinsip tersebut adalah salah satu hal yang sangat berharga sehingga saat ini dapat terwujud Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia mungkin setiap tahunnya merayakan hari kemerdekaan. Ini sepertinya sudah menjadi hal wajib. Banyak cara yang dilakukan untuk menghargai jasa para pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya demi
2
kemerdekaan Indonesia. Di sekolah atau institusi pemerintahan biasanya digelar upacara peringatan hari kemerdekaan, bahkan upacara megah yang digelar di Istana Negara ditayangkan secara live hampir di seluruh stasiun televisi, begitu pentingya makna hari kemerdekaan 17 agustus 1945. “Jas Merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah, kalimat yang selalu dingiangkan oleh Ir. Soekarno. Untuk mewujudkan konsep jas merah, orang-orang terdahulu terutama yang berdomisili di sebagian daerah malang membuat salah satu konsep yang lazim disebut Barikan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan (‘Uudah, 2015). Barikan adalah sebuah acara yang dilakukan pada malam kemerdekaan, yaitu 16 Agustus 1945. Barikan merupakan sebuah moment untuk mengenang kembali dan sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Esa karena telah diberikan kemerdekaan sehingga bisa diberikan hidup tenang ( ‘Uudah, 2015). Oleh karena itu, tradisi ini sudah menjadi hal wajib bagi sebagian warga Malang, bahkan sudah turun-temurun dan sudah berlangsung lama. 2.3 Susunan Acara dalam Tradisi Barikan Tradisi Barikan di kebanyakan wilayah, acara ini digelar setelah sholat isya’ karena waktu yang lebih panjang. Selepas isya’ warga berkumpul di tempat yang sudah disepakati, biasanya di halaman rumah warga yang agak luas karena akan banyak warga yang hadir. Warga yang mengikuti Barikan adalah laki-laki dan biasanya banyak anakanak. Namun ibu-ibu biasanya berada di pinggiran atau dihalaman rumah warga lain di dekat tempat acara. Tikar sudah digelar dan biasanya sudah disediakan minuman seperti kopi atau teh oleh warga yang rumahnya berada di dekat tempat diselenggarakannya acara. Bahkan untuk meramaikan acara, terkadang juga ada sound system untuk memutar musik (lagu perjuangan, lagu daerah, ataupun qasidah). Setiap warga membawa asahan yang berupa makanan sesuai keinginan masing-masing. Biasanya kebanyakan membawa kotak atau nampan. Ada yang mengisinya dengan nasi dan lauk pauk, kue, ataupun buah-buahan. Asahan dari warga kemudian dikumpulkan di tengah warga yang duduk melingkar. Acara pertama adalah pembukaan yang dibuka oleh pembawa acara yang sudah ditunjuk. Pembawa acara kemudian mempersilahkan untuk membaca Al-Fatihah. Barikan sebenarnya lebih kental nuansa Islam, doa-doa yang dibacaan juga doa umat Islam. Ini dikarenakan mayoritas warga kita adalah Islam. Namun apabila ada yang bergama lain, warga tersebut tetap akan hadir dan berbaur dengan yang lain, tetapi berdoa menurut keyakinannya.
3
Pada awal acara ada beberapa sambutan dari Ketua RT, Ketua RW, ataupun sesepuh yang ada di lingkungan tersebut. Dalam sambutan ini biasanya disinggung mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia dan pesan moral yang harus diterapkan berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Tak lupa juga diteriakkan semangat kemerdekaan, “Merdeka! Merdeka! Merdekaaa!” dengan tangan kanan mengepal dan diangkat tinggi. Pada bagian ini biasanya warga mengikuti dengan suara lantang dan semangat yang membara. Selanjutnya, terkadang di beberapa tempat para warga diwajibkan untuk berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai wujud nasionalisme (‘Uudah, 2015). Setelah mendengar sambutan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, warga membaca tahlil atau istighosah bagi umat Islam. Ada satu warga (biasanya pemuka agama atau yang lebih pandai agama diantara warga lain). Ini memaknakan bahwa segalanya kembali kepada nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Tahlil atau istighosah terasa sangat khidmat karena dilakukan bersama-sama banyak warga dan tetap khusyuk tentunya. Kemudian dilanjutkan dengan doa penutup untu memohon keselamatan bersama, berdoa bagi arwah para pahlawan dan juga para leluhur. Acara terakhir yang ditunggu-tunggu adalah inti dari Barikan, yaitu makan bersama. Sambil duduk lesehan dan membentuk gabungan beberapa orang, warga kemudian makan nasi beserta aneka lauk secara bersama-sama atau dalam bahasa Jawa disebut kembul . Ibu-ibu yang duduk di pinggiran juga ikut makan bersama. Untuk asahan kue dan buah-buahan akan dibagikan kepada seluruh warga yang hadir. Namun biasanya ada pertukaran, jadi asahan sendiri boleh diambil oleh siapa saja tapi tidak boleh dibawa pulang kembali. 2.4 Makna Pancasila dalam Tradisi Barikan dan Hubungannya dengan Strategi Kebudayaan Tradisi Barikan yang rutin dilaksanakan oleh sebagian warga Malang merupakan salah satu kearifan lokal nusantara yang patut diapresiasi. Sebenarnya ini bukanlah tradisi peringatan hari kemerdekaan semata, banyak makna tersirat yang harus digali satu-persatu. Makna-makna tersebut kita dasarkan kepada Pancasila sebagai dasar negara dan kita gunakan sebagai strategi kebudayaan dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi yang sudah menembus kebudayaan bangsa. Makna pertama yang tersirat dari tradisi Barikan adalah perwujudan dari sila pertama Pancasila, yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa”. Tradisi ini adalah wujud syukur atas kemerdekaan yang diberikan oleh Tuhan sejak 1945. Selain itu warga juga bersyukur atas nikmat yang diberikan yang diwujudkan dengan membawa asahan. Warga kemudian berdoa agar terus diberikan rezeki, kese lamatan, serta dianugerahi kerukun-
4
an antarsesama. Ini menunjukkan bahwa setiap warga ne gara melibatkan Tuhan di dalam kehidupannya. Makna kedua yang tersirat dari tradisi Barikan adalah perwujudan dari sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”. Dalam peringatan ini seluruh warga berkumpul di tempat yang sudah disediakan. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, sampai anak-anak pun datang berbondong-bondong untuk mengikuti tradisi Barikan. Ini tidak hanya sekedar berkumpul, berdoa, dan membagikan asahan atau makanan. Tetapi disana juga terwujud kerukunan antarwarga yang dapat dilihat dari kegiatan makan bersama atau kembul . Selain itu ada toleransi yang ditunjukkan oleh warga non-muslim dan warga pendatang yang bukan berasal dari Malang. Walaupun bukan agama islam dan bukan warga asli Malang, tetapi mereka tetap hadir dalam peringatan ini. Mereka sangat menghargai tradisi sehingga mau hadir dan berkumpul bersama warga lainnya. Bahkan seusai acara biasanya warga tidak langsung pulang. Mereka akan tetap tinggal dan berbincang-bincang ataupun bergurau satu dengan yang lainnya. Tradisi Barikan telah ada sejak lama. Ini merupakan salah satu pengamalan nilainilai pancasila. Disini Pancasila berfungsi sebagai strategi kebudayaan dalam menghadapi budaya asing yang terus masuk ke Indonesia. Pancasila harus mampu menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa yang berbudaya, yaitu melalui sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”. Sila ini adalah petunjuk utama bagi bangsa Indonesia karena kita adalah negara pluralis dimana masyarakatnya terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, dan ras, namun tetap bersatu untuk mewujudkan Indonesia yang tentram dan damai tanpa ada perselisihan. Negara kita adalah negara multikultural dimana kebudayaan sangat banyak atau beragam sehingga menjadi kearifan lokal yang sangat berharga. Strategi kebudayaan tampak dalam berbagai bentuk hasil
budaya. Barikan
adalah cerminan strategi kebudayaan warga Malang. Tradisi tersebut merupakan bentuk sikap budaya warga Malang yang menjunjung tinggi kerukunan dimana nilai ini terwujud dalam sila ketiga Pancasila. Maka secara tidak langsung, Pancasila adalah strategi kebudayaan yang digunakan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan eksistensi kearifan lokal dan kepribadian bangsa. Disini Pancasila sebagai strategi kebudayaan mengikutsertakan rakyat, sebab rakyat yang merupakan sumber kekuatan, rakyat merupakan pendukung kebudayaan, dan untuk rakyat juga semua ini di lakukan (Ashibly, 2011).
5
Bab III
3.1 Kesimpulan Pancasila merupakan representasi budaya stategis, selain hanya dimiliki oleh Indonesia, nilai-nilai dasar Pancasila merangkum seluruh kepribadian bangsa Indonesia. Maka Pancasila sebagai strategi kebudayaan dapat menjadi benteng dari pengaruh budaya asing. Pancasila juga menjadi nilai yang harus tetap dipegang teguh masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan Salah satu kearifan lokal yang menjadi tradisi warga Malang adalah Barikan. Barikan adalah peringatan hari kemerdekaan yang rutin diselenggarakan dengan cara berkumpul untuk makan bersama pada malam kemerdekaan, yaitu pada 16 Agustus. Tradisi ini dilalui dengan beberapa susunan acara yang pada intinya adalah berkupul membawa asahan untuk dimakan bersama dan berdoa bersama. Banyak makna tersirat yang harus digali satu-persatu. Makna-makna tersebut kita dasarkan kepada Pancasila sebagai dasar negara dan kita gunakan sebagai strategi kebudayaan dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi yang sudah menembus kebudayaan bangsa. Tradisi Barikan menyiratkan makna masyarakat Indonesia yang berketuhanan dan adanya kerukunan yang terjalin antarwarga. Nilai-nilai ini terdapat dalam Pancasila sebagai ideology negara. Maka secara tidak langsung, Pancasila adalah strategi kebudayaan yang digunakan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan eksistensi kearifan lokal dan kepribadian bangsa. 3.2 Saran Seluruh masyarakat Indonesia harus mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejatinya adalah kristalisasi apa yang menjadi kepribadian bangsa kita sejak zaman dahulu. Bangsa ini harus menyebarkan seluas-luasnya nilai-nilai sosial budaya. Karena kearifan lokal sangat banyak bentuknya, maka sebagai warga negara yang baik, kita harus lestarikan kekayaan bangsa tersebut.
6
Daftar Pustaka
‘Uudah, Safarah. (2015, 17 Agustus). Barian, Tradisi Rasa Syukur Kemerdekaan. [Online]. Tersedia: http://memaknaikembali.blogspot.co.id/2015/08/barian-tradisi-rasa-syukurkemerdekaan.html?m=1. [12 April 2016] Ashibly. (2011). Budaya daerah dan Strategi Kebudayaan. [Online]. Tersedia: http://ashibly.blogspot.co.id/2011/11/budaya-daerah-dan-strategi-kebudayaan.html. [13 April 2016] Burhani, Ruslan. (2012, 23 Desember). Indonesia Memerlukan Strategi Kebudayaan Hadapi Globalisasi. Antaranews [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/. [13 April 2016] Suryawan, I Ngurah. (2014, 24 Oktober). Perspektif (Revolusi Mental) Strategi Kebudayaan. [Online]. Tersedia: http://www.cahayapapua.com/perspektif-revolusimental-strategi-kebudayaan/. [13 April 2016] Suwarno. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia: Penelitian Pancasila dengan Pendekatan Historis Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
7