Editor Syamsul Kurniawan
TRADISI DAN KEPERCAYAAN UMAT ISLAM DI KALIMANTAN BARAT Sebuah Deskripsi tentang Kearifan Lokal Umat Islam Kalimantan Barat
Buku Pertama
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
i
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat Sebuah Deskripsi tentang Kearifan Lokal Umat Islam Kalimantan Barat -Yogyakarta, Penerbit Samudra Biru Cetakan Pertama Juli 2015 x + 188 Hlm, 14 x 20 cm Editor Desain Sampul Tata letak
: Syamsul Kurniawan : Muttakhidul Fahmi : Samudra Biru
Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jomblangan Gg Ontoseno Blok B No 15 RT 12/30 Banguntapan Bantul Yogyakarta Email/fb:
[email protected] Phone: (0274) 9494-558 ISBN: 978-602-9276-62-6 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak Sebagian atau seluruh isi buku ini Tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ii
Buku Pertama
PENGANTAR EDITOR
KEARIFAN lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, wawasan, pandangan, pemahaman, tata nilai, serta adat kebiasaan masyarakat lokal yang menuntun perilaku masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan, yaitu interaksi di komunitas masyarakat dan dengan alam sekitar. Kearifan lokal orang-orang dalam berbagai kelompok etnis di Kalimantan Barat (Melayu, Dayak, Madura, Banjar, Jawa, dan sebagainya), khususnya yang beragama Islam, menampilkan semacam perwujudan nilai-nilai dan pandangan-pandangan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, serta diwariskan secara turun temurun, dalam menjaga hubungan yang harmonis antara sesamanya dan juga alam sekitar dalam posisi mereka sebagai muslim. Karenanya, dari sebagian besar kearifan lokal yang ditradisikan oleh umat Islam di Kalimantan Barat ini Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
iii
tetap merepresentasikan warna Islam dalam warna tradisinya. Maka ada kaitan yang jelas antara kearifan lokal dengan identitas Islam, yang telah disepakati dan telah diterapkan sebagai aturan yang mengikat pada masyarakat lokal umat Islam di Kalimantan Barat. Saya hendak menyebut masyarakat lokal dalam konteks ini dalam pengertian umum, agar tidak bias etnis. Masyarakat lokal Kalimantan Barat dalam konteks ini, adalah kelompok masyarakat yang mendiami Kalimantan Barat secara turun-temurun, dan mentradisikan tradisi mereka secara turuntemurun pula. Maka dalam buku ini, etnis apapun (orang Melayu, Dayak, Madura, Banjar, Jawa, dan sebagainya) menjadi objek kajian sejauh ia menampilkan semacam tradisi khas etnis mereka yang selanjutnya mereka bingkai sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Kalimantan Barat. Kita mafhumi, umumnya kearifan lokal seringnya tidak terkodifikasikan, namun kearifan lokal ini menjadi bagian dari keyakinan masyarakat, berlangsung dalam keseharian, dan mentradisi secara turun-temurun. Sebagai bentuk keyakinan masyarakat setempat – representasi dari kearifan mereka – maka berbagai bentuk kearifan lokal menjadi tidak boleh dipandang sebelah mata, mengingat ia lahir dari rahim masyarakat lokal itu sendiri. Buku yang berjudul Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat ini terdiri dari tiga seri, yang menampilkan beragam tradisi lokal dengan warna Islam yang ada di Kalimantan Barat. Tulisan-tulisan yang ada dalam tiga seri buku ini, ditulis sebagai bagian dari proses perkuliahan Islam dan Budaya Lokal oleh mahasiswa di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, sebagai hasil observasi, wawancara, dan refleksi mereka secara mendalam iv
Buku Pertama
atas objek kajian. Sebagai dosen pengampu sekaligus editor atas buku ini, saya ucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-setingginya pada semua pihak yang telah membantu terwujudnya buku ini, khususnya pada pihak penerbit. Tegur sapa dan kritik untuk perbaikan buku ini selalu kami harapkan. Semoga sekecil apapun percikan manfaat dari buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khazanah dari buku-buku yang ada, tentang kajian Islam dan Budaya Lokal.***
Pontianak, 1 Juli 2015 Syamsul Kurniawan
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
v
vi
Buku Pertama
DAFTAR ISI PENGANTAR EDITOR__iii DAFTAR ISI__vii 1. Makan-makan dalam kelambu orang bugis Punggur Oleh Aini__1 2. Betangas Orang Melayu Sambas Oleh Analys Septiana__6 3. Dukun Beranak Bagi Orang Melayu Sambas Oleh Ayu Rani__10 4. Tradisi Belajar Pencak Silat Orang Sunda Pontianak Oleh Dewi Lestari__15
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
vii
5. Tradisi Gunting Rambut Pontianak Oleh Elpritadea Narulita__19
Orang
Melayu
Kabupaten
6. Tolak Bala’ dalam Tradisi Orang Bugis Oleh Erika Maulidia__22 7. Tradisi Berowah Orang Melayu Meliau Oleh Erman__25 8. Popat Asam Orang Melayu Melawi Oleh Fitri Nuraini__31 9. Tradisi Linggang Kandung Orang Melayu Putussibau Oleh Hanafi__35 10. Orang Melayu Pontianak dalam Merayakan Idul Fitri Oleh Harry Kurniawan__41 11. Makanan Khas Madura Pontianak Oleh Homsatun__44 12. Tradisi Tumbang Apam Orang Melayu Banjar Oleh Irvan__51 13. Tradisi Menyambut Idul Adha Orang Melayu Sambas Oleh Karmila__57 14. Torron Tanna Orang Madura Pontianak Oleh Lindawati__65 15. Tradisi Mandi Rias Orang Melayu Ella Hilir Kabupaten Melawi Oleh Effendi Siswanto__71 16. Selamatan 1 Suro Bagi Orang Jawa Kabupaten Kayong Utara Oleh Mediterania Dwi Puspita Sari__76 17. Hantu Penanggal dalam Kepercayaan Orang Sintang Oleh Nelly Sufianti__88 viii
Buku Pertama
18. Pellet Betteng Orang Madura Pontianak Oleh Nur Hamidah__91 19. Adat Pernikahan Melayu Sambas Oleh Rahmawati__97 20. Tradisi Beri Makan Kampong Orang Bugis Punggur Oleh Ramia__111 21. Tradisi Ngamping Orang Melayu Sambas Desa Sebayan Oleh Ria Apriyana__114 22. Cucur Air Mawar Orang Melayu Pontianak Oleh Riana Rahmawati__130 23. Tepung Tawar Orang Melayu Sambas Oleh Rusmita__134 24. Tradisi Cumpalek Orang Melayu Sanggau Oleh Suci Ramadianti__141 25. Tradisi Bepappas Orang Melayu Sambas Oleh Suci__146 26. Selamatan Bubur Merah Putih Bulan Safar Orang Madura Pontianak Oleh Suhrotul Hasanah__151 27. Keramat Bantelan Orang Dusun Kuayan Desa Mekar Sari Oleh Sukma__156 28. Tradisi Sarakalan dan Barjanzi Orang Melayu Kayong Utara Oleh Sumarno__159 29. Tradisi Ngantar Ajong Orang Sambas Oleh Wulandari__163 30. Batu Akik dalam Kepercayaan Orang Madura Pontianak Oleh M. Badaruddin Habibillah__174 Indeks__181 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
ix
x
Buku Pertama
1 Makan-Makan Dalam Kelambu Orang Bugis Punggur Aini INDONESIA memiliki bermacam suku dan budaya, demikian pula di Pontianak. Etnisnya berbeda-beda, Melayu, Madura, Sambas dan lain sebagainya. Demikian pula tradisinya. Konteks ini saya akan jelaskan tradisi Bugis di daerah Punggur kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Tradisi yang dimaksud adalah tradisi makan-makan dalam kelambu. Makan-makan dalam kelambu sudah turun temurun dilakukan dari nenek moyang suku Bugis. Biasanya ritual ini dilakukan saat ada hajatan seperti perkawinan, khitanan, nait ayun (naik tojang). Makan-makan dalam kelambu ini biasanya melibatkan pawang, orang yang melakukan hajatan yang ingin menikah dan orang rumah yang melakukan hajatan. Pawang adalah orang yang membaca mantra-mantra/doadoa tidak boleh sembarang. Pawang turun temurun melestarikan dan melaksanakan tradisi ini. Orang yang berhajat di sini adalah sepasang pengantin yang masuk dalam kelambu mereka akan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
1
dibacakan doa di tempat yang berbeda antara mempelai wanita dan mempelai pria. Biasanya prosesi makan-makan dalam kelambu ini dilakukan di kamar dalam keadaan gelap, terserah di mana letak kamar tersebut atau di ruangan manapun asalkan prosesi tersebut dilakukan di dalam kelambu. Di kamar, prosesi dilakukan di kasur pangkeng (tempat tidur dari besi). Boleh juga tidak. Terpenting adalah kelambu yang wajib digunakan. Makan dalam kelambu ini biasanya dilaksanakan sebelum melakukan hajatan, misalnya kita melaksanakan hajatan ataupun acara pernikahan. Prosesi makan dalam kelambu ini dilaksanakan 2 hari atau sehari sebelum acara hajatan, sebelum acara dilakukan. Kita melakukan acara makan-makan dalam kelambu ini dikarenakan agar orang yang melaksanakan prosesi acara selamat dan acarapun berjalan dengan lancar dan dapat terhindar dari penyakit. Tradisi ini dilaksanakan setiap ada hajatan ataupun setahun sekali. Sejak dari dulu, ritual makan dalam kelambu ini tidak boleh sembarang dilakukan, karena banyak pantangannya. Ada juga beberapa syarat yang mesti dipenuhi. Antara lain menggunakan ketan (pulut) 4 warna yang berwarna putih, merah, hitam dan kuning dalam satu piring. Menata nasi pun tidak boleh sembarang harus berurutan putih, merah, kuning dan hitam. Telur ayam kampung rebus diletakkan di atas pulut tersebut. Di bawah pulut terdapat rokok daun, nasi, kapur, gambir yang akan dilipat dengan daun sirih setelah itu ditutupi dengan daun baru’. Ayam panggang yang digunakan adalah ayam kampung jantan tidak boleh ras betina. Satu sisir pisang dan pisang yang digunakan adalah pisang berangan yang dimasukkan dalam baqi. Dilengkapi dengan bereteh, beras kuning, lilin lebah yang digulung dengan kain dan diletakkan di atas beras, dan minyak bauk. Semua alat-alat tersebut dipersiapkan satu persatu agar acaranya lancar sampai selesai tidak ada ketinggalan. Pertama-tama seorang pawang menyiapkan sesaji yang akan 2
Buku Pertama
digunakan. Setelah alat-alat tersebut dipersiapkan pawangpun menyuruh tuan rumah untuk masuk ke ruangan. Lalu orang yang akan melaksanakan hajatanpun masuk bersama sesaji dan satu orang pawang. Dalam kelambu tersebut tidak boleh ada cahaya kecuali cahaya dari lilin lebah agar acara tersebut lebih nikmat dan tenang. Seorang pawangpun membacakan doa-doa setelah itu minyak bauk dilumuri di telinga, ubun-ubun, tenggorokan dan pusat, diambil sedikit demi sedikit pulut yang 4 macam, disiapkan bayang-bayang yang diberi makan. Maksud tersebut adalah pawang memberi ruh yang melakukan hajatan.
Gambar 1.1 Minyak bauk, bereteh, beras kuning, dan daun baru’
Pawang selanjutnya menyuapkan orang yang melaksanakan makan dalam kelambu; sedikit demi sedikit. Setelah itu lilin dikelilingkan di atas kepala orang yang makan dalam kelambu sebanyak 3 kali putaran, 3 kali putaran dan 3 kali sebelah kiri. Setelah itu dibacakan doa selamat. Habis itu lilin ditiup dan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
3
cahaya dari luar kelambu masuk dan menyinari ruangan tersebut menandakan acara tersebut sudah selesai. Makan-makan dalam kelambu bagi sebagian orang Bugis menghilangkan rasa was-was dan menghilangkan beban pikiran karena sudah melaksanakan ritual tersebut, dan dikarenakan pula adat tersebut ini secara turun temurun dari nenek moyang kita. Makan-makan dalam kelambu berfungsi menjalin silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin jarang kita berjumpa. Saatsaat seperti itulah yang ditunggu karena para anggota keluarga berkumpul dan saling bertukar pendapat, mereka bisa saling berdiskusi, bertukar pikiran antar saudara. Pepatah juga mengatakan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Maknanya jika kita bersatu dalam suatu keluarga maka kita akan sangat sulit untuk digoyahkan seperti lidi yang jika satu bisa dipatahkan tetapi jika lidi tersebut disatukan maka sangat sulit untuk dipatahkan. Jika ditinjau dari segi agama dan penddikan, beberapa nilai positif acara ini: Pertama, silaturahmi. Dengan momentum acara ini, masyarakat berkumpul di sebuah rumah, dan pada saat itu pula anggota keluarga dapat berbincang-bincang dan bermusyawarah untuk banyak hal sebelum dan sesudah acara. Allah dan Rasulnya menyukai orang yang memelihara silaturahmi, sebagaimana firmanNya dalam surat An-Nisa ayat 1: “…Dan bertawakallah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa : 1) Kedua, kebersamaan. Dalam Islam kita diajarkan untuk menjalin kebersamaan. Makan-makan dalam kelambu dapat menjadi pemersatu keluarga yang jarang bertemu. Kecuali itu orang Bugis melaksanakan ritual makan-makan dalam kelambu sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur yang telah mendahului kita dan sebagai cara untuk berkomunikasi, menghormati alam, menjaga nilai sakral dan memegang teguh agama. Dengan cara ini 4
Buku Pertama
dapat menjalin kebersamaan, “sama rasa” antara satu dengan yang lainnya, tetap bersatu dalam ikatan persaudaraan antara sesama Islam. Saling tolong menolong dalam kebaikan, dalam artian di saat ada saudara yang kesusahan, kita dapat menolong, agar kebersamaan antara sesama muslim tetap kokoh dan terjalin. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”. (QS. Ali Imran : 103) Makan-makan dalam kelambu juga mempunyai sisi negatif, karena didalam upacara tersebut beras kuning ditaburkan di atas kepala anggota keluarga yang berhajat. Sebagaimana kita ketahui bahwa beras adalah makanan, dan didalam islam, kita dilarang untuk membuang makanan atau mubazir.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
5
2 Betangas orang Melayu sambas Analys Septiana KOTA Sambas secara geografis terletak hampir di tengah-tengah wilayah Kabupaten Sambas. Orang yang pertama membuka dan mengembangkan Kota Sambas adalah Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima, Sultan Sambas ke-2) yang pada sekitar tahun 1683 M memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Sambas dari Lubuk Madung ke Muare Ulakkan (persimpangan sungai sambas, sungai teberau dan sungai subah) yang kemudian berkembang menjadi Kota Sambas sampai sekarang ini.1 Sambas masih kental dengan tradisi seperti tradisi pernikahan, kelahiran, dan lain-lain. Salah satunya contoh tradisi yang masih ada di kalangan melayu Sambas yaitu pernikahan. Dalam pernikahan Melayu Sambas dikenal istilah betangas sebelum pernikahan. Tulisan ini hendak mendeskripsikan tradisi betangas suku melayu Sambas. 2011 6
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Sambas,_Sambas, diakses tanggal 2 Maret
Buku Pertama
Bagi orang melayu Sambas, betangas harus dilalui oleh calon mempelai wanita. Betangas bermanfaat positif, dapat menghilangkan bau keringat dan dapat mengharumkan badan calon mempelai wanita. Calon mempelai pria biasanya juga dapat ikut melakukan betangas di rumahnya masing-masing meski taka da kewajiban atasnya. Betangas biasanya dipandu oleh seorang nenek-nenek yang membantu membuat ramuan tersebut. Ada bacaan tertentu di dalam meramu itu. Dalam betangas tidak ada ritual tertentu, sebelum dan sesudahnya, hanya mempersiapkan alat dan bahannya saja. Adapun peralatan yang diperlukan untuk betangas yaitu satu bangku kuda-kuda yang terbuat dari kayu, sendok yang terbuat dari kayu untuk mengaduk-aduk ramuan tersebut, panci yang digunakan untuk merebus ramuan tersebut. Dan tikar, biasanya tikar yang digunakan adalah tikar pandan. Bahan ramuan itu sendiri terdiri dari air panas yang direbus dengan serai wangi, jeruk purut, dan daun pandan.2 Betangas dimulai dengan mendudukkan calon mempelai pengantin di atas bangku kuda-kuda tanpa menggunakan pakaian tetapi menggunakain kain seperti bekemban. Lalu letakkan air rebusan yang masih sangat mendidih di depan calon mempelai pengantin, dan kemudian tutup tubuh calon pengantin dengan tikar pandan, sebelumnya tikar pandan itu dibentuk lingkaran yang rapat untuk melingkari calon pengantin itu. Selanjutnya calon mempelai tersebut mengaduk-aduk ramuan dengan menggunakan sendok yang terbuat dari kayu tersebut agar asap dan air panas tersebut menguap pada badan calon pengantin. Untuk “lama waktu” betangas tidak ditentukan secara pasti. Yang ditentukan betangas sebagai tradisi yang harus dilaksanakan sebelum memulai tradisi pernikahan. Demikian adat betangas yang terdapat di kalangan melayu Sambas. Hingga sekarang tradisi ini masih dapat kita jumpai. 2015.
2 Wawancara dengan Desy Wulandary di Pontianak, tanggal 27 Maret Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
7
Gambar 2.1. Alat/ bahan yang perlu disiapkan saat betangas.
Gambar 2.2. Prosesi Betangas Betangas banyak khasiatnya, terutama bagi kesehatan. Fungsinya sama dengan mandi uap atau terapi sauna. Jika dilakukan oleh wanita, betangas dapat berfungsi mengetatkan saluran peranakan bagi wanita yang sudah putus haid, menaikkan rahim jatuh, mengurangi rasa pedih setelah buang air kecil, pembersihan 8
Buku Pertama
organ vital wanita, mengatasi masalah keputihan juga menjadikan organ vital selalu lembap alami. Karena fungsinya yang baik, betangas menjadi suatu kebutuhan yang tidak hanya dilakukan 2-3 hari menjelang resepsi pernikahan namun seminggu, dua minggu bahkan sebulan. Betangas dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat melayu. Baik itu melayu sambas, melayu bugis maupun melayu asli.3 Dalam perspektif pendidikan, betangas melestarikan tradisi dan adat-istiadat orang Sambas. Sebagai anak melayu kita wajib melestarikan tradisi betangas ini, kalau bukan kita sebagai keturunannya siapa lagi yang akan melestarikan tradisi ini. Tradisi betangas ini akan hilang apabila kita tidak melakukannya. Betul memang, di zaman sekarang betangas sudah terganti dengan mandi uap ataupun luluran di salon-salon kecantikan. Betangas juga dapat merawat pasangan agar tubuhnya wangi dan menjadi bersih. Kalau tubuh kita wangi dan bersih pasangan kita pun akan senang. Kebersihan juga sangat diwajibkan dalam agama Islam. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan, “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah SWT membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani). Ketiga, kebersamaan atau kekeluargaan. Saat betangas, biasanya keluarga akan berkumpul untuk melihat prosesnya dan juga bisa saling bantu-membantu. Ini berpeluang menjaga hubungan baik antar keluarga, tetangga, dan masyarakat. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan tentu adalah hikmahnya.***
3 http://romichem.blogspot.com/2011/03/betangas.html diakses tanggal 2 Maret 2011 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
9
3 Dukun Beranak Bagi Orang Melayu Pontianak Ayu Rani DI Pontianak dukun masih dipercaya sebagai orang yang membantu wanita melahirkan, mendampingi, dan membersihkan ari-ari (plasenta) bayi pada saat sang ibu nifas. Dukun beranak biasanya bertempat di kampung-kampung yang tidak didapati tenaga medis. Biasanya didalam suatu kampung terdapat 1-3 dukun. Usia dukun beranak variatif. Tapi umumnya seorang perempuan berusia ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini dilakukan turun-temurun dalam keluarga, bisa saja orang yang merasa terpanggil atas pekerjaan ini. Dengan bermodalkan keberanian, niat untuk menolong sesama dan mempunyai keahlian dan pengalaman. Dukun beranak memiliki keahlian dengan caranya sendiri yang berbeda dengan tenanga medis seperti bidan. Tindakan yang dilakukan adakalanya berhasil dan tidak. Pengetahuan dukun tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari 10
Buku Pertama
akibatnya. Dukun beranak menolong hanya berdasarkan pengalaman. Berbagai kasus sering menimpa seoarang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak. Akan tetapi kepercayaan masyarakat terhadap dukun beranak sangat kuat karena dukun beranak lebih dahulu dikenal dibandingkan bidan. Hal itu menjadi alasan kenapa saat ini sekitar 17 persen ibu melahirkan menggunakan jasa dukun beranak. Beberapa mitos juga menjadi alasan masyarakat lebih mempercayai dukun seperti dalam jampi-jampi yang dianggap ampuh dalam kelancaran proses kelahiran anak. Menjadi dukun beranak tidak perlu pendidikan khusus. Seorang dukun beranak biasanya berpendidikan SD-SMP dan bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah. Dukun hanya mengandalkan pengalaman tanpa pernah merasakan pendidikan khusus bersalin dibangku sekolah atau bangku kuliah. Alat praktik dukun masih menggunakan alat-alat tradisional seperti: (1) bambu sebagai alat pemotong tali pusat bambu yang digunakan harus bambu yang tebal dan tajam; (2) ada juga dukun beranak yang menggunakan gunting biasa untuk memotong tali pusar; (3) benang sebagai pengikat tali pusat; dan (4) dan sebagai alasnya menggukan tikar daun atau tikar pastik.1 Tidak berbeda dengan pemeriksan yang dilakukan bidan, dukun beranak memeriksa kehamilan melalui indera raba. Perempuan yang mengandung, sejak ngidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya perempuan yang mengandunglah yang datang keklinik atau peskesmas, sedang dukun harus berkeliling dari rumah-kerumah warga untuk memeriksa ibu yang sedang hamil atau yang ingin melahirkan. Mulai dari usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering untuk menjaga kesehatan fisik dan janin sang ibu, agar janin yang dilahirkan normal. Dukun melakukan perubahan posisi perut untuk menjaga agar posisi bayi tetap stabil tidak nyunsang. Dengan 1 Wawancara, ibu Misna, ibu Anong, dan ibu Ira di Pontianak, tanggal 25 Maret 2015. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
11
cara diurut-urut pada bagian perut dan ditambah doa-doa atau jampi-jampi khas dukun tersebut. Adalah suatu hal yang lazim jampi-jampi dilakukan karena dianggap ampuh dalam kelancaran kelahiran dan mempercepat keluarnya ari-ari (plasenta). apapun yang dikerjakan Dukun seperti meniup-niup air diiringi dengan doa-doa “jampe- jampe” hanya tindakan psikologis-sosiologis agar ibu yang melahirkan itu merasa aman dan tidak was-was untuk melahirkan, dan rasa sakit waktu melahirkan bisa hilang. Masalah tarif, umumnya dukun tidak menarik pungutan jadi secara sukarela saja, sedangkan bidan ada tarifnya. Menjadi salah satu faktor utama masyarakat memilih jalan alternatif, bagi masyarakat yang kurang mampu, melahirkan yang ditangani seorang bidan/dokter memerlukan biaya yang mahal. sebelum adanya jaminan kesehatan seperti saat ini, masyarakat lebih memilih dukun beranak sebagai penolong dengan biaya terjangkau. Kecuali itu sebab masih diminati dukun beranak di kampong-kampung karena melekat dalam diri masyarakat, khususnya pedesaan bahwa dukun beranak lebih berpengalaman, lebih percaya dukun dibandingkan bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih melekat dalam diri perempuan yang takut melahirkan ditangani ahli medis, karena takut disuntik, dibedah dan rasa sakit ketika dijahit juga sebab lain diminatinya dukun beranak. Mitos yang ada dimasyarakat adalah kalau dibantu oleh bidan pasti dijahit, sementara masyarakat takut dengan jahitan. Bahkan sudah memvonis dirinya tidak mau lagi melahirkan ditangani bidan. Sangat miris dengan pernyataan tersebut. Dukun juga biasanya memberikan ramuan-ramuan seperti jamu dan air penawar yang berisikan bacaan tertentu yang dipercaya bisa mempermudah persalinan. Di dalam Islam, keberadaan dukun beranak sesungguhnya tidak perlu diperdebatkan. Umumnya dukun beranak membantu dengan keikhlasan wanita yang ingin melahirkan, sama halnya dengan yang dilakukan tenaga medis lainnya. Bahkan bisa 12
Buku Pertama
dikatakan “pahlawan” karena menolong nyawa orang. Walaupun dipanggil dengan sebutan dukun beranak bukan berarti dukun yang memiliki ilmu hitam. Melainkan hanya sebutan masyarakat kepada seseorang yang pintar dalam menangani tugas kebidanan, yang tidak memiliki ijazah sarjana. Hukum mendatangi dukun beranak dengan demikian sangat berbeda dengan hukum mendatangi dukun santet, teluh dan dukun ilmu hitam lainnya. Dalam Islam hukum mendatangi dukun beranak atau dukun bayi tidak masalah karena bertujuaan untuk kemaslahatan individu. Sedangkan hukum mendatangi dukun ilmu hitam yang dapat membuat kesyirikan, seperti dalam hadis nabi SAW, dari Abu Hurairah RA, diriwayatkan bahwa rasulullah bersabda: “barang siapa yang mendatangi dukun dan mempercayai ucapannya atau menyetubuhi wanita dibagian duburnya, berarti telah kafir dengan wahyu yang telah diturunkan oleh Alllah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. (H.R Abu Daud). Seiring perubahan jaman, sebagian dukun beranak beralih profesi menjadi dukun beranak spesialis aborsi yang marak kita lihat beritanya di media massa dan media sosial. kenapa mereka bisa melakukan hal tersebut? Faktor utamanya adalah masalah ekonomi, dibandingkan dengan membantu proses melahirkan ternyata biaya menggugurkan kandungan(aborsi) lebih mahal. Bagi seorang dukun yang tergiur dengan harga yang ditawarkan pasiennya, dengan senang hati dilakukannya tanpa pikir panjang dampak yang akan terjadi nanti. Jelas inilah yang dilarang oleh negara dan juga agama. Berdasarkan KUHP pasal, 299,346,348, dan 349, negara melarang abortus (aborsi) termasuk menstrual regulation dan sanksi hukumannya cukup berat bahwa hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat dituntut seperti; dokter, dukun bayi, tukang obat dan sebagai mengobati atau menyuruh/ membantu/melakukannya sendiri. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
13
Aborsi dalam hukum Islam, ada perbedaan pendapat dikalangan ulama’. Menurut Ibnu Hajar hukumnya Haram jika janin tersebut sudah menetap dalam rahim, seperti sudah menjadi ‘alaqah (segumpal darah), dan mudghah (sepotong daging), sekalipun belum diberi ruh. Sedangkan menurut imam Ar-Ramli hukumnya tidak boleh kalau memang janin itu sudah diberi ruh.2 Dalam firman Allah SWT, Q.S Al-Maidah ayat 32, “oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil bahwa; barang siapa yang membunuh manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan dimuka bumi. Maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya, dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah sia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”***
2 http://www.academia.edu/6194343/MAKALAH_ABORSI_DALAM_ PANDANGAN_ISLAM_MARYANI diakses tanggal 25 Maret 2015. 14
Buku Pertama
4 Tradisi Belajar Pencak Silat Orang Sunda Pontianak Dewi Lestari PADA dasarnya setiap daerah memiliki tradisi dan kebudayaan masing-masing seperti halnya masyarakat sunda memiliki tradisi salah satunya adalah pencak silat. Pencak silat dalam masyarakat sunda bukan hanya dikenal sebagai ilmu bela diri namun juga sebagai kesenian dan pertunjukan saat acara. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat penyebarannya banyak di pengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke 14 di Nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau dan pesantren, silat menjadi bagian spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa di indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian debus di daerah sunda selain menampilkan keahlian-keahliannya dalam ilmu kekebalan juga menampilkan pencak silat. Pencak silat telah dikenal oleh sebagian masyarakat sunda pontianak dengan berbagai nama. Di pontianak, pencak silat di Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
15
kalangan orang sunda Pontianak lebih mengenal aliran Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH). Tradisi pencak silat ini diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri ini dituturkan. Pencak silat dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan di gunakan dalam belajar, latihan, dan pertunjukan. Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri manusia dari beladiri atau bencana. Pencak silat adalah hasil budaya manusia untuk membela atau mempertahankan diri terhadap lingkungan hidup/ alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada tuhan YME. Suku sunda merupakan suku yang terdapat di provinsi jawa barat juga tidak sedikit yang berhijrah ke Pontianak, beberapa di antaranya melestarikan tradisi pencak silat. Mulanya pencak silat merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakain serba hitam, menggnakan ikat di pinggang, serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya iket. Pada umumnya kesenian pencak silat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan terompet. Beberapa istilah pencak silat: (1) Kuda-kuda yaitu posisi menapak kaki untuk memperkokoh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kokoh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan juga menahan dorongan; (2) Sikap dan 16
Buku Pertama
gerak yaitu ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan; (3) langkah yaitu ciri khas dari silat adalah pengunaan langkah, ada berapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat; (4) Kembangan yaitu gerakan tangan dan sikap tubuh yang dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak gerik musuh; (5) Buah, secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggnakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut, dan telapak kaki dalam serangan; (6) Jurus yaitu rangkaian dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah yang digunakan sebagai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah); (7) Sapuan dan guntingan yaitu menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni menendang dengan menyapu atau menjepit kaki musuh sehingga musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh; (8) kuncian, melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak atau melucuti senjata musuh. Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan dan gerakan cepat yang biasa mengincar pergelangan tangan, leher, dagu atau bahu musuh. Pencak silat mengajarkan pentingnya: (1) aspek mental spiritual. Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu sering kali harus melewati tahapan semedi, tapa, atau aspek kebatinan lainnya untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya; (2) aspek seni budaya. Budaya dan permainan “ seni “ pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya mengambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional; (3) aspek bela diri. Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat; (4) aspek olahraga, berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Nilai positif dalam pencak silat: (1) kesehatan dan kebugaran; Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
17
(2) membangkitkan rasa percaya diri; (3) melatih ketahanan mental; (4) mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi; (5) membina sportifitas dan jiwa ksatria; dan (6) disiplin dan keuletan yang lebih tinggi. Selain berarung dengan tangan kosong, pencak silat juga mengenal beberapa macam senjata salah satunya yang di gunakan oleh pencak silat sunda adalah kujang (pisau khas sunda). Alat musik yang di pergunakan dalam melakukan pencak silat: gendang, bedug, terompet, kenong, kecrek, gong, pancer. Menurut hasil wawancara penulis dengan KH Noer Hidatulloh Dawami mengatakan olahraga termasuk pencak silat sangat dianjurkan agama Islam. Karena menurut Islam, jiwa yang sehat terletak pada badan yang kuat. Kiai Noer menjelaskan, sejarah membuktikan bahwa Islam sangat menganjurkan olahraga dan beladiri. Ia kemudian bercerita, Nabi Muhammad SAW mau menunaikan haji, rombongan nabi biasanya diserang kaum kafir Quraisy karena mereka mengaggap rombongan muslim kecil-kecil. Namun Nabi Muhammad membuat starategi supaya rombongannyaberjalan jinjit sambil berjalan tegap. Strategi itu manjur, kaum kafir tidak berani menyerang karena menganggap rombongan kaum muslimin gagah-gagah. Pencak silat, lanjut Kiai Noer, selain berguna untuk bela diri, juga untuk mempertahankan agama bangsa dan negara.1***
1 Wawancara dengan KH Noer Hidatulloh Dawami. 18
Buku Pertama
5 Tradisi Gunting Rambut Orang Melayu Kabupaten Pontianak Elpritadea Narulita ABU ‘Umar bin ‘Abdul Barr berkata, “Adapun mencukur rambut bayi saat aqiqah, maka kebanyakan ulama mensunnahkan hal tersebut. Telah terbukti hadits dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabdah dalam hadits aqiqah, “dan digundul rambut kepalanya serta diberi nama.”kholal berkata dalam kitab Aljami’, “Bab: Tentang Menggundul Kepala Bayi dan Bershodaqoh dengan seberat Rambutnya.” Telah mengabarkan kepadaku Muhammad Bin Ali, telah berceriyta kepada kami Sholih pada hari ketujuh.”Salman bin ‘Amir meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau telah bersabdah,”bersihkan kotoran dari dirinya.” Ia berkata, “maksudnya kepadanya digundul.” Hanbal menuturkan, “saya mendengar Abu ‘Abdillah berkata. “kepala bayi digundul.” Tulisan ini hasil riset penulis tentang tradisi gunting rambut di Kabupaten Mempawah, dengan mewawancarai beberapa informan yaitu: Jami‘an (49), Darmisah (50), Dessy Narulita Safitri (23), Hasnani (42). Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
19
Kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Pontianak sesuai dengan kondisi dimana upacara adat itu dilaksanakan, seperti halnya upacara-upacara yang berkaitan dengan suatu peristiwa adat. Ritual kepercayaan masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan lingkungan salah satunya adalah upacara penyelengaraan memotong rambut (cukur rambut) dengan tujuan untuk membuang rambut yang dibawa sejak anak di lahirkan. Selain itu maksud lainnya adalah untuk membuang sial yang terdapat pada ujung-ujung rambut yang dibawa sejak lahir. Bagi masyarakat suku Melayu Kabupaten Pontianak, gunting rambut adalah salah satu unsur budaya yang masih tetap dilaksanakan dan dihayati, karena di dalam budaya tersebut mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang sangat sakral dan bermakna wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan kesejahteraan bagi keluarga khususnya maupun masyarakat pada umumnya. Upacara gunting rambut atau disebut juga potong jambul diselenggarakan apabila di dalam suatu keluarga mendapatkan anak bagi yang telah menginjak usia sekitar 40 hari sampai 1 tahun dan hal ini telah menjadi suatu upacara tradisi masyarakat secara umum. Biasanya di Kabupaten Pontianak, pencukuran rambut bersamaan juga dengan pelaksaan aqiqah yang disunnahkan pula untuk mencukur rambutnya. Hadits Nabi Saw. tersebut adalah sebagai berikut: Dari Ali r.a. dia berkata: “Rasulullah Saw. mengaqiqahi Al-Hasan seekor kambing lalu beliau bersabda kepada Fathimah, ‘Wahai Fathimah, cukurlah rambut kepalanya....” (HR. Tirmidzi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Hakim, dan Baihaqi). Aqiqah yang diwajibkan Menyembelihkan kambing bagi anak lelaki 2 ekor dan seekor bagi anak perempuan. Waktu penyelenggaraan upacara gunting rambut tidak dibatasi, akan tetapi pada umumnya dilaksanakan oleh orang tua bayi setelah 40 hari sampai 1 tahun dilihat dari kondisi kedua orang tua. Aqiqah amat penting, menurut keterangan ulama, hukumnya adalah “Sunat 20
Buku Pertama
Muakkad”. Dengan aqiqah akan menjadikan anak dapat memberi pembelaan (syafaat) kepada orang tuanya pada hari qiamat. Ada kebiasaan menarik di tengah masyarakat yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan mencukur rambut bayi ini. Yakni, ajaran untuk mencukur rambut ini memang dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya tidak dicukur secara bersih, hanya dipotong sebagian saja. Pada saat mengundang saudara, kerabat, dan tetangga dalam acara aqiqah, biasanya sang bayi digendong berkeliling ke hadapan yang hadir untuk digunting rambutnya sedikit-sedikit saja. Bayi yang akan di potong rambutnya diberikan pakaian yang bagus umumnya memakai pakaian kuning, tetapi selain warna lain pun tidak masalah. Sebelum pemotongan rambut para undangan terlebih dahulu membaca Albarzanji atau Marhaban, ketika pembacaan Marhaban dimulai maka pemotongan dilakukan sambil berdiri. Anak yang akan dipotong rambutnya digendong oleh orang tuanya sendiri dan diikuti oleh pembawa perlengkapan barang-barang yang akan dipakai untuk menggunting. Pemotongan dimulai oleh seseorang yang paling tua dan termuka di dalam masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan berkah bagi anak tersebut. Kemudian potongan rambut dimasukkan kedalam air kelapa muda. Beberapa nilai positif dari tradisi ini: (1) dari segi kesehatan: (a) kepala tak mudah teriritasi; (b) mendinginkan kepala); (c) mempermudah pemberian zat tumbuh rambut; (2) dari segi agama: (a) wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan kesejahteraan bagi keluarga; (b) menjalin silahturami dalam keluarga besar; dan (c) mensucikan anak dari marabahaya dan permohonan keselamatan serta kesejahteraan kepada Allah SWT.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
21
6 Tolak Bala’ Dalam Tradisi Orang Bugis Erika Maulidia TOLAK bala di percayai oleh sebagian masyarakat, terutama di keluarga saya. Banyak pula masyarakat yang melakukan ritual serupa. Tolak bala ini biasanya di lakukan untuk dijauhkan dari penyakit dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik. Tolak bala ini adalah tradisi turun temurun, telah dilakukan oleh nenek moyang. Menurut Hj. Djaenang (70), tolak bala biasanya dilakukan di pagi hari atau di siang hari. Banyak sesajian atau seperti makanan yang akan di gunakan sebagai syarat-syarat untuk melakukan tolak bala ini, dan ada tempat khusus untuk meletakkan makanan tersebut. Tolak bala ini dipercayai dapat menjauhkan hal-hal yang tidak baik atau penyakit, dan yang lain-lain. Masyarakat hanya mengetahui apa yang mereka tahu. Tolak bala dilakukan sebagian orang dengan cermin cembung, menyembelih hewan dan selamatan bubur merah putih dan lain-lain. Menurut ajaran dan kepercayaan mereka masing-masing dalam melakukan ritual tolak bala ini. Dalam melaksanakan ritual ini ada seorang pemimpin 22
Buku Pertama
yang memimpin ritual tolak bala ini, tidak lupa pemimpin tersebut membaca doa selamat seperti yang di bawah ini: Allahumma innaanas ‘aluka salamatan fiddiin wa’aafiyatan filjasad wa jizadatan fil’ilmi wa barakatan firrizqi wa taubatan kablalmaut wa rahmatan indalmaut wa magfiratan ba’dalmaut. Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratilmaut wannajaa taminannari wal’afwa ‘indalhisaab. Rabbana laa tujighkuluubanaa ba’daizd hadaitanaa wa hablanaa minladunkarahmatan innaka antalwahhab. “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada engkau akan keselamatan Agama dan sehat badan, dan tambahnya ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam rizki dan diampuni sebelum mati, dan mendapat rahmat waktu mati dan mendapat pengampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkan bagi kami menghadapi sakarotul maut, dan selamatkan dari siksa neraka, dan pengampunan waktu hisab.” Doa Tolak Bala: Allahumma bihaqqil Fatihah, Wasirril fatihah, Yaa Faarijal hamma, wa Yaa kasyifal ghomma, Yaa Man li ibaadihi yaghfiru wa yarham, Yaa dafi’al bala-i Yaa Allah, wa Yaa dafi’al bala-i Ya rohman wa Yaa dafi’al bala-i Yaa Rohiim. wa sholallohu wa sallama ‘ala khoiri kholqihi. Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Subhaana robbika robbil izzati amma yashifun. Wasalamun ‘alal mursalin walhamdulillahi robbil ‘alamiin. Ya Allah, dengan kebenaran Al-Fatihah dan rahasia AlFatihah. Wahai sang pembedah kegelisahan, wahai Sang penyingkap kebingungan. Wahai dzat yang mengampuni dan mengasihi para hambanya. Wahai Sang Penolak Bala, Ya Allah. Wahai Sang Penolak Bala, Ya Rahman. Wahai Sang Penolak Bala, Ya Rahim. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah untuk baginda Nabi Muhammad dan para keluarga serta sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu, Yang Memiliki Keperkasaan (Izzah) dari apa yang mereka katakan. Keselamatan semoga dilimpahkan kepada para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Saat membaca do’a tangan di tadahkan keatas seperti saat Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
23
membaca do’a, setelah membaca do’a tangan ditolakkan ke depan seperti untuk menjauhkan dari bala. Alat-alat yang disiapkan mengiringi tradisi ini biasanya baki atau ceper, kain putih, dan setanggi. Sesajian yang biasa di gunakan untuk ritual tolak bala ini pulut bewarna kuning diletakkaan di atas piring dan diatas pulut diletakkan telur rebus, dan ada juga ayam panggang yang menjadi pelengkapnya. Nilai positif yang terkandung dalam tolak bala ini: (1) kita dapat mendekatkan diri kapada Sang Pencipta; (2) meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kita kepada Allah SWT; (3) memohon pertolongan dari Allah SWT. Dalam melakukan ritual ini bukan bermaksud untuk perbuatan syirik, tetapi ritual ini hanya sebagai pelantara dan rasa syukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan.***
24
Buku Pertama
7 Tradisi Berowah Orang Melayu Meliau Erman PADA suku melayu, khususnya kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, ada tradisi berowah, yaitu mengadakan selamatan (doa, tahlilan, yasinan) untuk memperingati/ mengenang para arwah keluarga mereka yang sudah meninggal dunia. Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan Sya’ban. Karenanya kebanyakan masyarakat melayu meliau menyebut bulan sya’ban dengan bulan rowah. Hal ini karena pada bulan Sya’ban itu dilaksanakannya berowah, yaitu tradisi yang sudah menjadi kebiasaan turun menurun pada masyarakat di sini. Tradisi berowah dilaksanakan pada bulan Sya’ban karena untuk menyambut bulan Ramadhan, yaitu bulan setelah Sya’ban. Bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia, bahkan didalam Al-Quran dikatakan bahwa bulan Ramadhan itu lebih baik dari pada seribu bulan. Oleh karena itu untuk menyambut bulan yang mulia ini masyarakat melayu Meliau melaksanakan kegiatan ini, mereka berdoa kepada Allah agar dihindari dari segala bentuk Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
25
bala’, selain itu mereka juga mendoakan para kaum muslimin dan muslimat yang sudah meninggal dunia. Menurut penulis, tradisi ini memiliki banyak dampak positif yang dapat kita ambil hikmah/ pelajaran. Salah satunya mengingatkan kita akan kematian, yang memang tidak dapat dihindari oleh siapapun, yang tidak dapat diketahui kedatangannya. Serta masih banyak lagi unsur positif lainnya yang akan penulis jelaskan pada bab khusus didalam makalah ini. Kegiatan yang dilakukan pada tradisi ini juga tidak ada yang bertentangan syari’at Islam. kegiatan tersebut seperti, tahlilan, yasinan, serta membacakan beberapa doa sperti doa arwah, doa tolak bala, dan doa selamat. Berowah jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu berarwah. Dapat kita lihat bersama bahwa dalam istilah ini terdapat kata Arwah, istilah ini banyak pendapat yang mengartikannya, seperti didalam sebuah artikel disitus internet mengartikan bahwa roh/ arwah (dalam bentuk jama’nya) adalah unsur non materi yang ada dalam jasad yang diciptakan oleh Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan. (http//id.m.wikipedia.org). Sedangkan Risa Saraswati didalam situs internetnya mengatakan bahwa arwah adalah ruh, jiwa yang telah mati..(www.risasaraswati.com). Berowah dalam tradisi masyrakat melayu Meliau memang identik dengan mengenang para arwah, mengingat/ memperingati para arwah,yaitu dengan cara mengadakan selamatan (mendoakan para arwah). Secara umum masyarakat melayu Meliau mengartikan berowah sebagai nama untuk sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mendoakan para arwah/ orang-orang yang telah meninggal dunia, selain itu ada juga yang mengartikan yaitu mengadakan selamatan (doa, pengajian) untuk memperingati orang yang sudah meninggal dunia. Berowah dilaksanakan pada bulan Sya’ban, dilaksanakan pada bulan Sya’ban karena untuk menyambut bulan ramadhan. Bulan 26
Buku Pertama
Ramadhan merupakan bulan yang sangat suci, bulan yang sangat mulia, bahkan lebih mulia dari pada seribu bulan. Oleh karena itu, untuk menyambutnya masyarakat setempat melaksanakan kegiatan yang dinamakan berowah, yaitu mendoakan para keluarga-keluarga mereka, kerabat-kerabat mereka, bahkan seluruh umat islam yang sudah meniggal dunia mendahului merekapun didoakan. Ketika melaksanakan kegiatan ini tuan rumah biasanya mengundang kerabat-kerbat dekat, tetangga, serta para pemuka agama. Hal ini dilakukan karena mengingat bahwa kegiatan ini dilakukan untuk mendoakan para arwah, oleh karena itu semakin banyak orang yang diundang maka akan semakin banyak pula orang yang mendoakan arwah tersebut. Selain itu hal ini juga bertujuan untuk memper-erat hubungan shilaturahmi, antara tuan rumah dengan para tamu undangan, dan sebaliknya. Pada penghujung acara ini, biasanya tuan rumah akan menghidangkan sedikit makanan untuk para tamu undangannya. Makanan ini biasanya dihidangkan ketika para jamaah selesai membacakan doa. makanan tersebut biasanya berupa nasi yang sudah dilengkapi dengan beberapa lauk yang siap untuk disantap. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan bentuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT. Yaitu dengan cara saling berbagi antara tuan rumah dengan para tamu undangan. Uniknya lagi, makanan tersebut dimasak secara bersama-sama antara tuan rumah dan para tetangga yang memang sudah diundang sebelunya untuk membantu dalam mempersiapkan makanan tersebut. Hal ini menunjukan adanya rasa kebersamaan dalam bertetangga, inilah yang membuat kegiatan ini menjadi unik. Setiap tradisi tentunya memiliki kegiatan-kegiatan tertentu dalam pelaksanaannya, begitu juga dengan tradisi berowah ini. Berikut adalah beberapa bentuk kegaiatan yang dilakukan pada tradisi ini, yaitu sebagai berikut: (1) Pembukaan. Ini biasanya dilakukan oleh tuan rumah, pada kegiatan pembukaan ini tuan rumah mengucapkan terima kasih kepada para tamu yang sudah Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
27
sudi untuk hadir dalam acara berowah yang mereka laksanakan, setelah itu tuan rumah mempersilahkan kepada pemuka agama setempat untuk memimpin berlangsungnya acara tersebut. (2) Yasinan dan Tahlilan. Setelah tuan rumah mempersilahkan kepada pemuka agama untuk memimpin acara tersebut, maka acara pun akan segera berlangsung. Pemuka agama akan memimpin para jama’ah untuk membacakan yasin serta tahlil, dengan mengkhususkan bacaan tersebut kepada keluarga tuan rumah yang sudah meninggal, serta kepada seluruh umat islam yang sudah meninggal dunia. (3) Pembacaan doa. Pembacaan doa juga sama dipimpin oleh pemuka agama yang hadir pada acara tersebut, bisa dipimpin oleh pemuka agama yang memimpin yasin dan tahlil bisa juga pemuka agama yang lainnya. Do’a yang biasa dibacakan adalah do’a arwah, doa selamat, dan doa tolak bala. Tradisi berowah tentunya memiliki banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil hikmah serta kita jadikan pelajaran. Berikut penulis akan jelaskan nilai-nilai yang ada pada tradisi berowah, yakni sebagai berikut: Pertama, kebersamaan dan kekompakan. Dalam tradisi ini kita akan merasakan kebersamaan dan kekompakan di antara jamaah yang mengikuti kegiatan ini, karena ketika kegiatan ini dilaksanakan biasanya tuan rumah (orang yang mengadakan acara berowah) akan mengundang tetangga-tetangganya, kerabatkerabatnya, serta para pemuka agama (Islam). Hal ini tentunya akan menjadi suatu kebiasaan yang positif. Bagaimana tidak, jika sebuah desa memiliki kebersamaan serta kekompakan yang tinggi, besar kemungkinan desa tersebut akan menjadi desa yang maju, damai, serta tentram karena tidak ada perbedaan antara satu sama lain. Sebagaimana yang dijelaskan didalam Al-Quran surah an-Nisa ayat 28 bahwa manusia itu adalah mahluk yang lemah. Oleh karena itu kita dianjurka agar hidup di dalam kebersamaan sebagaimana fiman Allah SWT dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 103. Kedua, Musyawarah. Pada kegiatan ini masyarakat tentunya 28
Buku Pertama
akan berkumpul untuk menghadiri acara ini, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk melakukan musyawarah. Tentunya musyawarah di dalam hal yang positif, seperti tentang pembangunan desa dan lain sebagainya. Di dalam Islam sangat banyak dalil yang menjelaskan tentang anjuran serta keutamaan dari bermusyawarah, di antaranya: “dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musywarah antar mereka.” (QS. AsySyura [42]: 38) Ketiga, bersyukur kepada Allah SWT. Mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT sudah pasti ada pada tradisi ini, karena pada dasarnya tujuan daripada tradisi ini adalah berdoa kepada Allah, mendoakan orang yang telah meninggal dunia mendahului kita. Hal ini sudah pasti merupakan wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT karena masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT, yakni dengan cara mendoakan orang-orang yang sudah meninggal dunia mendahului kita. “Dan ketika tuhanmu memaklumi, barang siapa yang mensyukuri nikmatKu maka akan Ku tambah nikmat bagimu, dan barang siapa yang mengkufuru nikmatKu sungguh adzabKu sangatlah perih.” (QS. Ibrahim: 7) Keempat, membiasakan bersedekah. Dalam ajaran Islam kita sangat dianjurkan untuk bersedekah sebagai bentuk dari rasa syukur kita kepada Allah SWT. Pada tradisi ini tuan rumah/ orang yang mengadakan kegiatan pasti akan menyediakan makanan untuk para tamu undangan, hal inilah yang merupakan bentuk dari sedekah yang ada pada tradisi ini. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa jika kita bersedekah, maka sedekah kita akan dilipat gandakan oleh Allah SWT. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjran) bagi siapa yang Dia dikehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-NYa ) lagi maha mengetahui.”( QS. AlBaqarah [2]: 261) Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
29
Kelima, mengingat pada kematian. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mendoakan para arwah kau muslim dan muslimat yang sudah meninggal dunia. Ketika kita mendoakan orang yang sudah meninggal, tentunya kita ingat akan adanya kematian bagi setiap mahluk yang bernyawa. Sebagai mana fiman Allah SWT yang artinya “ setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” Selain itu Rasulullah SAW juga menganjurkan agar kita menginggat akan kematian.***
30
Buku Pertama
8 Popat Asam Orang Melayu Melawi Fitri Nuraini Budaya Popat Asam menjadi saalah satu tema pada tulisan ini, adalah tradisi pada masyarakat Tanjung Tengang di Kabupaten Melawi. Popat asam terdiri dari dua kata, yang pertama popat yang berarti memotong dan asam berarti buah asam. Popat Asam selain sebagai budaya juga merupakan adat istiadat yang sudah terjadi pada masa lalu. Sampai sekarang ini masih tetap dipertahankan dan dipopulerkan. Tradisi tujuh bulanan atau disebut juga popat asam yaitu upacara tradisional selamatan terhadap bayi yang masih dalam kandungan. Masyarakat yang ada di Melawi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, sampai-sampai ada kebudayaan yang sekarang ini masih asli keberadaannya. Popat Asam tidak bisa dihilangkan, karena bagi masyarakat Melawi popat asam memiliki nilai-nilai tersendiri. Popat asam merupakan sebuah kebudayaan turun temurun yang dijadikan masyarakat Melawi sebagai adat istiadat yang bisa dikatakan sudah mendarah daging. Upacara ini dilaksanakan pada Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
31
usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini merupakan perwujudan dari rasa syukur, pada upacara ini seorang ibu ditaburi dengan beras kuning serta setiap orang yang hadir mendatangi sang ibu serta menaruh gunting dimulut ibu supaya ibu menggigit gunting tersebut. Masyarakat yang hadir serta keluarga dari belah pihak suami istri berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehinngga bayi yang dilahirkan selamat dan sehat. Seperti kita ketahui seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang bersyukur jika di dalam dirinya terdapat tiga unsur, yaitu mengakui kenikmatan yang diberikan oleh Allah dalam hatinya, mengucapkannya dengan lisan, dan mengimplementasikan perasaan syukur tersebut dengan perbuatan. Popat asam dengan demikian adalah ungkapan syukur. Pak Alan (52) seorang tokoh masyarakat menyebutkan bahwasannya popat asam sudah dilakukan sejak zaman dulu. Tradisi ini lahir sehubungan dengan keyakinan warga bahwa apabila seorang ibu hamil maka untuk menghindari bencana ia harus mengadakan popat asam. Serangkaian acara tujuh bulanan dilakukan juga berbagai kegiatan tradisional yang tidak hanya dilakukan oleh istri tetapi juga oleh suami, di antaranya istri duduk bersampingan dengan suami dengan menduduki beras yang sudah ditakar dan ditutupi dengan kain panjang. Telur ayam kampung dimasukkan kedalam kain calon ibu hingga telurnya pecah. Kemudian suami dan istri tersebut akan disuapi oleh orang tua dari kedua belah pihak dengan campuran asam dan cabe yang sudah diulek. Masingmasing suami dan istri mendapat jatah memakan rujak yang sudah dibentuk bulat sebanyak tujuh kali tanpa meminum air sebelum rujak tersebut habis ditelan. Kemudian setelah disuapi oleh kedua orang tua dari kedua belah pihak barulah orang yang hadir boleh memakan rujak tersebut. Biasanya orang Melawi saat mengadakan tujuh bulanan selain memakan rujak, juga membacakan ayat suci Al-Quran. 32
Buku Pertama
Lebih spesifik dalam pembacaan ayat suci Al-Quran ketika popat asam, dianjurkan untuk membaca surah Luqman, khususnya ayat yang ke 12-19. Tujuan membacakan ayat tersebut tentu saja mengambil ibrah dari isi ayatnya, yang berkisah tentang seorang ayah yang bernama Luqman kepada anaknya dia didik dengan pendidikan aqidah atau keimanan, pendidikan ibadah, serta pendidikan akhlak. Selain pembacaan ayat tersebut, juga para masyarakat yang hadir senantiasa memanjatkan doa yang baik untuk masa depan si jabang bayi. Memohon kepada Allah agar ditentukan rezeki yang halal, luas, berkah, dan mudah dalam meraihnya. Serta agar jabang bayi tersebut diberikan umur yang berkah, senantiasa dalam ketaatan, dan mampu memberikan manfaat kepada orang lain, tidak menjadi orang yang pelit baik harta dan ilmu serta dimatikan dalam keadaan khusnul khatimah. Sebuah kebudayaan tentu memiliki proses dan tata cara ritual yang dianggap memiliki kekuatan yang dapat menjadi penggerak kehidupan mereka. Dalam dunia pendidikan isi dari sebuah kebudayaan yang ada di masyarakat penting untuk dibicarakan, tujuannya agar kita mengetahui sebuah budaya secara menyeluruh. Sudah menjadi hal yang lumrah, bila kehadiran buah hati adalah seesuatu yang sangat diharapkan pasangan suami istri, sehingga ketika sang istri tercinta hamil mereka mengadakan acara-acara tertentu demi kebaikan sang buah hati. Secara khusus tidak ditemukan dasar dalam syariat. Dalam fiqih disampaikan bahwa apabila dalam kegiatan tersebut tidak terdapat hal-hal yang dilarang agama bahkan merupakan kebajikan seperti berbagi, maka hukumnya diperbolehkan. Kehamilan adalah periode yang didambakan oleh seorang istri di dalam berumah tangga (pasca menikah). Karena proses kehamilan merupakan fase yang harus dilalui untuk menghadirkan anak di dalam keluarga. Beberapa hal yang menjadi landasan peringatan tujuh bulan kehamilan, antara lain: (1) sebagai tanda Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
33
syukur sorang hamba kepada tuhannya, Allah swt yang telah memberikan anugerah dengan memberikan amanah berupa seorang buah hati, anak; (2) sebagai pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir) bagi janin yang mulai hidup atau mulai diberi ruh, yang kelak bertujuan agar sang buah hati menjadi anak yang sholeh/sholeha serta faham akan budaya. Niat baik inipun harus disertai dengan cara-cara peringatan yang baik. Artinya peringatan tujuh bulanan diisi dengan membaca doa selamat. Popat asam mengandung beberapa hikmah, di antaranya sebagai berikut: (1) sebagai tanda syukur kepada Allah swt karena telah dikaruniai anak; (2) secara tidak langsung mengabarkan kepada masyarakat atau kerabat tentang anugerah yang dikaruniakan oleh Allah Swt; (3) mengawali kehidupan anak dengan perkara-perkara kebaikan; (4) mempererat hubungan silaturahim antaranggota masyarakat. Popat asam merupakan sebuah realita kehidupan yang sudah mengalir dalam tubuh masyarakat dan mungkin tidak dapat dihilangkan dalam dinamika kehidupan. Sejarah telah membuktikan dalam kehidupan sehari-hari bahwasanya popat asam hingga saat ini masih terus dilakukan, juga masih dikembangkan dalam hidup bermasyarakat. Menanggapi hal ini popat asam merupakan murni hasil dari cipta karya masyarakat Melayu yang ada di kabupaten Melawi, yang tak ada masalah untuk dilestarikan.***
34
Buku Pertama
9 Tradisi Linggang Kandung Orang Melayu Putussibau Hanafi ISLAM berkembang pesat di Kapuas Hulu, sejak tahun 150 tahun lalu agama samawi ini diterima oleh penduduk setempat. Menjadi anutan mendampingi kepercayaan lama yang mereka miliki. Jumlah penduduk Islam mencapai 56 persen dari jumlah penduduk Kapuas Hulu, bahkan dialiran sungai umat islam di Kapuas Hulu mencapai 100 persen. Van Kessel asal orang Belanda, dia melewati ke Kapuas Hulu pertengahan abad ke-19 atau sekitar tahun 1840. Waktu itu dia melaporkan penduduk Selimbau, Embau, Silat, dll (dalam wilayah Kapuas Hulu sekarang) sudah memeluk agama Islam. Dia hanya menyebutkan diperkirakan orang–orang di sini masuk islam beberapa tahun sebelum kedatangannya. Orang Melayu Putussibau beragama Islam dan masih mengandalkan tradisi lama di antaranya linggang kandung. Linggang kandung adalah buah dari akulturasi Islam dan budaya local masyarakat setempat. Kata linggang kandung adalah istilah masyarakat melayu putussibau. Kegiatan ini turun-temurun dilakukan sejak Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
35
nenek moyang, sampai akhirnya masih sering diikuti oleh anak cucunya sampai dengan masa sekarang. Linggang kandung berasal dari dua kata linggang dan kandung. Kata linggang dapat diartikan menggoyang-goyang sedangkan kandung artinya kandungan atau orang yang lagi hamil. Jadi linggang kandung dapat didefinisikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan ketika seorang ibu hamil menginjak usia kehamilan 4 bulan dan 8 bulan. Dilinggangkan di atas kain yang di pegang oleh dua orang. Beberapa alat/bahan yang menyertai prosesi linggang kandung: (1) Beras putih;1 (2) Beras kuning;2 (3) Telur ayam kampung;3 (4) Air yang dicampur dengan bedak;4 (5) Kain 4 dan 8 lembar; (6) Mangkok atau wadah kecil; (7) Siken (pisau kecil) atau Gunting;5 (8) Daun cabang juaran; 1 Beras putih yang digunakan dalam kegiatan linggang kandung ini jumlahnya sebanyak bulan kehamilan si ibu kandung tersebut. Misalnya 4 bulan kehamilan maka jumlah beras putih tersebut 4 muk (4 canting), dan apabila kehamilan menginjak 8 bulan, maka jumlah beras putih 8 muk (8 canting). Beras putih ini sendiri dijadikan syarat di dalam linggang kandung. Kemudian makna nya belum diketahui secara jelas. 2 Beras kuning yang digunakan dalam kegiatan linggang kandung ini jumlah nya hanya sedikit dibandingkan beras putih, hanya setengah magkuk kaca saja. Beras kunig ini juga sebagai syarat, yang di taburkan diatas kepala suami istri tersebut. 3 Telur yang digunakan dalam linggang kandung ini adalah telur ayam kampung atau telur hilir. Yang jumlahnya hanya 1 butir saja. Tidak di perbolehkan menggunakan telur hilir. Sebagai syarat dalam prosesi ini, kemudian maknanya belum diketahui secara pasti juga. Karena kekurangan informasi. 4 Syarat yang keempat adalah air yang dicampur dengan bedak, kita belum mengetahui alasan kenapa menggunakan air bedak ini. Air ini di gunakan untuk menepis-nepis ke badan suami istri tersebut dengan menggunakan daun cabang juaran. 5 Siken (pisau kecil) atau gunting ini dugunakan sebagai syarat dalam kegiatan ini. Yang diletakan diatas kening dan mulut suami istri tersebut. Makna nya ini supaya terhindar dari bahaya. Karna kita tau bahwa pisau ini besifat melukai. 36
Buku Pertama
Gambar 9.1 Alat/ bahan yang mesti disiapkan menyertai prosesi Linggang kandung ini biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak yang sedang hamil. Biasanya keluarga yang hamil tersebut mereka memberitahukan waktu pelaksanaan linggang kandung itu terlebih dahulu kepada keluarga mereka dan tetangga terdekat agar hadir pada waktu pelaksanaan. Linggang kandung Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
37
ini biasanya dilakukan pada saat usia kehamilan sudah menginjak 4 bulan dan 8 bulan. Pada saat kehamilan itulah dilaksanakan linggang kandung. Setelah semuanya siap, hal yang pertama dilakukan adalah menghamparkan kain yang telah dimasukkan beras di dalamnya ke lantai. Adapun jumlah kain yang dihamparkan tadi yaitu sesuai dengan usia kehamilan ibu hamil tersebut. Misalnya usia kehamilannya 4 bulan, maka yang dihamparkan 4 lembar kain. Jikalau usia kehamilannya 8 bulan maka yang dihamparkan 8 lembar kain. Begitu juga dengan beras putih yang di masukan kedalam kain, yaitu sebanyak usia kehamilan misalnya usia 4 bulan, maka yang di masukan kedalam kain itu 4 muk (canting), kemudian kalau usianya 8 bulan maka yang dimasukkan 8 muk (canting). Setelah itu wanita yang hamil dan suaminya itu duduk di atas kain itu. Dilaksanakanlah proses awal linggang kandung itu dengan tepung tawar, dengan memilih 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan yang usianya sudah tua, untuk melaksanakan proses tepung tawar. Dimulai dengan satu orang dulu untuk melaksanakan proses tepung tawar. Pertama yang mereka lakukan adalah menaburkan beras kuning yang telah disediakan kepada wanita yang hamil dan suaminya. Kemudian dilanjutkan dengan menyapukan daun cabang juaran pada istri dan suaminya itu. Setelah itu si orang tersebut mengambil sikin (pisau kecil) atau Gunting yang akan diletakkan di atas kenig dan kemulut istri maupun suaminya itu. Setelah itu dilanjutkan mengambil telur ayam kampong atau telur ayam hilir yang kemudian diletakkan di atas perut wanita hamil tadi. Setelah semua proses itu tadi, dilanjutkan dengan proses yang paling inti yaitu proses linggang kandung. wanita yang hamil tadi itu di suruh untuk berbaring di atas kain yang telah dipersiapkan, kemudian ada 8 orang bidan kampung yang akan melakukan linggang kandung tersebut. Yang akan bergantian setelah melakukan linggang kandung itu. Dalam proses tersebut dua orang bidan kampung yang mengayun-ayunkan siibu hamil 38
Buku Pertama
yang berbaring di atas kain tadi, secara perlahan-lahan. Acara ditutup dengan doa selamat dan doa sapu jagad, agar bayi yang didalam kandungan tersebut selamat beserta keluarga dan orang yang hadir tersebut, sampai melahirkan nanti. Nilai-nilai positif dalam linggang kandung dijelaskan di bawah ini. Pertama, Silaturahmi. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab, “Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983). Hadist ini menekankan betapa penting nya menyambung hubungan silaturahmi antara sesama umat manusia, dan yang lebih utama lagi adalah dengan orang tua dan tetangga dekat kita. Kedua, Bersyukur. Para ulama menjelaskan bahwa seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: (a) mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), (b) membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan (c) menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan). Ibnu Taimiyah sebagaimana dalam Majmu’ al-Fatawa menyatakan, “Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.” Firman Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS. Ibrahim: 7). Ketiga, Sedekah. Pada linggang kandung biasanya keluarga yang melaksanakan kegiatan tersebut memberi makan kepada tamu atau keluarga yang datang pada di akhir acara. Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala’ tidak pernah bisa mendahului sedekah.” Keempat, Kesederhanaan, yaitu tidak boros, adil, membelanjakan rizki secara proporsional bahkan menekan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
39
seefisien mungkin. Punya banyak daya beli namun tidak membeli banyak sesuatu yang tak perlu. Kesederhanaan yang ini benarbenar mengikuti aturan Islam seperti sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 26-27: “Dan berikanlah kepada keluargakeluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Nilai-nilai kesederhanaan juga terdapat juga didalam acara linggang kandung masyarakat melayu putussibau. Hal ini tentu saja yang kita harus pertahankan, supaya kita tidak menjadi orang yang boros. Karena kita tahu bahwa orang yang boros itu teman setan. Kelima, kebersamaan. Kehidupan bermasyarakat sendiri tidak akan terwujud degan sempurna kecuali dengan kebersamaan. Oleh karena itulah Islam begitu menekankan agar kaum muslimin berada dalam kebersamaan. Seorang mukmin dengan mukmin lain seperti sebuah bangunan sebagian menopang sebagian yang lain. “Dan berpeganglah kamu semua kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.”***
40
Buku Pertama
10 Orang Melayu Pontianak Dalam Merayakan Idul Fitri Harry Kurniawan LEBARAN atau hari raya idul fitri merupakan hari besar yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia, karena merupakan hari kemenangan bagi umat islam setelah sebulan berpuasa di bulan ramadhan. Di Pontianak lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan atau adat dimana masyarakat sibuk menyiapkan semuanya, seperti makan-makanan hari raya misalnya ketupat, opor ayam, kue-kue kecil, dan lain-lain. Di hari lebaran masyarakat muslim di Pontianak biasanya melakukan mudik, yaitu orang yang bekerja di luar kota dan akibat mudik tersebut jalan-jalandi indonesia macet total. Pada hari lebaran masyarakat muslim Pontianak saling bersilaturahmi dan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Liburan lebaran di Pontianak juga sering dijadikan moment untuk berkumpul dengan keluarga, teman, dan rekan jauh. Di hari biasa mereka biasanya sibuk dengan aktivitas dan pekerjaan mereka masing-masing, sehingga lebaran menjadi hari yang sangat spesial. Ini berlangsung sebulan penuh. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
41
Gambar 10.1 Ketupat dan Tradisi Meriam Karbit Menyertai Lebaran di Pontianak Lebaran adalah istilah untuk menyebut hari raya idul fitri. Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau hari raya puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda. Hal ini juga menyebabkan sebagian orang Melayu Pontianak memperingatinya “terkadang berbeda hari”, mengikuti pemerintah atau organisasi social keagamaan tertentu. Pada tanggal 1 Syawal di Pontianak, yaitu mulai berakhirnya puasa pada bulan Ramadhan, kemudian merayakan Idul Fitri. Awal pagi hari dilaksanakan Salat Idul Fitri (Salat Id), disunnahkan melaksanakan salat Id di tanah lapang atau bahkan jalan raya, apabila area ibadahnya tidak cukup menampung jamaah. Di malam sebelum dan sesudah hari raya, umat muslim Melayu Pontianak mengumandangkan takbir. Adapun kalimat takbir adalah sebagai berikut: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illa Allah; Allahu akbar, Allahu akbar wa li-illahi al-hamd. Takbir ini mulai dikumandangkan setelah bulan Syawal dimulai. Selain menunaikan 42
Buku Pertama
salat sunnah Idul Fitri, kaum muslimin Pontianak seperti umat Islam pada umumnya dikenakan kewajiban membayar zakat fitrah sebanyak 2,5 kilogram bahan pangan pokok. Tujuan dari zakat fitrah sendiri adalah untuk memberi kebahagiaan pada kaum fakir miskin. Kemudian, Khutbah diberikan setelah Salat Idul Fitri berlangsung, dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu, kaum muslimin di Pontianak memiliki tradisi saling bermaaf-maafan. Selainnya beberapa orang Melayu Pontianak juga berziarah mengunjungi kuburan keluarganya.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
43
11 Makanan Khas Madura Pontianak Homsatun INDONESIA mempunyai makanan-makanan tradisional yang di miliki oleh masing-masing suku yang ada di Indonesia. Makanan khas Madura di antaranya ikut andil dalam memperkaya khazanah makanan nusantara. Sate, Cucor, dan kue dodol adalah makanan khas Madura itu. Tapi, senyatanya makanan-makanan ini mempunyai kandungan filosofis tersendiri. Menurut pengamatan penulis pada acara-acara tertentu suku bangsa Madura1 Pontianak tidak terlepas dari beberapa makanan 1 Nama Madura mungkin pula diilhami dan diambilkan dari Madura, sebutan suatu daerah berwanda serupa di India Selatan yang juga beriklim kering. Penamaan sedemikian bukanlah suatu keanehan, sebab beberapa nama tempat lain di Indonesia seperti, Malabar, Narmada, Serayu, Sunda, dan Taruma, memang persis sama dengan nama geografi di India. Di kalangan masyarakat awam berkembang asal usul nama Madura yang direka-reka sebagai suatu ungkapan yang dikaitkan dengan mitologi dan legenda setempat. Dikenal di kalangan masyarakat Madura sendiri. Madura berasal dari kata di antaranya adalah maddhunah saghara (madu segara/laut), maddhu e ra – ara (madu di tanah lapang), maddhunah dara (madu darah), madara (berdarah), paddhu ara (dari dari bahasa Jawa Kawi, yang berarti pojok tanah berair, atau tapak di pojok Jawa), 44
Buku Pertama
tersebut baik dalam acara pernikahan, memperingati maulid nabi dan lemah dura (dari bahasa kawi yang berarti tanah di kejauhan). Akan tetapi tidak satu pun dintara dugaan asal usul nama Madura bersumberkan singkatan tadi yang memiliki landasan ilmiah tak terbantahkan, karena dulu memang bukan demikian cara orang memberi nama pada suatu tempat atau daerah. Pada waktu itu, seorang puteri dari sebuah kerajaan di pulau Jawa bernama Mendangkamulan tanpa sebab yang jelas diketahui telah hamil. Mengetahui kondisi puterinya demikian sang raja marah dan menyuruh seorang patihnya bernama Pranggulang untuk membunuh sang puteri. Tapi upaya pembunuhan itu selalu gagal sehinggga akhirnya sang puteri melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Raden Sagoro. Sedangkan patih Pranggulang tidak berani kembali ke keraton dan merubah namanya menjadi Kiyai Polèng. Menurut legenda itu, Raden Sagoro dan ibunya kemudian dihanyutkan ke tengah laut dengan sebuah ghitèk (rangkaian kayu kecil yang berfungsi sebagai perahu). Akhirnya Raden Sagoro dan ibunya terdampar di sebuah daratan yang ternyata kelak dikenal dengan nama gunung Gegger (wilayah kabupaten Bangkalan). Daratan ini disebut “madu oro” yang mempunyai arti pojok di ara-ara atau pojok menuju ke arah yang luas. Dari kata “madu oro” inilah konon asal mula kata Madura. Raden Sagoro dan ibunya disebut dalam legenda itu sebagai penghuni pertama pulau Madura. Terlepas dari akurat tidaknya tentang asal usul nama sebuah pulau yaitu Madura, yang pasti pulau tersebut punya bahasa khas tersendiri yang menjadi identitas suatu masyarakat madura dengan lainnya yaitu bahasa Madura. Penelitian ilmiah berusaha menemukan fakta tentang asal usul nama Madura. Sedangkan mitos, atau legenda yang beredar dimasyarakat madura itu sendiri tidak bisa dinafikan adanya. Orang mendiami suatu pulau yang kemudian dikenal dengan nama orang madura sudah ada di pulau tersebut sejak lama. Tidak bisa di tentukan secara pasti sejak kapan. Namun, orang madura tersebut sudah lama mendiami dan berinteraksi dengan alamnya sehingga membentuk kebiasaan tersendiri, karakter dan budaya dimana tidak terdapat atau dimiliki oleh orang di luar pulau tersebut. Penamaan pulau madura dan orang madura yang pasti merujuk pada apa-apa yang ada dipulau tersebut. Namun, bila kita bandingkan dengan benua Amerika atau Australia, mereka disebut orang Amerika atau Australia walau pada dasarnya mereka kebanyakan berasal dari Inggris. Kemudian membentuk budaya dan peradabannya sendiri menjadi Amerika atau Australia. Suku aborigin dan indian tidak lah menjadi identitas kedua benua tersebut. Berbeda dengan pulau dan orang madura. Pulau dan orang madura adalah pulau tersendiri dan orang madura sendiri yang menjadi sesuatu yang disebut madura. Bila madura juga terwarnai oleh orang india, jawa, bugis dan mungkin suku-suku lainnya hal ini dapat terjadi. Mereka hanya mewarnai dan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
45
Muhammad Saw, atau acara lainnya seperti tujuh bulanan. Suku bangsa Madura Pontianak menyakini bahwa jika dalam setiap acara beberapa dari makanan tersebut seperti cucor dan dodol tidak disajikan maka orang yang mengadakan acara tersebut tidak cinta dengan sukunya sendiri. Kue-kue tersebut melambangkan bahwa suku Madura cinta akan kemakmuran. Sehingga hampir disetiap acara dalam suku bangsa Madura Pontianak kue tersebut selalu disajikan. Hari ini, pembuatan kue-kue tersebut suku bangsa Madura Pontianak membuatnya dengan alat-alat moderen namun. Namun ada juga sebagian dari masyarakat Madura yang masih memakai cara atau alat yang tradisional. Suku bangsa Madura tidak hanya memiliki makanan tradisional saja, namun suku Madura memiliki seni budaya lainnya. Seperti budaya “karapan sapi” yang dilakukan setiap mereka habis panen seni lainnya seperti nyanyian tradisional. “olee olang”. Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai makanan khas suku bangsa Madura Pontianak. Sehingga suku bangsa lainnya mengetahui bahwa suku Madura juga memiliki makanan khas tradisional. FILOSOFI MAKANAN KHAS MADURA Sate Kata “Satte” biasa masyarakat Madura menyebutnya juga merupakan salah satu makanan yang mendunia sejajar dengan makanan lainnya yang mendunia seperti makanan khas padang yaitu rendang, bakso, makanan khas masyarakat jawa, nasi goreng, dan makanan makanan yang lainya. Menurut Nuraini salah satu penjual sate makanan khas Madura Pontianak menyatakan bahwa memperkaya madura yang sudah ada. Oleh karena madura memeiliki beberapa karakter dan perbedaan logat bahasa dari setiap kabupaten yang ada. http:// madurauniteds.blogspot.com/2013/03/asal-usul-dan-arti-madura.html (Di akses pada tanggal 20/03/2015,jam 20:30).
46
Buku Pertama
awal mulanya makanan satte yaitu ada salah satu suku bangsa Madura yang tersesat didalam hutan dan tidak memiliki makanan apapun dan akhirnya memilih untuk mencari seekor kelinci untuk dimakan namun karena pada saat itu suku bangsa Madura hanya sekitar 20 persen yang menyukai hewan kelinci maka digantilah dengan seekor ayam, dan jadilah satte ayam. Demikian hasil wawancara pada tanggal 20/ 03/2015.
Menurut Nurhayati salah satu masyarakat Madura yang juga berprofesi sebagai penjual sate yang menyatakan bahwa, sate merupakan makanan khas suku Madura yang terbuat dari potongan daging, biasanya yang dipakai daging kambing, sapi, dan ayam. Daging tersebut dipotong sebesar ibu jari, kemudian ditusuk denagan bambu sebesar lidi, kemudian dibakar diatas bara api dari arang, kemudian disajikan dengan berbagai macam variasi bumbu yang terbuat dari kacang tanah dihaluskan, dicampur dengan kecap dan bawang merah. Satte disajikan dengan nasi hangat juga dengan lontong, kemudian ditambahkan kemiri. (Wawancara di Pontianak tanggal 20/03/2015. Cucor Awal mulanya yaitu ada salah satu suku Madura yang terdiri ayah, ibu dan anak perempuan yang berusia 15 tahun kemudian gadis tersebut menikah dengan seorang pria yang juga keturunan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
47
dari suku bangsa Madura dan memiliki seorang anak yang cantik atas kelahiran anak pertama anak ini sang ayah dan ibu ingin mengungkapkan rasa syukur atas anugrah yang diberikan oleh Allah Swt. Dengan mengadakan suatu acara yang sederhana namun tidak memiliki biaya untuk mengadakan acara tersebut dan akhirnya sang istri hanya memiliki gandum, gula merah,dan kemudian dibuatlah dengan sederhana sehingga menjadi kue cucor. Cucor atau Kocor (bahasa Madura) merupakan makanan yang terbuat dari gula merah tepung terigu dicampur dengan tepung beras hingga merata didiamkan selama beberapa menit. Kue cucor juga memiliki bermacam-macam warna sesuai dengan keinginan. Sampai saat ini belum ada data akurat mengenai filosofis makanan khas Madura yaitu kue cucor, atau masyarakat suku bangsa Madura Pontianak menyebutnya kocor.
Menurut Muhriya salah satu masyarakat asli Madura Pontianak menyatakan bahwa cucor atau kocor ada sejak pulau Madura didiami oleh suku Madura. Dan dibuat dengan cara yang tradisional tanpa memakai cetakan kue lain pada umumnya. (wawancara sungai ambawang tanggal 20/03/2015. Menurut pengamatan penulis kue cucor memang memiliki cita rasa yang tidak berbeda dengan kue pada umumnya yaitu dengan rasanya yang manis. Yang membedakan adalah kue cucor sendiri 48
Buku Pertama
dibuat dengan cara tradisional bahkan sampai saat ini. Dilihat dari tekstur kue cucor sendiri memiliki keunikan yaitu pada tepian kue cucor yang berbentuk lingkaran bulat dan menggelembung. Dodol Pada zaman dahulu kala suku bangsa Madura mengadakan sebuah acara pernikahan yang terdiri satu keluarga laki-laki dan satu keluarga perempuan dalam tradisi suku bangsa Madura pada acara pernikahan pihak dari laki-laki akan membawakan bermacam-macam kue salah satunya adalah dodol. Singkat cerita di rumah laki-laki tersebut para kaum wanita membuat kue kecuali dodol, dan para kaum laki-laki bingung tidak memiliki pekerjaan dan akhirnya calon pengantin dari pihak laki-laki berinisiatif ingin membuat sebuah kue dan akhirnya menghampiri kaum wanita dan meminta tepung beras, gula jawa dan santan yang kemudian para kaum laki-laki tersebut bersama-sama membuat kue tersebut, dan akhirnya dinamakan jue dodol.
Kata dodol atau masyarakat Madura menyebutnya thutul, merupakan makanan yang terbuat dari gula merah santan, tepun Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
49
kettan, atau tepung beras. Diaduk selama satu hingga dua jam, dan dibentuk sesuai dengan keinginan. Dodol siap disajikan.***
50
Buku Pertama
12 Tradisi Tumbang Apam Orang Melayu Banjar Irvan PENYELENGARAAN tradisi tumbang apam bagi orang Banjar dianggap sebagai penyampaiaan pesan kepada Sang Pencipta. Tradisi tumbang apam ini diselenggarakan atas rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rejeki dan kesehatan. Tidak mengherankan bagi suku Banjar apabila ada hajatan atau keinginan mereka pasti melakukan ritual tumbang apam tersebut sebagai bentuk syukurnya karena diberikan kesehatan dan menginginkan hajatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan lancar. Tradisi tumbang apam ini dilaksanakan setiap ada hajatan, dan ritual ini biasanya di laksanakan setiap satu tahun sekali. Prosesi tumbang apam ini dilaksanakan dua hari, ataupun satu hari lagi mau melakukan acara tersebut, yang penting sebelum hari melakukan hajatan, kita melakukan ritual tumbang apam ini sebelum melaksanakan prosesi acara dikarenakan agar orang yang melaksanakan prosesi acara selamat dan acaranya pun berjalan dengan lancar. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
51
Pelaksanaan tumbang apam dipimpin oleh seorang sampang atau pemimpin. Seorang sampang tersebut harus bisa menguasai suasana pada saat ritual sedang berlangsung, sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta di dunia ini. Pelaksanaanya dipimpin oleh sesepuh yang tahu. Adapun yang menjadi perlengkapan tradisi tumbang apam adalah sebagai berikut: (1) Dua batang pelepah kelapa yang diukur setinggi orang yang akan melakukan tradisi ini; (2) Berteh beras kuning (yang melambangkan mas atau perak); (3) Lilin sambang (lilin yang terbuat dari kain yang dilumuri lilin kuning); (4) Setanggi atau dupa; (5) Lima helai kain dan uang perak yang diletakan dibawah kain; (6) Apam tiga warna, terdiri dari: kuning (terbuat dari kunyit), merah (terbuat dari gula merah), dan putih (dari tepung beras); (7) Tepung tawar; (8) Air tolak bala (dua buah terdiri dari air parit dan air hujan); dan (9) Minyak bauk.
Gambar 12.1 Perlengkapan tradisi tumbang apam Kemudian urutan dalam tradisi tumbang apam ini adalah sebagai berikut: (1) Dalam tradisi tumbang apam ini diawali denga salah satu peserta berdiri diatas kain lima helai dan menghadap ke hilir atau mengikuti aliran sungai; (2) Kedua pelepah kelapa yang telah dilengkapi dengan apam dan lilin yang telah dinyalakan, 52
Buku Pertama
diletakkan atau didirikan didepan peserta Tumbang Apam; (3) Acara ini dimulai dengan pembacaan Ayat-ayat suci AlQur’an, yang terdiri dari surat Yasin Ayat 15 dan Ayat 17, setelah selesai pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian diadakanlah pembacaan doa selamat oleh semua yang hadir; (4) Kemudian arang dari lilin tersebut di tempelkan ke dahi peserta tersebut dan lanjut ke tepung tawar dan berteh beras kuning; (5) Setelah acara ini selesai dilaksanakan, diadakanlah acara penutup yaitu makan seprahan bersama-sama.
Gambar 12.2. Pembacaan doa oleh sampang
Gambar 12.3 Pelaksanaan tumbang apam Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
53
Banyak sekali nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tumbang apam, antara lain: Pertama, Nilai silaturahmi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah Nabi saw. Bersabda, “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia bersilaturahmi”. Kemudian dalam hadits lainnya masih riwayat Imam al-Bukhari dari sahabat Jubair bin Muth‘im beliau juga mengultimatum bahwa, “barangsiapa yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga”. Perintah untuk merajut silaturahmi juga terdapat dalam QS. An-nisa dan HR. Ahmad dan Ad-Darimi: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. anNisa: 1) Dari Abdillah bin Salam ra berkata, ketika Nabi Saw tiba di Madinah, orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda: “Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah, dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ahmad dan Ad-Darimi) Adapun ancaman apabila memutus tali silaturahmi yang terdapat pada HR. Al-Bukhari dan Muslim: Dari Jubair bin Muth’im ra, ia mendengar Nabi Saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim) Kedua, Nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan sangat penting diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, karena nilai kebersamaan merupakan hal yang sangat penting untuk menjalin kesejahteraan di dalam masyarakat. Jika nilai ini tidak kita amalkan, maka masyarakat hidupnya tidak akan tentram, karena tidak ada 54
Buku Pertama
yang dapat menyatukan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Disinilah pentingnya nilai kebersamaan, karena nilai kebersamaan dapat menjadi suatu cara untuk membuat masyarakat berkumpul bersama. Ketiga, Sedekah. Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan Allah Swt. Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna sedekah memang sering menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam AlQuran. Di antaranya adalah Al-Baqarah (2): 264 dan Al-Taubah (9): 60. Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa sedekah memiliki makna mendermakan uang di jalan Allah swt. Bahkan pada ayat yang kedua, shadaqah secara khusus adalah bermakna zakat. Bahkan banyak sekali ayat maupun hadits yang berbicara tentang zakat, namun diungkapkan dengan istilah sedekah.Secara bahasa, sedekah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Dalam makna seperti inilah, sedekah diibaratkan dalam hadits: “Dan sedekah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim) Keempat, Pembiasaan membaca Al-Quran. Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as, yang dijadikan sumber aturan hidup bagi seorang muslim. Al-Quran diriwayatkan secara mutawatir, artinya diriwayatkan oleh beberapa orang yang tidak mungkin terjadi kebohongan bersama. Dengan demikian mustahil Quran dipalsukan. Al-Quran menjadi sumber pedoman hidup, dan menjadi sumber hukum yang utama bagi setiap orang yang mengaku muslim. Oleh karena itu, membaca Al-Quran menjadi pintu gerbang bagi seorang muslim untuk dapat mengetahui dan memahami kandungan Al-Quran tersebut. Membaca Al-Quran merupakan kewajiban mendasar dan memiliki nilai ibadah. Allah Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
55
memerintahkan setiap mukmin untuk senantiasa membacanya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran)….” (QS. Al-Ankabut: 45). Karena membaca Al-Quran adalah ibadah, maka Allah SWT memberikan pahala bagi siapa saja yang mau membacanya. Pahala ini tidak hanya bagi yang membacanya secara fasih, tapi bagi yang terbata-bata pun, mendapatkan pahala yang besar.***
56
Buku Pertama
13 Tradisi Menyambut Idul Adha Orang Melayu Sambas Karmila MEMPERINGATI hari besar umat Islam tiap daerah memiliki adat atau kebiasaan yang berbeda-beda, terutama dalam memeriahkan lebaran. Baik itu lebaran idul fitri, maupun idul adha. Khususnya pada masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas. Di sini penulis akan memaparkan bagaimana perayaan lebaran idul adha khususnya di Desa Sijang, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, yang merupakan daerah tempat kelahiran penulis sendiri. Kajian ini penulis dapatkan dari berbagai informasi, baik itu melalui wawancara maupun dari referensi buku yang mengenai lebaran idul adha.. Lebaran idul adha sejarahnya bermula dari kisah Ibrahim as. dan keluarganya. Menurut sejarah, Nabi Ibrahim as diilhami mimpi, diperintahkan Allah menyembelih anaknya Ismail yang sangat disayanginya. Anak yang sudah demikian lama dinanti-nanti dan ditunggu-tunggu kehadirannya. Peristiwa besar itu terlukis dengan jelas dalam al-Quran yaitu QS. Ash Shaffat:102-105. Mengapa Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
57
sampai Allah menguji Nabi ibrahim untuk mengorbankan anaknya? Jawabnya, karena beliau telah mengorbankan sebanyak 1000 ekor kambing, 300 unta, 300 sapi, fisabilillah. Maka orang-orang yang ada di sekelilingnya dan para malaikat pun menjadi kagum dengan perbuatannya itu. Sampai nabi ibrahim berkata “semua yang telah aku korbankan itu belum apa-apa bagiku. Demi Allah. Sekiranya aku mempunyai anak laki-laki, tentu akan aku sembelih di jalan Allah Swt dan aku korbankan dia untuk Allah Swt. Inilah bentuk ujian Allah SWT atasnya. Berkurban sangat dianjurkan bagi umat islam yang mampu karena berkurban memiliki status hukum sunnah muakkadah, kecuali kalau berkurban itu sudah dinazarkan sebelumnya, maka hukumnya wajib.1 Di dalam al-Quran Allah juga menganjurkan hamba-hambanya untuk berkurban dalam firman-Nya: “Sungguh aku telah memberi kepadamu telaga kautsar. Maka kerjakanlah shalat untuk Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 1-3) Pada ayat tersebut telah jelas bahwa Allah memerintahkan kepada kita yang mampu agar tidak berkeberatan untuk berkurban dan Allah akan memberi telaga kautsar (kebaikan-kebaikan yang banyak) kepada orang yang mau berkurban. Di dalam kitab fiqih ulama berpendapat, bahwa korban itu wajib bagi orang-orang Islam yang menjadi penduduk tetap lagi kaya. Dan tidak diperhitungkan jangka waktu memiliki hartanya. Bahkan barangsiapa yang keadaannya fakir lalu mendapatkan harta pada hari raya kurban, maka wajib baginya melakukan kurban karena demikian tentu saja ibadah korban sangat besar pahalanya dan terkandung banyak keutamaan di dalamnya. Rasulullah bersabda: “Tiada amal yang dikerjakan anak adam pada hari raya korban yang lebih disukai oleh Allah melebihi penyembelihan korban, sesungguhnya hewan-hewan kurban itu akan datang dihari kiamat kepada yang berkurban seperti keadaan semula, yaitu lengkap dengan anggotaanggotanya,tulang-tulangnya,tanduknya,dan bulu-bulunya. Sebelum darah 1 Moh al Aziz Senali Saifullah, Khutbah Jum’at Tantangan Umat Islam Di Era Globalisasi (Surabaya: Terbit Terang, 2007), hlm. 439. 58
Buku Pertama
kurban jatuh ketanah, lebih dahulu jatuh ke tempat pahala yang disediakan oleh Allah, oleh karena itu kerjakanlah ibadah kurban dengan baik dan senang hati”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)2 Tidak semua hewan dapat digunakan dalam arti sah untuk berkurban. Hewan yang sah untuk berkurban hanya meliputi an’am, yaitu sapi, kerbau, unta, domba/kambing, dengan syarat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menyandang cacat, gila, sakit, buta, buntung, kurus, sampai tidak berdaging atau pincang. Cacat berupa kehilangan tanduk tidak menjadi masalah sepanjang tidak merusak pada daging. Dalam praktiknya berkurban dapat dilaksanakan secara pribadi/orang perorangan dan dapat pula secara berkelompok setiap tujuh orang dengan seekor sapi atau kerbau atau unta. Ketentuan ini berdasarkan dari sebuah hadits dari sahabat Jabir, “kami keluar bersama nabi untuk menjalankan ibadah haji, kemudian nabi memerintahkan kepada kami berkurban satu sapi atau satu unta untuk setiap tujuh orang dari kami”(HR. Muslim). Adapun kambing hanya mencukupi untuk qurban seorang saja. Berdasarkan perbedaan status hukumnya antara sunnah dan wajib, distribusi daging kurban sedikit berbeda. Bagi mereka yang berkurban sunnah, boleh bahkan disunnahkan untuk ikut memakan daging qurbannya. Begitu pula yang diceritakan dalam hadis bahwa rasulullah memakan hati hewan qurbannya. Adapun bagi mereka yang berkurban karena wajib, dalam hal ini, nazar, maka tidak boleh/haram memakan dagingnya. Apabila ia memakannya, maka wajib mengganti sesuatu yang telah dimakan dari kurbannya.3 Peringatan idul adha sebagai simbol kesatuan juga bagi umat islam sedunia, yang dibarengi dengan kelengkapan bakti sosial berupa penyediaan lauk pauk, yaitu daging kurban buat semua orang, terutama untuk ekonomi lemah sebagai sambutan terhadap bertemunya semua delegasi kita umat islam dan seluruh dunia di 2 Baidlowi Syamsuri, Himpunan Khutbah Jum’at (Surbaya: Apollo), hlm. 208-211. 3 Moh al Aziz Senali Saifullah, Khutbah Jum’at…, hlm. 440. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
59
tanah suci mekah, memenuhi undangan Nabi Ibrahim as untuk menjadi tamu-tamu Allah dalam rangka melaksanakan rukun Islam kelima, ibadah haji, sebagai lambang silaturrahim global dalam rangka menciptakan persatuan dan kesatuan, kerukunan dan perdamaian umat islam diseluruh dunia.4 Idul adha adalah salah satu hari raya besar Islam selain idul fitri. Idul adha menjadi waktu istimewa umat Islam karena dalam hari tersebut dilakukan dua aktivitas ritual penting, yakni haji dan kurban. Haji adalah menyengaja berkunjung ke Ka’bah (bayt Allah) di Mekah untuk melakukan ibadah kepada Allah pada waktu tertentu dengan cara tertentu secara tertib. Qurban adalah penyembelihan binatang ternak untuk disembelih, lalu dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Oleh karena itu idul adha disebut dengan idul Hajj atau idul Qurban.5 Lebaran Idul Adha ini biasanya disebut lebaran haji. Karena, memang pada saat itu orang-orang Islam umumnya menunaikan ibadah haji. Dalam menyambut idul adha di Sambas terutama di Desa Sijang sama halnya dengan menyambut lebaran idul fitri. Malam sebelum lebaran tiba, masyarakat mengadakan takbiran keliling kampung, dan meminta sumbangan kesetiap rumah untuk keperluan masjid. Dalam menyambut lebaran idul adha, sangat jauh berbeda dengan penyambutan pada lebaran pertama, yaitu lebaran idul fitri. Mengapa bisa demikian? karena kalau di bulan puasa, yaitu menjelang datangnya lebaran idul fitri, masyarakat sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk keperluan rumahnya, seperti mengecat rumah, beli kursi baru, meja baru, tempat kue baru, bahkan semuanya serba baru. Begitu juga dengan ibu-ibu, sibuk membuat kue. Sedangkan pada lebaran idul adha, mereka sudah tidak lagi membeli barang-barang seperti pada lebaran yang pertama. 73. 60
4 Ibid., hlm. 436-439. 5 Ridlwan Nasir, Mengenal Alam Suci (Yogyakarta: Kutub, 2004). Hlm. Buku Pertama
Di Desa Sijang, menurut informan,6 jauh hari sebelum pelaksanaan lebaran idul adha ini, bapak-bapak mengadakan kesepakatan untuk membuat kelompok berqurban. Tetapi sistem kesepakatan ini tidak diumumkan secara resmi, hanya saja melalui perantara dari mulut ke mulut. Siapa yang mau dan mampu, segera mendaftarkan diri ke panitia yang sudah disepakati oleh sekelompok kecil (yang mengadakan kesepakatan pertama kali). Setelah terkumpul 7 orang dalam satu kelompok. Maka kesepakatan mereka, setiap bulannya harus menyisihkan uang 150.000, per orang. Sebulan sebelum lebaran, mereka sudah memesan sapi. Mengapa harus begitu cepat? Karena, yang ditakutkan ketika memesan sapi sudah dekat hari lebaran, bisa saja tidak akan kebagian. Mereka menyebut ini dengan “sistem tabungan qurban.” Konon, perayaan idul adha menurut informan7 jauh lebih meriah daripada idul fitri. Karena perayaan Idul fitri hanya dengan 3 hari saja, sedangkan idul adha sampai 7 hari (seminggu). Sekarang justru menjadi terbalik. Perayaan idul fitri jauh lebih meriah daripada idul adha, karena pada lebaran idul fitri ini orang-orang yang bekerja di luar daerah pulang ke rumah untuk merayakan lebaran sama-sama. Di tambah lagi, masyarakat mengadakan acara di tempat-tempat wisata seperti di Pantai Tanah Hitam, Pantai Temajok, Pantai Jawai,dan Arong Parak, yaitu, dengan mengundang artis-artis dari ibu kota jakarta. Inilah yang menjadikan perayaan lebaran idul fitri semakin meriah. Sedangkan lebaran idul adha ini, jarang sekali bagi orangorang yang bekerja di luar daerah pulang untuk merayakan lebaran idul adha bersama. Lebaran idul adha ini, sedikit sekali memperingatinya di tempat-tempat wisata seperti lebaran sebelumnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang berkunjung ketempat-tempat yang sudah menjadi tempat keramaian tadi. Di Desa Sijang, mayoritas anak-anak di sana sekolah dipondok pesantren. Sehingga, pada lebaran idul adha ini, anak6 Wawancara dengan Bapak Marwan. 30/03/2015/17:05. 7 Wawancara dengan Bapak Darwadi. 01/04/2015/19:28. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
61
anak yang sekolah di pesantren tadi tidak ada yang pulang untuk merayakan idul adha bersama keluarga. Hanya orang tua saja yang pergi menjenguk dan merayakan lebaran itu bersama anaknya dipondok pesantren. Sehingga suasana dikampung itu begitu sepi, tidak lengkap seperti lebaran sebelumnya. Pada lebaran idul adha ini, selesai melaksanaan shalat Id, ada yang pergi kekuburan untuk berziarah ke makam orang tuanya, yaitu, dengan tujuan mendoakan mereka. Hanya saja, kegiatan atau pergi berziarah kekuburan ini, tidak semua dilakukan oleh masyarakat setempat, karena alasan bagi sebagian orang yang tidak ikut tadi, cukup mendoakan di rumah saja, tanpa harus pergi kekuburan. Ada juga masyarakat setempat. Setelah melaksanakan shalat, mereka mengundang jamaah shalat Id untuk makan-makan bersama. Seperti makan lontong, sop, ataupun makanan-makanan yang lain. Setelah itu, barulah pulang ke rumah masing-masing, dan bagi bapak-bapak yang akan berkurban langsung mempersiapkan diri untuk menyembelih sapi, ataupun kambing yang sudah ada. Setelah menyembelih kurban, panitia pun membagi-bagikan daging yang sudah mereka bagi tadi kepada penduduk setempat. Barulah mereka saling berkunjung ke rumah-rumah secara berbalasan, untuk mempererat tali persaudaraan di antara sesama. Kemeriahan idul adha ini hanya berkisar 3 atau 4 hari saja, karena ada sebagian masyarakat yang mengambil hari ke-7 itu sebagai hari pernikahan anaknya. Sehingga masyarakat harus saling membantu untuk mempersiapkan keperluan-keperluan yang lain. Seperti kebersamaan dalam membuat Tarub, meminjam alat-alat untuk memasak, serta meminjam piring, mangkok dan kawankawannya. Kecuali itu, perayaan lebaran di Kabupaten Sambas tidak lepas dengan yang namanya kue lapis, baik itu lebaran idul fitri maupun idul adha. Menurut informan penulis8, tradisi kue lapis ini 8 Wawancara dengan Bapak Darwadi. 01/04/2015/19:28. 62
Buku Pertama
merupakan tradisi yang turun temurun. Jikalau tidak ada kue lapis terasa tidak sah atau terasa ada yang kurang. Kue lapis ini menjadi kebiasaan yang mesti ada dalam berlebaran di Sambas: idul fitri dan idul adha. Kue lapispun senyatanya menjadi bahan obrolan buat ibu-ibu di Sambas selama lebaran. Menurut informan penulis9, membuat kue lapis itu menguji tingkat kesabaran kita, karena semakin sabar kita dalam membuatnya, maka semakin baguslah hasil lapisannya. Kalau kita tidak sabaran untuk membuatnya, dan dalam keadaan tergesagesa atau dalam keadaan marah, maka lapis tersebut bisa menjadi gosong. Begitu juga dengan hidup, banyak tahapan-tahapannya. Sedangkan menurut informan penulis yang lain10, mengenai makna kue lapis itu sendiri tidak memiliki makna apa-apa, hanya saja kue lapis ini dibuat berlapis-lapis agar terlihat bagus, dan tidak begitu lama membakarnya. Sedangkan mengenai macam-macam kue lapis yang biasanya dibuat di daerah sambas ialah, lapis belacan, lapis legit, lapis nanas, lapis kacang dan lapis susu. Ditambah lagi kue-kue yang lain seperti kue ban oto (yang berbentuk seperti ban mobil), kue agar-agar, dan kue-kue kering lainnya. Serta, nama yang diberikan oleh nenek moyang dahulu mengenai kue basah yaitu dengan istilah tambol. Beberapa nilai yang terkandung dalam tradisi menyambut idul adha pada orang Melayu Sambas: (1) Sebagai Bentuk Rasa Syukur. Sebagaimana isyarat al-Quran atas hal ini yang terdapat dalam QS Ibrahim ayat 7. Mereka menunjukan bentuk rasa syukur mereka yaitu dengan menyisihkan uang untuk berkurban; (2) Saling Memaafkan. Sebagaimana isyarat al-Quran atas hal ini yang terdapat dalam QS at-Taghabun ayat 14. Berkaitan dengan ayat tersebut, orang-orang setelah shalat Id, saling bermaaf-maafan, baik itu masih dalam kawasan mesjid, maupun ketika sudah pulang kerumah; (3) Silaturrahim. Allah telah menganjurkan kita untuk selalu memelihara silaturrahim sebagiamana maksud dari QS an 9 Wawancara dengan Abang Fendi.13/04/2015/19:20. 10 Wawancara dengan Ibu Santi.01/04/2015/20:07. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
63
Nisa’ ayat 1. Silaturrahim di sini yaitu saling berkunjung ke rumahrumah. Baik itu keluarga dekat maupun jauh. Saat berkunjungnya ke rumah-rumah inilah, kita akan merasa ikatan tali persaudaraan itu menjadi semakin kuat, yang awalnya tidak kenal, bisa menjadi kenal. Awalnya tidak dekat, bisa menjadi dekat; (4) Kebersamaan. Hal ini sejalan dengan maksud QS Al-imran ayat 103. Ayat ini berkenaan dengan “sistem tabungan qurban” masyarakat di desa sijang, yang mana kalau di desa-desa itu identik dengan melakukan sesuatu secara bersama-sama atau kelompok. Begitu juga dengan berkurban, mereka bersama-sama untuk mengumpulkan uang agar bisa berkurban pada saat lebaran idul adha; (5) Tolong Menolong atau Bergotong Royong. Hal ini sejalan dengan QS al Maidah ayat 2. Di Sambas masyarakat melayu saling tolongmenolong dalam membantu menyembelih kurban, maupun dalam mempersipkan acara pernikahan salah satu penduduk di desa tersebut. Kerjasama ataupun gotong royong seperti ini dilakukan secara bergantian. Siapa saja yang anaknya akan menikah, mereka akan mengerjakannya secara bersamaan; (6) Saling mengenal. Sebagimana bunyi pepatah: “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta,” dan terdapat juga di dalam hadits riwayat BukhariMuslim, “tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya, sebagimana ia mencintai dirinya sendiri.” Setelah adanya perkenalan barulah ia bisa mencintai saudaranya. Tidak mungkin dia saling mencintai kalau tidak saling mengenal terlebih dahulu. Dan bagi yang sudah kenal, bisa menjadi lebih dekat kalau sudah berkumpul bersama-sama. Demikian pula saat lebaran seringkali mereka yang baru berkenalan tadi, saling berkunjungan. Dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan di antara mereka.***
64
Buku Pertama
14 Torron Tanna Orang Madura Pontianak Lindawati TORON tanna (turun tanah) adalah acara atau tradisi yang dipercayai dan dikerjakan orang Madura Pontianak sejak lama secara turun temurun dari nenek moyang. Acara ini hanya dilakukan pada anak usia 7 bulan. Karena, anak yang sudah berusia 7 bulan sudah bisa menapakkan kakinya untuk berjalan. Tetapi, jika anak itu belum di toron tanna-kan berarti anak itu belum bisa berjalan ke luar rumah, kecuali anak itu sudah di toron tanna-kan. Toron tanna pada orang madura Pontianak sangat unik dan berbeda dengan adat suku lainnya. Keunikan dari toron tanna Madura Pontianak yaitu terdapat pada susunan acaranya, yaitu saat anak yang akan melakukan toron tanna tersebut dengan menijakkan kakinya di atas kue. Tijak kue pada acara ini sangatlah unik karena kaki anak itu harus menijakkan kakinya di atas kue sampai kaki anak itu tecelup (tenggelam) dalam kue tersebut. Satu-persatu kue itu ditijak anak tersebut sampai pada kue terakhir. Tapi, bukan hanya tijak kue saja dalam acara toron tanna. Setelah anak itu melakukan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
65
tijak kue, anak itu harus melakukan beberapa susunan acara lain sampai pada akhirnya, yaitu toron tanna. Toron tanna bagi orang madura Pontianak sangatlah penting. Acara ini diperuntukkan pada anak yang berusia 7 bulan saja. Artinya orang tua yang mempunyai anak harus melakukan tradisi ini. Kata Toron Tanna adalah kata dari bahasa Madura yang artinya turun tanah. Toron tanna ini hanya diperlakukan pada anak kecil yang berusia 7 bulan: anak laki-laki dan perempuan. Acara toron tanna ini masih berlaku sampai sekarang oleh orang Madura. Konon katanya acara toron tanna ini mempunyai maksud tersendiri, yaitu menurunkan bayi berusia 7 bulan ke tanah supaya anak tersebut bisa sudah menijakkan kakinya ke tanah setelah melakukan acara tersebut.
Gambar 14.1 Acara milih barang pada toron tanna Adapun susunan acara dalam pelaksanaan toron tanna, yakni: pertama, Pembacaan doa dan shalawat. Pembacaan doa dan shalawat ini adalah aktifitas spiritual yang sangat penting saat melaksanakan acara toron tanna. Tanpa diawali dengan doa akan membatalkan/tidak sahnya acara tersebut. Doa yang dipanjatkan adalah doa meminta kelancaran saat memulai acara tersebut. Doa itu juga terkandung ungkapan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada keluarga yang telah 66
Buku Pertama
diberikan kepercayaan untuk menjaga amanah Allah yang tidak ternilai harganya dibandingkan apapun. Dalam doa tersebut juga meminta kepada Allah agar anak yang ditorron tanna-kan diberi umur yang panjang, kesehatan, kelancaran rezeki, tercapainya citacita yang di inginkan serta menjadi anak yang shaleh dan shaleha. Doa dipimpin oleh kyai atau ustadz, dan atau yang terkemuka di masyarakat. Setelah pemimpin doa selesai membacakan doa terlebih dahulu, barulah orang rumah dan tamu yang hadir dalam acara tersebut mengikuti secara bersamaan dalam ritual pembacaan doa dan shalawat. Dalam iringan doa dan shalawat anak yang dimaksud dalam acara tersebut diarak atau gendong oleh kedua orang tuanya. Kedua, Tijak kue. Acara selanjutnya setelah selesai pembacaan doa dan shalawat, anak yang akan ditoron tanna-kan melakukan prosesi tijak kue. Tijak kue maksudnya kedua kaki anak tersebut diinjakkan di atas kue yang bermacam-macam jenis. Kue tersebut adalah kue khas suku Madura di antaranya adalah kue cucur, dodol, pulut putih, wajit, dan yang unik adalah kue tetelan. Kue tersebut diletakkan di atas piring di mana anak tersebut akan menijakkan kedua kakinya di atas piring yang berisi bermacam-macam jenis kue khas pada acara toron tanna masyarakat madura tersebut. Adapun maksud dan tujuan tijak kue dalam acara tersebut adalah hanya untuk mengisi rangkaian acara tersebut dan tiada maksud apa-apa. Orang Madura hanya mengikuti prosesi ini sesuai dengan apa yang turun-temurun dari nenek moyang mereka. Ketiga, Milih barang. Milih barang adalah simbol bagi anak dan masa depannya. Terutama anak ini akan dihadapkan sejumlah benda-benda sehari-hari. Benda-benda tersebut seperti al-Quran, tasbih, buku, pulpen, emas, uang, mainan (pesawat, mobil, motor, dan lain-lain). Setelah barang itu dihadapkan pada anak itu dan bila ternyata anak itu memilih buku, maka akan diyakini kelak dia akan menjadi anak yang suka menulis dan membaca buku. Dalam Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
67
artiannya anak ini akan menjadi anak yang pintar dan cerdas. Alat atau benda tersebut merupakan simbol yang menunjukan bahwa sejak usia dini tersebut, anak-anak sudah mengenal apa yang ia harus lakukan kelak. Namun demikian, pada hakikatnya melakukan tradisi ritual toron tanna ini sebagai bentuk harapan agar kelak anak bisa menjadi orang yang baik, shaleh dan shaleha. Keempat, Toron tanna. Acara inilah yang menjadi penutup pada acara tradisi toron tanna masyarakat Madura di Pontianak. Dalam ritual ini anak yang dimaksud akan langsung menijakkan kakinya langsung ke tanah digendong oleh orang tuanya baik bapak maupun ibunya. Dalam artian ini, si anak telah sah dan boleh turun ke tanah dalam jangka waktu yang pendek, dan anak tersebut tidak ada lagi pantangan untuk tidak lagi boleh turun ketanah. Kelima, Makan-makan. Acara selanjutnya yaitu makanmakan, acara makan-makan ini dilakukan setelah ritual toron tanna selesai. Maka, orang rumah mempersilahkan tamu yang hadir di acara tersebut untuk menyantap makanan yang telah disediakan orang rumah. Hal ini bertujuan mengucapkan rasa terima kasih kepada para tamu undangan yang telah hadir dalam acara toron tanna. Setelah acara makan-makan berarti telah selesai pulalah acara toron tanna ini. Dari berbagai macam susunan acara yang telah saya paparkan, kiranya terdapat beberapa jenis pemaknaan: Pertama, yaitu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, baik atas karunia anak yang telah diperolahnya maupun atas limpahan rejeki yang telah diberikan-Nya sampai anak berusia 7 bulan. Kedua, acara tradisi ini adalah sebagai penghormatan atau penghargaan atas tradisi leluhur mereka dan menghargai atas pilihan masa depan anak. Hal ini karena acara toron tanna adalah buah dari peninggalan dari nenek moyang. Ketiga, acara toron tanna ini juga diartikan sebagai tanda rasa gembira terhadap orang tua si anak, karena telah mendapatkan anak dan ingin membagi kegembiraannya dengan mengadakan acara toron tanna, berkumpul dengan anak 68
Buku Pertama
sanak saudara keluarga dan tetangga. Dapat kita rincikan bahwa acara ini begitu sangat penting khususnya untuk orang Madura. Karena, acara ini menyangkut tentang anak mereka. Berikut dipaparkan beberapa pendapat orang Madura Pontianak tentang toron tanna. Menurut Bapak Abdur Rahman yang berdomisili di Jeruju Gang Catur Warga. Bapak ini mengatakan bahwa acara ini adalah turun temurun dari nenek moyang yang sudah lama diwariskan olehnya kepada orang khas suku Madura. (wawancara di Pontianak 12 April 2015, rumah kediaman). Pendapat Bapak Abdur Rahman, sama seperti pendapat seorang ibu rumah tangga yaitu Hosimah, bahwa acara toron tanna ini temurun dari nenek moyangnya juga. Acara ini pun tidak sama sekali bertentangan dengan agama. Bahkan dalam dalam bagian acara ada pembacaan ayat-ayat suci al-Quran. (wawancara di Pontianak 12 April 2015, rumah makan Jeruju). Syamsul Arifin, mengatakan bahwa acara toron tanna ini adalah acara khas orang Madura. Meski sebenarnya acara ini juga terkadang dijumpai pada suku lain, contohnya suku Jawa dan Melayu. Hal yang berbeda adalah penyebutan pada nama acaranya saja. Pemaknaanya sama yaitu turun tanah. (wawancara di Pontianak 13 April 2015, di Pertamina (SPBU) Jeruju). Selanjutnya, Riana Rahmawati mengatakan bahwa acara toron tanna “tidak bertentangan dengan agama Islam karena acara ini masih menggunakan pembacaan doa dari ayat-ayat suci Alquran dan sholawat. Riana Rahmawati mengatakan bahwa acara ini sangatlah unik dan seru. Karena acara ini dihadiri sejumlah anak kecil yang ikut menyaksikan dalam melaksanakan acara toron tanna, dan mempuyai beberapa keunikan dari susunan acaranya. (wawancara di Pontianak 15 April 2015, Kampus IAIN Pontianak). Toron tanna hingga kini masih dapat dijumpai mengikuti tradisi orang madura Pontianak, sebab 5 faktor yaitu: pertama, toron tanna telah menjadi tradisi lokal bagi orang Madura, sebab dimaknai Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
69
sebagai sedekah dan berbagi rejeki. Kedua, adanya penghargaan atas tradisi para leluhur yang memang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Ketiga, toron tanna sebenarnya tidak berhubungan dengan masa depan anak. Sebab apa yang dipilih dari barang-barang itu hanya simbol saja. Walaupun sebagian orang mempercayai itu tetap saja hidup, mati, rejeki, dan jodoh itu sudah ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Keempat, adanya rasa syukur kepada Allah atas karunia yang diberikan-Nya kepada keluarga, serta kelancaran dalam menjalankan toron tanna. Kelima, kebersamaan dan gontong royong sanak saudara keluarga dan tetangga setempat dalam membantu acara tersebut.***
70
Buku Pertama
15 Tradisi Mandi Rias Orang Melayu Ella Hilir Kabupaten Melawi Effendi Siswanto TULISAN ini mengkaji mandi rias atau manik-manik (dalam bahasa melayu Ella Hilir), melalui hasil observasi dan wawancara pada sejumlah informan.1 Mandi rias merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan setelah acara perkawinan di Ella Hilir. Acara ini telah ada sejak jaman nenek moyang, bahkan sampai sekarang masih dikerjakan. Mandi rias dilakukan pasangan laki-laki dan perempuan yang sudah sah menjadi pasangan suami istri, perlambang bahwa pernikahan dilakukan tidak boleh main-main dan sebagai bentuk penyucian pengantin dengan harapan batinnya juga bersih. Acara ini biasanya di lakukan pasangan yang baru, yang sedang menjalankan proses menempuh hidup yang baru. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah kedua pasangan telah melalu proses pernikahan, atau setelah acara walimah. Mandi rias ini dilakukan pada pagi hari, sekitar waktu sholat dhuha. Masyarakat Ella mengasumsikan bahwa waktu-waktu 1 Ibu Anisah, Nyai’Nah, Tunot, Imran, dan M.Dawi.
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
71
tersebut mengandaikan keluarga pasangan yang baru bagaikan sinar matahari, selalu cerah, berarti pula di dalam rumah tangga selalu diberi kemudahan jika menghadapi masalah. Juga berarti keluarga yang memberi manfaat kepada makhluk seluruh alam seperti matahar. Serta dengan turunnya matahari rahmat dari Allah Swt, dengan mengharap ridha dari Sang Pencipta agar memperoleh keturunan yang bisa berguna bagi kedua orang tuanya, seperti Allah swt menciptakan matahari yang berguna bagi makhluknya. Mandi rias atau manik-manik, dikhususkan pada pasangan yang baru menempuh kehidupan baru. Jika pasangan yang sudah menikah ke dua kalinya tidak diharuskan karena pasangan tersebut sudah pasti melakukan hal yang sama sebelumnya. Setelah acara ini masyarakat makan bersama, dengan sebelumnya membaca doa selamat. Sebelum prosesi pembacaan doa selamat, kedua pasangan sudah di mandikan dengan bahan-bahan yang telah disiapkan. Sebelum acara dimulai biasanya si pemandu mandi ini tentu telah menyediakan bahan atau peralatan. Adapun alat-alat yang biasa dipakai seperti wadah yang terbuat dari tembaga. Tembaga ini selalu di simpan sipemandu, biasanya namanya Nenek Nyai, atau Nenek Me’esu. Wadah tersebut berisi air, yang sudah dibaca dengan ayat al-Quran yaitu al-fatihah, al-ikhlas, an-nas, al-falaq dan jampi-jampi, selain itu ada bahan-bahan lain seperti daun sabang, daun mali-mali, ketupat lepas dan anak ayam. Bahan-bahan inilah yang selalu disiapkan dalam tradisi ini. Masing-masing bahan atau alatnya mempunyai fungsi tersendiri. Adapun maksud dari ketupat lepas menurut “Nyai Nah” yaitu pihak keluarga harus merelakan atau melepas anaknya baik pihak laki-laki maupun perempuan, misalnya jika si istri bukan asli penduduk Ella maka orang tua harus melepaskan anaknya kepada si suami. Dalam prosesi mandi rias atau manik-manik, ada keharusan kedua pasangan memelihara anak ayam dengan kurun waktu dalam satu bulan. Jika kedua pasangan tersebut mampu memeliharanya 72
Buku Pertama
tumbuh dan berkembang dengan baik maka kedua pasangan juga demikian kehidupan rumah tangganya, jika sebaliknya anak ayam mati atau kurang berkembang dengan baik maka kehidupan kedua pasangan tidak tutup kemungkinan juga demikian atau suasana kehidupan rumah tangga bisa berantakan. Meski semuanya juga dikembalikan kepada taqdir Allah SWT.
15.1. Prosesi Mandi Rias di Masyarakat Ella Hilir Mandi rias ini adalah tradisi untuk mensucikan kedua pasangan. Kedua pasangan yang telah sah baik di mata hukum dan agama, dengan mandi rias menjadi menguatkan bukti sah hubungan mereka, sekaligus membersihkan kotoran baik yang ada di jasmani maupun rohani. Jika pasangan tersebut pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menjadi pasangan yang sah, dengan mandi menjadi sarana penyucian dan semoga Allah Swt mengampuni dosa yang pernah dilakukan kedua pasangan. Setelah mandi ini selesai maka dilakukan pembacaan doa slamatan dan tolak bala, doa ini pun di pimpin biasanya orang-orang paham tentang agama,taat, atau alim. Dengan doa di harapkan kepada Allah swt kedua pasangan dapat hidup bahagia dan jauh dari bencana rumah tangga. Dalam kacamata Islam tradisi mandi rias bukan perkara Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
73
musyrik. Melalui tradisi ini masyarakat sekitar juga bisa saling berbagi rizki, menguatkan solidaritas2, dan saling nasihat menasihati3, khususnya kepada kedua pasangan yang baru menempuh hidup baru, dan agar setiap ada masalah bisa diselesaikan dengan lapang dada, sabar, dan terpenting tidak mengambil keputusan yang salah, misalnya cepat bercerai dan sebagainya. Mandi rias atau manik-manik juga mengajarkan tentang pentingnya bersuci. Dalam Islam kita diajarkan untuk bersuci (taharah). Taharah menurut bahasa berasal dari kata thahur, artinya bersuci atau bersih.menurut istilah bersih dari hadas baik hadast besar maupun kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat dan benda-benda yang terbawa oleh badan. Taharah merupakan kunci syarat sahnya shalat yang mana mengharuskan suci dari hadas maupun najis. Sebagaimana hadits Rasulullah 2 Solidaritas atau kebersamaan tentu sangat penting dalam kehidupan. Apalagi kita sebagai makhluk Allah Swt yang secara sosial memerlukan yang lain (makhluk sosial). Dengan menumbuhkan rasa kebersamaan pasti akan memunculkan kehidupan yang tenteram, nyaman, tenang tanpa didasari dengan rasa kebencian, ketakutan dan sebagainya. Dengan tradisi ini kita langsung bisa saling kenal mengenal baik pihak keluarga atau istilah Ella Hilir bilang beisan (atau mak keluarga perempuan dan keluarga laki-laki). Dengan ini diharapkan lebih menguatkan silaturahmi kedua pihak yang sedang berbahagia, lebih-lebih terhadap masyarakat sekitar. Sebagaimana pepatah, “Tak kenal maka tak sayang.” Diharapkan dengan adanya acara ini lebih menguatkan rasa kebersamaandi kalangan masyarakat Ella Hilir. Sebagai mana dijelaskan firman Allah: “Orangorang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (QS Al Hujurat: 10) 3 Nasihat yang disampaikan orang tua pada kaum muda yang menikah umumnya seputar pentingnya menjaga pernikahan dan saling percaya antara kedua pasangan. Ingat mengigatkan sangatlah penting menurut Islam apalagi dalam masalah kebaikan, hal itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Khususnya bagi yang menempuh hidup baru, dan kurang pengalaman mengatur dan menata rumah tangga, nasihat menjadi penting. “Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR Bukhari) 74
Buku Pertama
Saw: “Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya adalah salam.” Hadits lain: “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman” (HR. Muslim). Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang suci lagi bersih” (QS al-Baqarah: 222). Manfaat bersuci: (1) untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah; (2) dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang enak dilihat oleh orang lain, dan Allah Swt juga mencintai kesucian dan kebersihan; (3) menunjukan keimanan seseorang, karena kebersihan adalah sebagian dari iman; (4) seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah terjangkit penyakit; dan (5) seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
75
16 Selamatan 1 Suro Bagi Orang Jawa Kabupaten Kayong Utara Mediterania Dwi Puspita Sari MEMPERINGATI 1 Muharram sebagai tahun baru Islam yang oleh orang Jawa Kayong Utara disebut 1 Suro, diperingati secara keislaman. Peringatan tersebut dinamakan selamatan 1 suroan. Selamatan 1 suro yang dikenal di kalangan orang jawa, kini masih terus dilaksanakan oleh orang jawa kalimantan khususnya daerah Kabupaten Kayong Utara. Selamatan ini diadakan untuk mengenang betapa lama dan jauhnya perjalanan (hijrah) Nabi Muhammad dari Mekah menuju Madinah. Selamatan 1 suro yang dikenal di kalangan orang Jawa sedikit mirip dengan cerita pada Bulan Muharram. Namun, 1 Suro mempunyai kekhasan peringatan. Seperti kita ketahui bersama, budaya Jawa identik dengan kelembutannya.Saat malam 1 Suro tiba, orang Jawa umumnya melakukan tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). 1 Suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tangal satu biasanya disebut malam 1 Suro, hal ini karena pergantian hari Jawa 76
Buku Pertama
dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam. Katimin Laksono, informan penelitian ini mengatakan, Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat Jawa masih mengikuti sistem penanggalan Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa. Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. Perayaan 1 Suro Orang orang tradisional Jawa yang tinggal di Jawa maupun bagian lain Indonesia banyak yang merayakan 1 Suro yang dipandang sebagai hari sakral. Secara tradisi turun temurun, kebanyakan orang mengharapkan “ngalap berkah” mendapatkan berkah pada hari besar yang suci ini. Pada malam 1 Suro, biasanya orang melakukan laku prihatin untuk tidak tidur semalam suntuk atau selama 24 jam.” Dalam silsilah keluarga besar penulis juga setiap malam 1 Suro selalu merayakan sama halnya dengan masyarakat kayong utara tepatnya dikecamatan seponti, desa sungai sepeti. Bukan hanya orang yang bersuku jawa namun yang bersuku melayu pun ikut-ikutan meramaikan acara pada malam itu. Orang Melayu di Kayong Utara sudah mengikuti budaya-budaya jawa. Tidak heran jika malam Suro selalu ramai.
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
77
SELAYANG PANDANG SELAMATAN 1 SURO Selamatan adalah ritual yang dilakukan persembahan kepada roh leluhur dan para sesepuh sesuai dengan ajaran Islam orang jawa. 1 Suro menjadi satu-satunya gerbang untuk memasuki tahun baru Islam menurut kalender jawa. Orang Jawa tradisional dan di kabupaten Kayong Utara contohnya lebih menghayati nuansa spiritualnya dari pada bersenang-senang tak karuan, seperti yang dilakukan masyarakat moderen kebanyakan. 1 Suro dianggap awal utama terciptanya menjadi insan yang baru dan serba baru. Insan yang baru bukan berarti menjadi manusia yang diciptakan baru lagi, tetapi menjadikan diri kita suci, bersih tanpa sedikit pun bekas dan kotor dari dosa-dosa yang telah lalu. Menundukan kepala dalam hening meminta dan sadar akan betapa kecil dan rapuhnya manusia, betapa bodohnya, dan betapa naifnya manusia. Sepatutnya kita sebagai umat Islam sadar akan semua itu dan kepada-Nya lah kita meminta dan memohon. Malam 1 suro menjadi awal dari untuk kita memanjatkan doa atas rasa syukur kita kepada Sang Khaliq dan meminta ampun atas salah dan khilaf. Katimin Laksono, informan penelitian ini menceritakan tentang sejarah peringatan 1 Suro orang Jawa, Oleh karena itu malam 1 suro selalu berjalan dengan sakral dan khusyuk demi mncapai ridha-Nya. Menyadari atas kesempatan teramat mulia yang diberikan oleh Sang Pencipta. 1 Suro dimaksudkan untuk lebih mempersatukan raja dan kawula. Pada saat itu negeri mulai terancam. Sultan Agung tidak mengadakan upacara ritual kerajaan Rajawedha, sebagai gantinya diadakan Upacara 1 Suro, yang hakikatnya menyatukan Rajawedha dengan upacara kaum petani Gramawedha yang waktunya bersamaan dengan 1 Muharam, tahun baru Umat Islam. Pergantian hari mengikuti sistim rembulan pada jam 6 sore. Secara politis tindakan ini juga bertujuan untuk memperkuat persatuan bangsa melawan 78
Buku Pertama
ancaman penjajah, dengan upaya menyatukan umat Islam Mataram dengan Banten. Kecuali itu, menurut Nurhayati, informan penelitian ini, biasanya orang jawa kayong utara dalam memperingati 1 Suro menyiapkan berbagai menu makanan yang khas, dan tetap harus ada, karena jika tidak dipercayai akan mendapatkan bala’. Menu makan nya sangatlah sederhana dan mempunyai arti yang sangat luar biasa, Seperti berikut ini: Sego Tumpeng (Nasi Segitiga Kerucut) Sego tumpeng atau biasa dikenal dengan nasi tumpeng ini tidak boleh ditinggalkan karena nasi yang berbentuk kerucut segitiga ini merupakan hal utama dan pertama yang harus ada dalam peringatan 1 Suro. Para leluhur orang Jawa mengatakan bahwa nasi tumpeng ini diberi sebutan dengan buceng yang diartikan dalam bahasa Jawa nyebuto seng kenceng atau dapat diartikan dalam bahasa indonesia yaitu “menyebutlah dengan sekuat-kuatnya”. Di sini menyebut dengan kuat bukan berarti kita harus teriak. Saat acara dimulai pada saat pembacaan doa semua orangorang yang menghadiri acara tersebut harus melafazkan doa-doa atau dzikir yang dibaca dengan keras dan benar supaya dapat didengar oleh orang-orang, terutama oleh pemuda-pemuda agar terus melestarikan budaya ini. Ingkung (Ayam Panggang Utuh) Ingkung adalah ayam panggang yang masih utuh. Biasanya ingkung tidak ada jika tidak ada sego tumpeng. Orang Jawa dalam mengartikan ingkung ada pandangan berbunyi“Beramallah kau Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
79
dengan sesuatu yang nyaman/enak seperti halnya rasa ayam panggang ini”,dapat disebut juga “berjiwalah suci dan berahlaklah mulia seperti nabi”. Sego golong (Nasi Bulat) Selanjutnya ada nasi yang berbentuk bulat yang disebut dengan nasi golong. Biasanya nasi ini haruslah berjumlah 9 buah, yang melambangkan 9 wali. Nasi golong biasanya dibagi menjadi 2 tempat. Tempatnya memakai nampan besar dan dialaskan oleh daun pisang. Pada nampan pertama nasi golong ini ada 4 bulatan. Masing-masing bulatan mempunyai arti yang tentunya sangat berkaitan erat dengan agama islam. Nasi tumpeng pertama merupakan penjelasan islam tentang adanya 4 kitab, 4 kiblat, 4 Nabi, dan 4 Malaikat. 4 kitab yang dimaksud adalah al-Quran, Injil, Taurat, dan Zabur. Sedangkan 4 kiblat yaitu: utara, selatan, timur dan barat. Kemudian 4 nabi yang dimaksud merupakan nabi-nabi yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk menerima kitab-kitabnya seperti Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi Daud dan Nabi Musa. Terakhir adalah 4 malaikat. Pada tempat berikutnya nasi gorong kedua berjumlahkan 5 buah. 5 buah nasi gorong tersebut dilambangkan dengan 5 waktu dalam sehari semalam kita diwajibkan untuk mendirikan shalat. Kulupan (Urap) Kulupan merupakan daun singkong yang diberi parutan kelapa dan dicampur dengan bumbu-bumbu khas Jawa, biasa familiar dengan sebutan urap. Urap atau kulupan tidak pernah ketinggalan dalam melengkapi menu makanan dalam peringatan 80
Buku Pertama
1 Suro orang jawa. Dalam budaya jawa kulupan mempunyai arti yang mendalam meskipun bentuknya yang sederhana dan rasanya biasa saja. Urap atau kulupan melambangkan bahwa kita harus memperbanyak sedekah. Seperti halnya banyaknya daun ubi yang tumbuh subur dipermukaan bumi ini. Jenang Abang (Dodol Merah) Jenang abang atau dapat diartikan dodol merah, disebut begitu karena berwarna merah akibat adanya campuran gula merah yang dimasukkan ke dalam adonan jenang abang tersebut. Tak kalah menarik dari makanan khas jawa lainnya yang ikut hadir dalam selamatan 1 Suroan, adalah warna yang harus berwarna merah tua dan dengan cita rasa yang begitu enak dan sedikit kenyal. Adanya jenang abang melambangkan darah dan daging atau lahir dan batin. Jenang abang putih adalah jenang yang terbuat dari beras putih. Hanya saja dimasaknya berbeda: yang berwarna putih diberi santan saja dan yang berwarna merah dimasak dengan gula Jawa. Biasanya dibuat dan dimakan pada saat syukuran alias bancakanweton atau hari kelahiran. Rasanya sangat khas sekali. Jajanan Pasar Jajanan pasar adalah jajan atau kue yang dijual di pasarpasar. Tidak semua orang pada menghadiri selamatan 1 suro ini membawa nasi, namun ada juga Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
81
yang membawa kue yang dibuat sendiri atau kue tradisional Jawa. Menurut sesepuh Jawa bahwa jajanan pasar dibawa dalam acara ini supaya ilmu-ilmu tersebut bisa menyebar luas seperti halnya jajanjajan yang banyak memasuki area pasar-pasar kita. Sego Taker (Nasi Takaran) Sego taker merupakan nasi yang sudah dimasak dan dimasukkan ke wadah yang terbuat dari daun pisang dan di setiap sisinya ditusuk dengan lidi kelapa. Daun pisang tersebut dibuat sesuai dengan bentuk yang sudah disetujui bersama. Bentuknya sangat unik dan sederhana hanya ditusuk dengan lidi dibagian ujung daun pisang. Setelah wadah selesai dibuat dan diberi isi nasi putih yang masih hangat, nasi ini pun dibawa utuk sebagai pelengkap dalam selamatan 1 suro. Setiap keluarga harus membawa sego taker ini sesuai dengan berapa banyak jumlah anggota keluarga yang dipunyainya atau berapa banyak orang yang berada atau menetap di dalam rumah tersebut. Sego taker biasa disebut dengan nasi takar. Karena pada selamatan 1 suro harus membawa nasi yang sesuai dengan takaran menurut para sesepuh jawa. Dengan membawa sego taker dalam peringatan ritual selamatan malam 1 suro ini, orangorang dapat mengetahui lebih dalam tentang silsilah keluarga. Menurut Dasiyem seorang informan penelitian ini mengatakan: Mereka yang melakukan ritual pada saat malam 1 suro atau selamatan untuk mengenang datangnya tahun baru Islam dan mungkin masih banyak lagi ritual lainnya di masing-masing daerah seperti membuat makanan-makanan khusus dengan disertai keyakinan-keyakinan tertentu yang hal itu dilakukan oleh orangorang islam sendiri yang pada dasarnya amalan-amalan itu bukan dari islam. Menurut pengamatan saya, saat observasi di lapangan, pada saat makanan-makanan di atas dibawa diperempatan jalan 82
Buku Pertama
yaitu ke tempat acara dilaksanakan, kemudian semua makanan dikumpulkan dan disimpan ditengah-tengah sebelum kemudian dibacakan doa bersama-sama. Orang yang membawa makananmakan tadi akan diganti dengan makanan yang berbeda. Sebagai contohnya, seandainya si A membawa nasi maka makanan tersebut akan diganti dengan nasi dan lauk yang berbeda sesuai dengan yang ada disitu. Setelah pembacaan doa makan pun siap untuk disantap bersama-sama. Makan merupakan puncak dari segala puncak acara di selamatan malam 1 Suro ini. Bagaimana tidak merupakan puncak? Karena, makanan-makanan tersebut mempunya arti dan sangat mendalam. Sampailah di penghujung acara, acara demi acara terselenggara dengan hikmat tanpa sedikit pun terhalang oleh rintangan. Kemudian semua orang pulang untuk menghantar ambengan (tempat yang berisikan makanan bawaan yang sudah diganti dengan makanan orang lain) ke rumahnya masing-masing. Kemudian harus kembali lagi untuk menunggu pukul 24.00 yang merupakan malam pergantian tahun. Kecuali itu, menyambut bulan Suro di Kabupaten Kayong Utara juga ada menu khas tetapi sederhana, yaitu Bubur Suran. Bubur Suran yang disajikan terdiri dari: bubur putih, kedelai hitam yang digoreng, telur ayam kampung digoreng dadar diirisiris; serundeng kelapa, rujak degan (minuman segar kelapa muda dengan gula jawa), dan janur kuning sehelai dipasang di atas pintu masuk rumah. Maksud dari menyantap bersama bubur suran itu adalah: (1) Makan bersama menunjukkan kerukunan berkeluarga, semua senang bahagia, bersyukur bisa kumpul menikmati hidangan enak meskipun sederhana. Itu semua adalah berkah Gusti Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semua hidangan adalah pemberian Ibu Pertiwi, untuk itu supaya selama hidup dibumi selalu dapat makan, kita semua wajib menjaga, memelihara bumi tempat kita tinggal; (2) bubur putih melambangkan kesucian jalan hidup yang Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
83
kita lakukan; (3) kedelai hitam yang digoreng. Ini menunjukkan sikap hidup dan watak yang mituhu, selalu setia untuk berbuat baik dan benar dengan cara mematuhi ajaran pinisepuh supaya anak cucu selalu manembah dan berada dijalan yang diberkahi dan diperkenankan Tuhan, selalu berbudi pekerti dan memegang prinsip-prinsip tata krama dan tata susila dalam pergaulan; (4) telur ayam kampung digoreng dadar dan diiris-iris. Merupakan simbol dari hidup yang berkesinambungan dan sumrambah (menyebar di mana-mana). Petunjuk baku dalam manusia menjalani hidup adalah supaya umat manusia yang sebenarnya serumpun dan bersaudara, karena berasal dari Asal Muasal yang satu dan sama, supaya adil dalam menikmati produk-produk yang diberikan oleh alam ini; (5) serundeng kelapa sebagai anjuran mengikuti filosofi kelapa. Pohon kelapa dapat tumbuh di mana-mana dengan mudah dan subur dan mampu menyesuaikan dengan keadaan setempat, demikian juga manusia. Selain itu semua bagian dari pohon kelapa amat berguna baik buahnya, serabutnya, batangnya, lidinya maupun daunnya. Ini contoh yang positif bagi manusia. Hendaknya segala perbuatan kita juga bermanfaat bagi sesama. Kita mampu berkarya, mampu menolong, memberi kepada sesama. Kita bisa memberikan hal-hal yang baik, jangan kita membuat sakit hati orang lain, karena seperti dikatakan oleh para pinisepuh bijak: “Menyakiti orang lain artinya juga menyakiti diri sendiri”; (6) rujak degan merupakan persimbol manusia wajib menjalani hidup dengan antusias, bekerja dengan baik, benar, dan giat. Itu artinya kita berterimakasih kepada Tuhan, yang memberi hidup dan menghidupi. Kita ajak semua saudara kita untuk tidak loyo menjalani kehidupan ini. Mari kita hidup rukun dalam suasana regeng (semarak, menyenangkan); (7) janur kuning yang dipasang di atas pintu rumah. Ini perlambang hidup kita yang sejati yang selalu dekat dengan Gusti Tuhan, diayomi, dilindungi Beliau siang dan malam, sepanjang waktu. Oleh karena itu kita mesti menjalani hidup ini dengan mantap, selalu dalam koridor yang ditetapkan oleh Nya. Harus selalu berbuat baik, 84
Buku Pertama
benar dan bijak dan semua itu sesuai dengan sikap kedewasaan kita masing-masing, harus dipahami dengan sadar sesadarsadarnya.Sikap seperti ini dipunyai oleh saudara-saudara kita yang telah mendapatkan pencerahan jiwa. Janur adalah Sejatinya Nur atau istilah kebatinan umum adalah Nur Sejati artinya Cahaya yang sejati. Cahaya yang sejati itulah hidup yang sebenarnya yang berada bersama dalam badan fisik dan jiwa kita. Ada yang menyebut sebagai Sukma Sejati atau Pribadi Sejati, Hidup sejati. Istilah universalnya adalah spirit. Warnanya adalah kuning bersih, kuning muda, menjadi simbol dari hidup yang cerah karena telah sadar dan menghayati hidup yang sejati. Hidup ini bukanlah hidup sendiri, untuk kepentingannya sendiri, maunya menang dan enak sendiri atau paling-paling buat keluarga terdekatnya dan konco-konconya. Hidup ini untuk seluruh manusia bahkan seluruh mahluk di jagad raya ini.Untuk itu, kita mesti menjalani dan menikmati hidup di dunia ini untuk kebersamaan dengan cara yang baik, benar dan adil. Seorang spiritualis pada waktu melakukan meditasi, pada puncak keheningan dalam kesadaran penuh, dia melihat baik dengan mata terbuka maupun tertutup dan merasakan hatinya begitu tentram, nafasnya lembut, dia berada ditengah-tengah cahaya kuning bersih lembut, artinya kepasrahannya kepada Tuhan telah diberi anugerah, bahwa hidupnya didunia diberkahi oleh Nya. Demikianlah penjelasan mengenai apa yang tersirat dalam filosofi Bubur Suran. Memang nenek moyang orang Jawa itu sukanya memberikan sanepo, semacam petunjuk atau nasihat yang harus dibuka apa arti sebenarnya. Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab menjadi penanggalan Jawa, seorang khalifah Islam di zaman setelah Nabi Muhammad wafat,14 konon 1 Di tahun ketiga ketika Umar bin Khatab RA menjabat sebagai khalifah, beliau mendapat sepucuk suratdari Abu Musa al-Asy’ari ra, yang saat itu bertugas sebagai gubernur untuk daerah Bashrah. Dalam surat itu, Abu Musa mengatakan: “telah datang kepada kami beberapa surat dari amirul mukminin, semenTradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
85
untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada zaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender hirjiyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu. Jika kita perhatikan latar belakang penetapan kalender hijriyah di zaman Umar, kita bisa menyimpulkan bahwa penetapan ini dilakukan murni terkait masalah administrasi. Artinya, tara kami tidak tahu kapan kami harus menindak lanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin”. Kemudian Umar mengumpulkan para sahabat, beliau berkata kepada mereka: Tetapkan tahun untuk masyarakat, yang bisa mereka jadikan acuan.” Ada yang usul, kita gunakan acuan tahun bangsa Romawi. Namun usulan ini dibantah, karena tahun Romawi sudah terlalu tua. Perhitungan tahun Romawi sudah dibuat sejak zaman Dzul Qornain. Setelah dilakukan diskusi yang panjang, usul kanan-usul kiri, hingga akhirnya diputuskan kalender bagi kaum muslimin, yang mana tahun pertama adalah hijrahnya Nabi Saw ke Madinah, dan bulan Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama dalam kalender hijriyah. (Mahdhu ash-Shawab, 1/316, dinukil dari Fashlul Khithab fi Sirati Ibnul Khatthab, Dr. Ali Muhammad ash-Shalabi, 1/150) Kemudian Al-Hasan Al-Bashri ra. berkata: “Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan harom (muharram) dan menutupnya juga dengan bulan harom (dzulhijjah). Tidak ada bulan yang paling mulia di sisi Alloh setelah ramadhan (selain bulan-bulan haram ini). Pada bulan muharram ini terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebatilan, di mana Allah telah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya serta menenggelamkan fir’aun dan kaumnya. Hari tersebut memiliki keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dulu, dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan asyura’. Durus ‘aamm oleh Abdul Malik Al-Qosim, hlm. 10. Allah berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”.[QS. At-Taubah: 36]. Selanjutnya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ra. menafsirkan: “Empat bulan tersebut adalah rajab, dzulqaidah, dzulhijjah, dan muharram. Dinamakan haram karena kemuliaan yang lebih dan diharamkannya peperangan pada bulan tersebut”. Tafsir Karim arRohman Fi Tafsir Al-Kalam Al-Mannan, hlm. 296. 86
Buku Pertama
keberadaan kalender hijriyah, sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah ibadah atau peribadatan apapun yang dilakukan para sahabat. Kaum muslimin di zaman NabiSAW dan Abu Bakar, bisa melakukan berbagai macam ibadah dan aktivitas keagamaan mereka, meskipun kalender hijriyah ketika itu belum ada. Sama sekali, tidak ada ketergantungan mereka terhadap kalender hijriyah. Demikian pula di zaman Umar ra, setelah beliau tetapkan kalender itu, beliau tidak mengadakan acara tertentu atau peringatan tahun baru atau shalat malam tahun baru dst. Karena itu, segala bentuk ritual ibadah, baik shalat, puasa, dzikir, doa, atau aktivitas ibadah apapun yang dikaitkan dengan tahun baru, tidak pernah dikenal di zaman NabiSAW, maupun para sahabat. Lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap malam 1 Suro (1 Muharram) disleenggarakan denganberbagai ritual sebagai bentuk introspeksi diri. Meskipun berbeda tapi hal ini positif. Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakaral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat. Ritual 1 Suro telah dikenal orang Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Saat itu orang Jawa masih mengikuti sistem penanggalan Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa. Jadilah bulan Suro sebagai awal tahun Jawa dan juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang MahaKuasa. Demikian pula yang dipercayai oleh orang Jawa di Kayong Utara, seperti telah penulis paparkan di atas.*** Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
87
17 Hantu Penanggal Dalam Kepercayaan Orang Sintang Nelly Sufianti KOTA di Sintang dulunya adalah perkampungan. Bahkan hingga menjadi kota, masih banyak kepercayaan-kepercayaan orang kampung masih bisa ditemukan, meski sintang lebih maju dari zaman dulu. Salah satunya kepercayaan orang sintang tentang hantu. Sebagian besar kepercayaan itu berasal dari kepercayaan mereka sendiri atau dari nenek moyang mereka yang turun temurun. Hantu penanggal kepala atau biasa di sebut leak/ tuju oleh masyarakat sintang masih menjadi bagian dari kepercayaan orang Sintang. Dapat dikatakan, kepercayaan mereka tentang hantu penanggal kepala tidak lain adalah merupakan pengaruh kepercayaan terhadap hantu ini secara turun-temurun. Cerita tentang hantu penanggal ini sangat menakuti ibu-ibu hamil, karena yang menjadi mangsa hantu ini adalah wanita yang selesai melahirkan. Hantu ini ingin mengambil ari-ari bayi. Hantu penanggal kepala ini masih dipercayai kuat dan di anggap masih
88
Buku Pertama
sangat berbahaya oleh orang Sintang. Pada saat ini banyak bukti-bukti yank menujukkan orang Sintang masih mempercayai keberadaan hantu penanggal.Salah satu contoh dapat dilihat dengan banyaknya kasus tentang hantu penanggal yang terjadi di Sintang. Kasus-kasus tersebut merupakan contoh nyatanya yang membuktikan orang Sintang mempercayai keberadaan hantu penanggal. Dari banyak kasus tentang hantu tersebut, berkembang cerita-cerita menyeramkan tentang hantu penanggal kepala. Memang cerita tersebut tidak sepenuhnya benar, tapi fenomena ini bukan hanya membuktikan bahwa orang Sintang memang mempercayai keberadaan hantu penanggal kepala, dan juga membuat orang Sintang semakin mempercayai kebenaraan cerita tentang hantu penanggal kepala tersebut. Dari hasil penelitan saya mengenai hantu penanggal kepala ini penulis banyak punya cerita dan penulis sendiri pun pernah melihat dengan mata kepala sendiri. Dalam fenomena ini hantu penanggal kepala sering mengkhawatirkan masyarakat karena selalu mencari wanita yang selesai melahirkan atau bintang-binatang. Hantu penanggal suka mengambil ari-ari wanita yang baru selesai melahirkan. Hantu ini juga bisa menjelma menjadi apa aja. Hantu penanggal kepala ini adalah seorang manusia biasa, karena factor keturunan maka dia menjadi hantu penanggal untuk mencari tumbal untuk memperkuat ilmu hitamnya. Hantu penanggal kepala ini biasanya muncul di malam jumat atau malam apa saja di mana dia ingin melakukan percobaan ilmunya dia akan muncul tapi biasanya dia muncul sekitar jam 10an ke atas untuk mencari tumbalnya. Jika kita melihat hantu penanggal kepala tersebut jangan kita tegur jika kita menegurnya maka kita yang akan kena tumbalnya, jadi jika pernah melihat sesuatu yang melayang seperti api itulah hantu penanggal kepala, dia terbang seperti lampu lampion bercahaya karena yang bercahaya itu adalah isi seluruh dalam organ dalam tubuhnya. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
89
Ciri-ciri orang yang penanggal kepala tersebut di lehernya itu punya garis-garis bergetang-gentang. Biasanya dia punya leher berwarna merah kemerahan karena bekas dia menangal kepala. Seorang informan penulis, menceritakan tentang tetangganya yang ia duga adalah hantu penanggal kepala. Bahkan dia pernah melihat tetangganya melepaskan kepalanya ,badannya tertelungkup dan kepalanya bisa muntar kebelakang dan ada juga menggunakan kakinya sendiri untuk melepakan kepalanya dan masih banyak cara yang lain untuk melepaskan kepalanya.
Gambar 17.1. Ilustrasi Hantu Penanggal Kepala Gambar ilustrasi hantu penanggal kepala di atas, menunjukkan jikalau hantu ini setengah manusia dan setengahnya hantu, dan kebanyakkan hantu penanggal ini berkeliaran saat malam jum’at dan dia mencari wanita yang tengah melahirkan. Dalam Islam, hantu juga adalah ciptaan Allah SWT, sebangsa makhluk ghaib. Mempercayai keberadaan hantu, jin, syaithan, sebagai sesuatu yang ghaib adalah keharusan, hanya yang tidak dibenarkan adalah mengabdi padanya. Karena manusia (termasuk umat Islam) hanya boleh mengabdi pada Allah SWT. Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).*** 90
Buku Pertama
18 Pelet Betteng Orang Madura Pontianak Nur Hamidah PELET Betteng, tradisi ini telah membudaya sejak dulu secara turun-temurun di kalangan orang Madura Pontianak. Pelet betteng berasal dari bahasa madura yang terdiri dari dua kata, yaitu pelet dan betteng. Pelet berarti pijit atau urut, sedangkan betteng berarti bengkak. Jadi pelet betteng adalah memijit atau mengurut perut wanita yang sedang bengkak (baca: hamil). Biasa disebut juga acara tujuh bulanan wanita yang hamil anak pertama. Ritual ini dilakukan oleh seorang dukun beranak. Menurut ibu Nuryama,1 biasanya upacara pelet betteng ini dilaksanakan ketika usia kehamilan mencapai 4 atau 7 bulan. Usia 4 bulan menurut ibu Nuryama dilaksanakan upacara pelet betteng karena pada usia 4 bulan ditiupkan roh ke jasad bayi oleh sang Khalik. Sedangkan usia 7 bulan dilaksanakan upacara pelet betteng karena usia 7 bulanan bayi telah sempurna bentuk tubuhnya. Pelet betteng ini dilakukan demi keselamatan bayi yang sedang dikandung. Orang madura Pontianak percaya bahwa dengan dilakukan 1 Wawancara di Pontianak, senin 16 maret 2015/19:00. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
91
pelet betteng ini dapat mencegah bahaya ketika bayinya dilahirkan kedunia. Secara historis,2 pelet betteng ini tidak ada dalam agama islam, dan diduga berasal dari agama Hindu yang disebut telonan, mitoni dan tingkepan. Dalam Kitab Hindu Upadesa halaman 6 disebutkan bahwa telonan, mitoni, dan tingkepan dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Acara ini sering juga dikenal dengan Garba Wedana (garba berarti perut, wedana berarti sedang mengandung). Tingkepan dilakukan guna memanggil semua kekuatan alam yang tidak kelihatan tapi mempunyai hubungan langsung pada kehidupan sang bayi dan juga pada panggilan kepada empat saudara yang keluar bersama saat bayi dilahirkan bersama-sama diupacarai, diberi pensucian dan suguhan agar sang bayi mendapat keselamatan dan selalu dijaga oleh unsur kekuatan alam. Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dan disiapkan pada saat upacara pelet betteng adalah: (1) kain sarung dua helai, yang nantinya akan digunakan sebagai penutup badan perempuan dan suaminya yang akan diupacarai saat dimandikan; (2) air satu bak, yang akan digunakan untuk memandikan perempuan dan suaminya yang akan diupacarai; (3) bermacam jenis bunga yang berbeda, untuk dicampurkan kedalam bak air mandi. air yang dicampur bermacam jenis bunga (air komkoman) mengandung makna kesucian dan keharuman; (4) gayung, yang nantinya akan digunakan untuk memandikan perempuan hamil dan suaminya; (5) daun lanjuang, digunakan untuk memukul perempuan hamil dan suaminya; (6) tepong taber (tepung tawar) yang diberi warna kuning, biasanya warna dari kunyit kemudian disemprot dengan minyak wangi; (7) sebutir telur ayam yang masih mentah, untuk diijak oleh si perempuan hamil; (8) satu piring ketan kuning (nasek ponar) yang sudah dimasak, yang nantinya akan dimakan oleh si 2 Berdasarkan pendapat Abi Syakirah dalam artikel yang bersitus https://abisyakirah. wordpress.com/2013/10/22/acara-tujuh-bulanan-wanita-hamilislamikah/(akses internet 17 Maret 2015). 92
Buku Pertama
perempuan hamil dan suaminya; (9) seekor ayam jantan muda, yang nantinya akan dipegang oleh suami si perempuan hamil saat dimandikan; (10) minyak kelapa, untuk memelet perempuan hamil; (11) dupah (setanggi) (12) beras 2,5 kilo gram, yang nantinya akan diberikan kepada dukon rembik; (13) kelapa sebelah diisi gula aren, ini menandakan segumpal darah; (14) pisang dua puluh biji, ini menandakan jari-jari tangan dan jari-jari kaki yang sempurna; (15) satu kelapa kecil yang telah dikupas hingga terlihat batok kelapa, ini menandakan kepala si bayi kemudian diselingi benang melingkar, menandakan rambut si bayi. Saat kehamilan telah mencapai 4 atau 7 bulan, maka pihak keluarganya akan menghubungi dukon rembik (dukun beranak) untuk memberitahukan dan memintanya menjadi pemimpin upacara pelet betteng. Selain itu pihak keluarga juga menyampaikan undangan secara lisan kepada para kerabat dan tetangga terdekat untuk menghadiri upacara pelet betteng tersebut. Sehari sebelum hari yang ditentukan, para tetangganya mendatangi rumah perempuan hamil untuk membantuya membuat kue khas madura yaitu kocor (cucur), tutul (dodol), tettel (kue yang terbuat dari ketan), becit (wajit) dan polot (ketan). Mereka sangat kompak membantu tetangganya itu. Kemudian pada hari yang ditentukan, para undangan datang untuk koncengan (kondangan/berkumpul) di rumah perempuan yang akan diupacarai dengan membawa satu sanggan beras (biasanya 1 Kg beras) yang akan diberikan kepada pihak keluarga si perempuan hamil. Sambil menunggu dimulainya upacara, para undangan disuguhkan makanan khas untuk upacara pelet betteng yaitu rocek (rujak bandung) yang terbuat dari bengkoang, nanas, mentimun dan kacang tanah, serta minuman cintul (cendol gula merah) serta disuguhkan cecen (kue khas madura) yang sudah disebutkan di atas. Tidak lupa juga para undangan dijamu dengan makanan pokok yaitu nasi. mereka pun makan secara bersamasama. Setelah acara makan bersama selesai, maka upacara pelet Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
93
betteng pun dimulai. Upacara diawali dengan pembacaan ayatayat suci Al-Qur’an yaitu surat Yusuf dan surat Maryam oleh para undangan laki-laki yang dipimpin oleh pak kyae/ustad (tokoh agama Islam). Menurut bapak Yusri,3 tujuan dibacakan surat yusuf adalah agar kelak jika bayi lahir berjenis kelamin laki-laki maka akan seperti tampannya wajah Nabi Yusuf, dan jika bayi lahir berjenis kelamin perempuan maka akan seperti cantiknya wajah Siti Maryam. Sementara mereka membaca ayat-ayat Al-Quran, prosesi pelet betteng mulai dilaksanakan di dalam pangkeng (kamar). Dukon rembik (dukun beranak) mulai memelet atau memijat bagian perut perempuan hamil tersebut dengan menggunakan minyak kelapa. Pelet ini berfungsi untuk mengatur posisi bayi di dalam perut agar bayinya tidak nyungsang (terbalik). Saat si perempuan sedang dipelet, para keluarga khususnya bagi yang perempuan bergantian mendatangi dan mengusap perutnya sambil mendoakan untuk keselamatan bayi yang dikandungnya. Setelah pembacaan ayat suci Al-Quran selesai dilaksanakan, maka pak kyai memimpin doa dan diaminkan oleh para undangan. Setelah selesai dipelet, si perempuan hamil memakai kain sarung begitu juga suaminya. Kemudian mereka duduk di teras depan rumah dengan posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan, ini menandakan bahwa seorang suami derajatnya lebih tinggi dari seorang istri. Kemudian dukon rembik memandikan mereka dengan air komkoman dan memukul-mukul sekujur tubuh perempuan hamil dan suaminya dengan daun lanjuang yang dilumuri tepong taber (tepung tawar) sambil menasehati mereka. Saat proses mandi sedang berlangsung, para tamu undangan yang menyaksikan upacara turut serta memandikan dan memukul secara bergantian sambil menasehati mereka. Setelah selesai dimandikan, si perempuan hamil diminta untuk menginjak telur mentah dengan kaki kanan. Apabila telur berhasil dipecahkan 3 wawancara pontianak, jumat 27 maret 2015/22.00 pm. 94
Buku Pertama
dalam satu kali injakan, maka bayi diperkirakan akan berjenis kelamin laki-laki. Namun apabila telur gagal dipecahkan dalam satu kali injakan, maka akan diinjak kedua kalinya dan bayi diperkirakan akan berjenis kelamin perempuan. Setelah itu, sang suami diminta untuk membelah kelapa muda. Jika kelapa tidak sama besarnya maka kepala bayi akan pespas (gepeng sebelah), namun jika sama ukurannya, kepala bayi tidak akan pespas. Setelah itu, upacara pelet betteng pun selesai dan para undangan pulang ke rumahnya masingmasing dengan membawa nasi satu sanggan dan lauk serta cecen (kue khas madura). Ada beberapa nilai positif yang terkandung dalam ritual atau upacara pelet betteng, di antaranya nilai kebersamaan, nilai sedekah, nilai syukur, nilai gotong royong, dan nilai silaturahmi. Pertama, nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan tercermin saat masyarakat makan secara bersama-sama ketika disuguhkan makanan. Kebersamaan tersebut yang membuat suasana upacara menjadi lebih meriah dengan bersenda gurau dan tawa mereka. Sehingga upacara pelet betteng ini tidak mudah terlupakan dalam jangka waktu panjang oleh masyarakat madura tersebut. Allah Swt. mengisyaratkan agar kita semua memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta melarang bercerai beraiseperti diisyaratkan dalam QS Ali-Imran ayat 103. Kedua, nilai sedekah. Nilai sedekah tercermin saat para tamu undangan disuguhkan makanan khas pelet betteng dan makanan khas madura serta makanan pokok. Mereka juga diberi satu sanggan nasi masing-masing ketika pulang ke rumahnya. Meskipun pada hari-hari biasanya mereka tidak mampu bersedekah kepada tetangganya, pada saat upacara inilah mereka dapat bersedekah kepada tetanganya yang datang pada saat upacara itu. Dalam upacara pelet betteng ini disamping bersedekah juga diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia,4 sesuai firman Allah dalam QS al-A’raf ayat 189. Ketiga, 4 Chafidh, M. Afnan & Asrori, A. Ma’ruf, Tradisi Islami Panduan Prosesi Kelahiran-Perkawinan-Kematian (Surabaya: Khalista, 2006). Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
95
nilai syukur. Nilai syukur tercermin saat masyarakat memanjatkan doa dan bersyukur atas karunia Allah yang dititipkan kepada si perempuan hamil. Selain itu, masyarakat bersama-sama berdoa dan bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa kepaada Allah. Allah juga memerintahkan umat Islam untuk selalu bersyukur, sejalan dengan firman-Nya. Pada QS al-Baqarah ayat 152. Kita sebagai umat Islam harus senantiasa ingat kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat yang dianugerahkan kepada kita semua. Keempat, nilai gotong royong. Nilai gotong royong tercermin dari masyarakat yang senantiasa membantu tetangganya tanpa mengharapkan imbalan. Mereka saling membantu dengan ikhlas dan penuh semangat demi terlaksananya upacara. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah ayat 2. Kelima, nilai silaturahmi. Nilai silaturahmi ini tercermin dari berkumpulnya masyarakat yang datang ke rumah si perempuan hamil. Mereka saling bersalam-salaman dan saling bersenda gurau bersama. Rahmat Syafe’i mengatakan bahwa “silaturahmi artinya menyambung tali persaudaraan. Silaturahmi berpengaruh terhadap rezeki yang merupakan bekal hidup di dunia untuk mengabdi kepada-Nya. Selain itu, orang yang selalu menyambungkan tali silaturahmi akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu.5 Silaturahmi ini sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Selain menyambung tali persaudaraan antar sesama muslim, silaturahmi tentunya akan membuat kita memiliki banyak teman. Menurut Syamsul Rijal Hamid (2005:310), tujuan dari silaturahmi adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian serta agar saling tolong menolong dalam kebajikan,6 dan sejalan dengan ini Allah SWT, berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 103, yang intinya bahwa sesama umat Islam dilarang saling membenci.*** 5 Rachmat Syafe‘i, 2003. Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), hlm.207. 6 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Bogor: Cahaya Salam, 2005), hlm. 310. 96
Buku Pertama
19 Adat Pernikahan Melayu Sambas Rahmawati PADA mulanya agama Islam masuk ke kabupaten Sambas17 di 1 Sekarang Kota Sambas merupakan Ibu kota kabupaten Sambas yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Sambas. Kecamatan Sambas (lebih biasa) dipanggil oleh penduduk kabupaten sebagai Kota Sambas yang juga berslogan “Kota Sambas Terigas” Sambas yang dikenal sekarang merupakan kota pusat pemerintahan Kesulatan Sambas. Masyarakat Kota Sambas didominasi oleh suku Melayu, yaitu Melayu Sambas. Bahasa yang di gunakan adalah Bahasa Melayu Smabas dengan kekhasan tersendiri, yaitu pada pengucapan huruf ’e’ seperti kata ‘le’le di dalam bahasa Indonesia. Kurang lebih bahasa melayu sambas terdengar sama sepeti dialek Betawi (Jakarta), namun terdapat beberapa kosakata yang berbeda seperti kata nyak (Btw), dalam bahasa Melayu Sambas adalah Umaak. http://id.wikipedia.org/wiki/Sambas,_Sambas (di akses 28 Maret 2015 jm 09:32). Pada awalnya daerah Kabupaten Sambas di tempati oleh suku mayoritas Melayu, Dayak, dan Cina maka dari suku itulah di beri nama “SAMBAS”. SAM berarti “tiga” sedangkan BAS berarti “suku” maka dari itulah di sembut Sambas. Sedangkan pendapat lain menyebutkan. Kata sambas terambil dari kata “As-Samsun dan Basmallah” kalimat ini di ambil Sam pada kalimat Samsun dan Bas di ambil kalimat Basmallah kalau digabung menjadi Sambas. Kalau Basmallah berarti dengan menyebut nama Allah sedangkan As-Syamsun berati Matahari yang diambil dari Al-Qur’an bermakna “Allah dan Matahari” kita tidak heran biasanya di kubah banyak Masjid Sambas bersimbol Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
97
bawa oleh pendatang dari Jazirah Arab, Makalak, Pantai Timur, Sumatera dan Kepulauan Riau tujuan mereka adalah untuk berdagang sambil menyebarkan agama Islam, sehingga dapat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat Kalimantan barat termasuk Sambas. Sehingga abad ke-19 Sambas dikenal sebagai wilayah “Serambi Mekah” di Kalimantan Barat. Pengaruh agama Islam yang besar di wilayah Kerajaan Sambas ini tidak lepas dari peran kerajaan yang mengadopsi syariat agama sebagai agama resmi kerajaan. Pemerintah Kerajaan Sambas termasuk kesultanan melayu karena unsur-unsur budaya melayu melekat kepada penguasa dan penduduk, karena itu kesultanan milik “Dunia Melayu” dalam pengertian kebudayaan Kesultanan Sambas yang didirikan oleh pendatang dari luar daerah yang mana pemegang kekuasaan merupakan campuran berbagai kelompok yakni para pendatang dari Semenanjung Melayu dan Sumatera. Mulanya sebagai pedagang, kelompok ini berhasil mendirikan pusat kekuasaan pada tempat yang strategis di daerah delta sungai. Meskipun tanggal yang tepat mengenai berdirinya kesultanan ini tidak di ketahui, kesultanan ini sudah di kenal sejak abad ke-14 dari orang yang berbicara Melayu mulai datang ke wilayah ini. Dari tradisi lisan yang masih hidup di Sambas, pendiri kerajaan Sambas adalah Ratu Sepudak seorang bangsawan Majapahit. Sebelum kedatangan orang Majapahit di Sambas, konon pada waktu itu sudah berdiri suatu kerajaan di Paloh yang di perintah oleh seorang ratu (raja) bernama Raden Janur. Pada suatu malam, terjadi peristiwa besar di paloh yakni jatuhnya benda dari langit menyerupai meteor sebesar buah kelapa yang bersinar sangat terang. Benda itu dikenal dengan nama Mustika Bintang. Peristiwa dahsyat tersebut tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara termasuk Majapahit sehingga penguasa Majapahit kalimat Allah, sedangkan matahari adalah simbol cahaya yang menerangi dunia sebagai sumber cahaya kebenaran dalam Islam. (Dari berbagai sumber dan informan) 98
Buku Pertama
pertama kali mendarat di Pangkalan Jawai (sekarang bernama Jawai), kemudian terus mencari Mustika Bintang tersebut. Namun Raden Janur yang menguasai Mustika Bintang tidak bersedia menyerahkannya, ia melarikan diri dan menghilang bersama Mustika Bintang. Konon kabarnya Raden Janur berubah menjadi “urang kibanaran” di Paloh. Sementara para perajurit Majapahit ini kemudian hidup berbaur dengan penduduk setempat dan membangun kerajaan baru yang kuat. Anak keturunan orang Majapahit inilah yang diyakini menurunkan para raja atau sultan penguasa Kerajaan Sambas. Salah seorang penguasa Sambas pada masa lalu yakini Ratu Sepudak memindahkan ibukota Kerajaan Sambas dari Paloh ke Kota Lama. Ketika kerajaan sudah diperintah oleh raja yang beragama Islam, ibu kotanya di pindahkan di simpang tiga Muara Ulakan, atau tempat Istana Sambas saat ini berdiri. Dari kerajaan inilah nantinya akan lahir tradisi kebudayaan yang merupakan kekayaan khasanah melayu Samba salah satunya adalah tradisi pernikahan sambas yang merupakan topik bahasan dalam penulisan ini.28 Informan yang mencukupi data penulisan ini adalah Hadilah (54), dan Makmur (40) asal Sambas. Dalam upacara adat pernikahan orang Melayu Sambas, untuk sampai kepuncak kebahagiaan kedua mempelai ada tahap yang harus mereka lalui yaitu sebelum, akan resepsi, saat resepsi dan sesudah resepsi dilakukan. Pernikahan ini mengikuti tradisi terdahulu, mengadopsi dari syariat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan (humanis) yang dinilai baik oleh masyaratak setempat. Adapun tahap sebelum pernikahan yaitu: pertama, masa perkenalan. Masa perkenalan pria pejaka dan wanita (gadis) sudah dewasa yang saling punya perasaan untuk saling memiliki (cinta) dengan proses waktu yang lama (bulan /tahunan) mereka selalu rindu ingin selalu bertemu setiap hari dari masa proses perkenalan mereka yang begitu lama adalah salah satu cara seseorang gadis untuk mengetahui dan menguji kesetiaan pacarnya kepada dirinya, 2 Bambang Hendra Sutra Purwana, Komflik Antarkomunitas Etnis Di Sambas (Pontianak: Romeo Grafika, 2003), hlm. 23. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat
99
apakah cintanya nafsu sesaat yang penuh kebohongan karena peria biasanya ketia kekasihnya cantik dan menarik dia sayang dan cinta tapi setelah menikahi dalam waktu setahun atau lebih merasa istrinya tidak cantik dan menarik seperti dulu rasa cinta dan kasih sayangnya mulai pudar dan mulai melirik wanita lain maka untuk menghindari penyesalan dikemudian hari dari piah perempuan yang masih gadist saat berpacaran kenalilah pasangan anda sebelum dia hendak melamar anda, apakah cintanya palsu atau asli bila perlu saat dia hendak melamarmu berjanjilah dulu untuk selalu setia. Apabila masa perkenalan dalam berpacaran kedua insan terasa mempunyai keserasian sehingga pada saat sang pujaan pejaka menawarkan cintanya untuk tunangan maka sang kekasih (wanita) membukakan pintu hatinya untuk menerima cintanya merekapun siap puntuk bertunangan. Kedua, masa pertunangan. Saat wanita (gadis) menerima cinta pujaannya (Jejaka) maka pria memberikan tanda cinta kepada kekasihnya sebagi tanda ikatan berupa cincin, gelang, kalung, dan anting. Maka tanda ikatan itu adalah masa tunangan yang mana sudah 80% mereka hampir berstatus suami istri karena rentangan waktu tunangan sampai kepernikahan biasanya penentapan waktu pernikahan singat (3,5 bulan atau lebih) masa tunangan adalah masa menunggu untuk rencana pernikahan maka saat tunangan pihak perempuan atau laki-laki jangan banyak lagi keluar atau mencari idaman lain karena sudah ada yang mengikatnya. Ketiga, ke KUA (Kantor Urusan Agama). Apabila kedua insan siap untuk berumah tangga maka calon pengantin laki-laki dan perempuan bersama-sama pergi ke kantor agama, untuk siap di nikahkan secara agama serta untuk mendapatkan surat nikah sah secara agama dan otomatis akan tercatat ke kantor sipil. Karena bagi masyarakat yang mau menikah, harus sepengetahuan RT maka RW akan membuatkan surat tebusan kelurah sampai ke kantor catatan sipil. Saat calon pengantin laki-laki dan perempuan mesti di damping wali saksi saat berada di KUA, untuk dinikahkan 100 Buku Pertama
oleh pak penghulu dengan disaksikan oleh wali pengantin laki-laki dan perempuan setelah itu ijab kabul saat pernikahan dan disertai jabat tangan dan ucapan pernikahan, setelah itu disepakati dengan para saksi yang hadir di situ apakah sah atau tidak ijab kabulnya. Jikalau sah maka semua saksi menyebutkannya sah dengan suara yang tegas. Setelah itu barulah penghulu membaca doa sebagai sahnya pernikahan. Selanjutnya tahap akan memasuki resepsi pernikahan. Pertama, Cikram. Cikram merupakan antaran laki-laki ke mempelai calon pengantin perempuan melalui perantara wali pihak pengantin laki-laki dengan mendatangi rumah calon pengantin perempuan secara beramai-ramai di sertai bawaan barang-barang antaran. Adapun jenis antarannya adalah: buah pinang beserta daun sirih, kapur, gambir, tembakau. Buah pinang adalah lambang untuk lakilaki karenanya berbentuk keras sedangkan sirih adalah lambang untuk perempuan. Buah pinang dan sirih adalah lambang laki-laki dan perempuan yang bersatu dan tidak dapat di pisahkan. Artinya bahwa seorang itu tidak mungkin makan sirih tanpa buah pinang.
Gambar 19.1. Acara Penyerahan Semua itu adalah tanda ikatan dan keharmonisan dalam membina rumah tangga di sertai antaran yang lain yaitu seperangkat perlengkapan alat tiduran; seperangkat perlengkapan pakaian wanita untuk sang istri (barang-barang kelontong seperti handuk Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 101
mandi, sabun mandi, sikat gigi, celana dalam, BH, alat mek up, sandal dll); seperangkat alat shalat, seperangkat perhiasan berupa cincin, gelang,kalung dan anting; sejumlah uang hangus atau uang bantuan serba guna untuk pesta perkawinan; serta membawa makanan atau kue untuk di makan bersama. Acara penyerahan tersebut biasanya di pimpin oleh pak imam (pak lebay) pemandu acara secara tertib sebelum acara usai maka di adakan baca do’a selamatan dan di lanjutkan dengan istirahat sejenak makan kue bersama, maka pihak laki-laki dan rombongannya segera untuk pamit. Biasanya menurut adat istiadat, dalam kedatangan wali dari pihak laki-laki itu, ada barang-barang yang perlu dibawa antara lain: sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau dalam satu caper atau talam, sedangkan sehelai sarung, selendang, sabun dan bedak sebagai bahan pengirim, dan bahan-bahan tersebut diberikan kepada pihak orang tua perempuan. Barang-barang tersebut belum di serahkan dan terlebih dahulu di mulai dengan acara pelamaran. Dalam acara pelamaran ini, biasanya maksud kedatangan pihak laki-laki ini dikiaskan dengan pantun dan sajak setelah itu pihak laki-laki menyerahkan barang bawaan berupa sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau merupakan pertanda bahwa telah ada persetujuan mengenai ikatan insane tersebut. Kedua, Hidbah (Melamar). Hidbah sama halnya dengan meminang. Istilah “meminang” digunakan karena buah pinang meruapakan bahan utama yang di bawa saat acara meminang beserta daun sirih dan bahan lainnya. Adapun barang yang di antar yaitu: (a) Seceper sirih dan pinang (maknanya melambangkan kasih sayang utuh dan tidak boleh di pisahkan satu sama lain, ibarat air daengan ikan). Daun sirih dilipat dua, dan di cari sirih yang bertemu urat. Buah pinang di ukir dengan rapi, ada pinang yang muda ada juga yang tua berwarna kuning kemerahan. Buah pinang yang sudah tua akan di belah dua dipasang tertelungkup, yang bermakna bahwa itu adalah pinang laki-laki. (b) Seceper bunga yang berwarna 102 Buku Pertama
warni (maknanya melambangkan keharmonisan dan rumah tangga antara suami dan istri keharmonisan antara seluruh keluarga kedua belah pihak hidup rukun damai, aman dan tentram). Bermacam ragam bunga-bungaan, daun pandan wangi diiris halus. Kemudian di tutup dengan saputangan rendah. (c) Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kue/ makanan (maknanya kedua calon mempelai nantinya harus mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, modal tersebut adalah modal agama, budi pekerti dan semangat yang sangat teguh untuk masa depan yang cemerlang dan barokah). Ketiga, Bepallam. Kata “Bepallam“ mempunyai kata basic “Pallam” yang berarti berdiam diri dalam rumah untuk bebrapa hari sampai hari pernikahan tiba. Adapun inti dari “Bepallam” tersebut di kaitkan dengan hal-hal yang magis, umpamanya supaya nanti pernikahan itu abadi namun dengan cara ilmiah “Bepallam” suatu kebiasaan yang mempunyai tujuan supaya kulit sang calon pengantin jadi bersih, mulus serta tak terkena matahari serta satu di antaranya supaya kulit calon pengantin itu mulus yaitu dengan ber “kasai” atau luluran. Sesudah be “pallam” umumnya calon pengantin akan melakukan “Betangas”. Bepallam ini adalah adat kebiasaan istiadat yang di kerjakan oleh orang-orang melayu sambas. Biasanya ada yang menolong calon pengantin untuk melakukan luluran. Orang yang di tentukan yaitu kerabat atau sahabat yang juga ditentukan untuk “pengasuh” atau pagar ayu nya calon pengantin waktu acara pernikahan kelak. Keempat, Betangas. Sesudah melakukan “bepallam” maka calon pengantin bakal melakukan ritual selanjutnya yaitu “betangas”, kebiasaan ini di kerjakan di hari ketiga “bepallam”. “Betangas” yaitu kebiasaan membersihkan badan dengan air hangat yang di barengi dengan aroma. Air itu di rebus berbarengan daun serai yang lalu air itu digabungkan dengan air dingin baru semua disirami ke semua badan. Saat bersihkan badan dengan air hangat yang dibarengi dau serai itu, dau tersebut digosokan ke sisi tangan atau kulit badan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 103
supaya kotoran yang melekat hilang dari badan. Sesudah usai menyiram air hangat ke semua badan maka calon pengantin itu di suruh untuk berjongkok yang lalu ditutup dengan tikar yang dibentuk jadi gulung yang lalu atas tikar itu ditutup memakai kain fungsinya yaitu supaya kulit itu menguapkan bau badan yang kurang enak hingga badan sang calon pengantin menjadi harum. Adapun kebiasaan istiadat ini khasiatnya nyaris sama dengan bepallam yakni untuk melindungi kulit sang calon pengantin supaya tak tampak kusam, menaikan aura supaya hingga hari persandingan kulit serta muka calon pengantin ini tampak berseri. Barangkali di zaman moderen ini terlebih untuk orang-orang di kota-kota besar lebih menentukan perawatan untuk ke salon. Kelima, Berinai. Berinai adalah pewarna 10 jari tangan pengantin laki dan perempuan yang berwarna kemerah-merahan serta sistem pembubuhan inai itu dikerjakan dengan cara tradisional. Sebelum daun inai dikenakan di jari, ia yaitu berbentuk daun di jemur hingga kering atau tetap fresh. Umumnya daun inai yang telah dikering memiliki mutu berwarna merah semakin bagus dari pada daun inai yang tetap fresh. Daun inai itu digiling atau ditumbuk untuk memperoleh getahnya. Jika daun inai telah halus baru di bubuhkan ke jari dengan di ikat memakai kain atau kantong plastik yang di sobek sesuai sama ukuran jari. Untuk hasil yang memuaskan, inai itu dilewatkan sepanjang sehari supaya warnanya lebih merah.
Gambar 19.2. Berinai 104 Buku Pertama
Keenam, antar pakatan. Antar pakatan datang dari kata antar, yang berarti “membawa atau menghantarkan”, dan pakatan itu berati: “setuju, sepakat atau mufakat”. Antar Pakatan yaitu satu kebiasaan istiadat di mana seseorang atau suatu keluarga yang di undang kerumah yang empunya acara mesti membawa beras, duit serta seekor ayam. Tamu yang di undang itu membawa beras seputar satu kilo yang di input kedalam baskom atau dalam ember kecil yang ada penutupnya. Lalu saat bakal bersalaman dengan yang empunya acara, beras itu di berikan pada yang empunya acara. Waktu salaman umumnya duit sejumlah dua ribu atau lebih di berikan waktu tangan bersalaman. Beras dan duit itu umumnya di bawa tamu saat menghadiri acara-acara yang bertaraf kecil berarti acaranya tak telampau meriyah seperti acara sya’banan atau syukuran. Sunatan umumnya tak hanya beras serta duit, beberapa tamu itu membawa seekor ayam. Inilah yang di sebut sebagai antar pakatan.
Gambar 19.3. Antar Pakatan Umumnya yang membawa pakatan itu yaitu tamu yang diundang atau diminta ada pada sang empunya acara itu. Untuk misalnya si A bakal mengadakan acara pernikahan anaknya, maka ia mengudang atau mengajak si B untuk besok atau sekian hari yang akan tiba untuk menghadiri acara pernikahan anaknya, ia mengundang si B beserta keluarganya yang ada di rumah itu, maka si B yang bakal menghadiri acara pernikahan anak si A, mesti Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 105
membawa satu ekor ayam yang tetap hidup beserta beras, tersebut yang namanya antar pakatan. Bila si A mengajak atau mengundang si C pada hari besar atau hari paling akhir pesta pernikahan serta si C hanya di undang sendirian saja atau pihak laki-laki dari keluarga si C(suami atau ketua keluarga) maka si C yang ada ke pesta pernikahan si A tak membawa apa-apa seperti layaknya si B. Ketujuh, walimah. Walimah artinya meramaikan atau meriahkan dengan mengundang sanak saudara yang dekat maupun yang jauh. Acara walimah, itu umumnya sepanjang tiga hari, yakini hari buat bumbu, hari motong, serta paling akhir hari pupus. Nah untuk antar pakatan sendiri di kerjakan pada hari ke-2 yakni yang dimaksud “hari motong” lantaran pada waktu tersebut berlangsung penyembelihan ayam hasil antar pakatan yang bakal dipakai untuk menjamu beberapa tamu pada hari ketiga. Kebiasaan istiadat antar pakatan ini telah berlangsung lama serta hingga saat ini tetap serta terus tumbuh dan berlaku terus-terusan di Kabupaten Sambas.
Gambar 19.4. Walimahan Dalam pernikahan sambas juga tak lepas dari makan “Besaprah” walaupun tidak ada referensi yang tidak ada menyebutkan secara pasti sejak kapan tradisi saprah dimulai, namun banyak pihak yang mengaitkan tradisi ini dengan ajaran Islam sebagai agama yang dianut masyarakat melayu samabas. Karena itu makna yang dapat di ungkapkan dari makan ber-Saprah tidak lepas dari ajaran agama Islam, seperti jenis makanan dalam setiap kelompok 106 Buku Pertama
harus berjumlah 5 (lima) yang melambangkan jumlah rukun islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu saprah harus berjmlah 6 (enam) orang yang melambangkan jumlah rukun iman dalam agama islam. Demikian pula dengan jumlah pengantar makanan yang juga harus berjumlah 6 (enam) orang.
Gambar 19.5. Besaprah Berikutnya resepsi pernikahan, yang mencakup acara pulang memulangkan. Proses hari H adalah hari besar meriahkan pernikahan yang di sertai dengan musik yang di arak dengan jalan kaki menuju rumah si mempelai perempuan atau boleh juga simempelai laki-laki dan perempuan di tempat kan yang sama berjalan kaki menuju rumah mempelai perempuan yang diiringi dengan irama musik. Maka di saat itulah dari banyak peserta yang menghadiri undangan menyaksikan bahwa si mempelai perempuan suaminya bisa di ketahui begitu juga si mempelai laki-laki bisa di ketahui mempelainya perempuan sehingga orang yang menyaksikan tersebut tidak menggangunya lagi karena sudah mempunyai pasangan yang syah. Setelah disaksikan oleh banyak undangan barulah di lakukan serah terima dari pihak laki-laki dan perempuan yang mewakili adapun ijab serah terima adalah dengan ijab “Aku serahkan anakku yang bernama pulan kepada istrinya yang bernama pulani bin…” kemudian jawaban dari pihak perempuan yang mewakili qabul “Kami terima saudara pulan sebagai suami anak kami yang bernama pulani” begitu Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 107
juga sebaliknya dari pihak istri. Setelah selesai acara serah terima atau pulang memulangkan, biasanya dari toko agama memberikan tausiah (ceramah agama) guna rumah tangga yang terbina jangan sampai bubar di tengah jalan. Keinginan dari penceramah adalah hendaklah pihak laki-laki dan perempuan senantiasa menjaga keharmonisan dalam mengarungi mahligai keluarga yang mengharap berkah dari yang maha kuasa, keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. yaitu keluarga yang bersatu penuh ketenangan yang penuh rahmat. Proses yang dilakukan sesudah pernikahan yaitu: pertama, balik tikar. Pengantin laki-laki datang untuk membawa istrinya ke rumah orang tua laki-laki yang disebut dengan adat singgahan. Biasanya, dua hari dua malam berada di rumah orang tua laki-laki dan berkunjung kerumah keluarga terdekat pengantin baru pulang kerumah orang tua perempuan. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam acara pernikahan melayu Sambas yaitu: pertama, nilai-nilai spiritual, artinya semua ketentuan-ketentuan akad nikah itu menurut ketentuan dalam Al-Quran. Maka nilai spiritual pernikahan orang melayu Sambas merupakan salah satu ketentuang yang harus diikuti atau ditaati yang mana kala ketentuan ini kalau ditaati maka imbalannya ibadah kalau tidak ditaati maka imbalannya adalah dosa ini apabila yang terlibat di dalamnya muslim beragama islam maka sepantasnya nilai spiritual menjadi standar ukuran. Kedua, nilai-nilai tradisional, yaitu nilai tradisi dari masyarakat yang standar ukurannya adalah nilai-nilai humanis atau kemanusiaan yang baik menurut hati masyarakat setempat yang merupakan penjabaran dari nilainilai spiritual cuma bedanya kalau nilai spiritual tertuang dalam al-Quran. Sedangkan nilai tradisional tidak tertuang dalam AlQuran cuma berdasarkan kemaslahatan masyarakat tersebut yang mana kepercayaan turun temurun yang di anggap baik dan tidak menyalali aturan agama. Ketiga, nilai-nilai sosial, di mana dalam acara mulai dari antar cikram, antar pinang, ke KUA (ke penghulu) 108 Buku Pertama
sampai hari besar perkawinan semua itu melibatkan sanak keluarga dan masyarakat sekitar dari banyak orang tersebut mereka akan membantu untuk pelaksanaan pernikahan berjalan dengan lacar mulai dari perlengkapan sarana dan prasarna (peralatan alat dapur) serta tenaga-tenaga yang membantu mengurus sesuatu yang berkaitan dengan resepsi pernikahan seperti bagian pelayan menyambut tamu, bagian perayaan yang menyiapkan konsumsi, bagian pelayanan yang menyajikan konsumsi (peresmanan) bagian sembako dll. Nilai-nilai sosial yang melibatkan orang banyak itu ada unsur tolong menolong, saling menghargai, kunjung mengunjungi, yang merupakan tradisi terdahulu yang mulai sedikit demi sedikit tergusur. Kecuali itu juga dijumpai tradisi positif menjelang, saat dan sesudah acara pernikahan, seperti: pertama, bermusyawarah. Dalam melaksanakan pernikahan, musyawarah sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi antara pendapat yang satu dengan yang lain supaya apa yang direncanakan terlaksana dengan baik. Agamapun menyuruh kita untuk bermusyawarah dalam segala hal seperti dalam QS al-Imran ayat 159. Kedua, kebersamaan. Pastinya para tetangga dan sanak keluarga di undang untuk menghadiri dan memeriahkan pesta pernikahan di situlah kita menjaga kehidupan bertetangga. Oleh karena itu, Allah SWT dan Rasul-Nya menganjurkan agar berbuat baik kepada tetangga. Hal ini sejalan dengan maksud firman Allah dalam QS. An-Nisaa’ ayat 36. Ketiga, saling tolong-menolong. Setiap muslim ataupun keluarga muslim hendaknya mampu menjaga hubungan baik dan harmonis dengan para tetangganya. Hal ini sejalan dengan maksud firman Allah SWT dalam QS. Al-Ma‘idah ayat 2. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan untuk tetap menjalin rasa saling mengasihi dan menjaga silaturahim dengan tetangga yang ada di kanan maupun kiri kita. Rasulullah bersabda: “Tidak sempurnalah iman seseorang, sebelum dia mengasihi saudaranya atau dikatakan sebelum dia mengasihi tetangganya sebagaimana dia mengasihi diri mereka sendiri”. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 109
(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang ingin di luaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung tali silaturahmi”. (HR. Bukhari dan Muslim)***
110 Buku Pertama
20 Tradisi Beri Makan Kampong Orang Bugis Punggur Kecil Ramia KALIMANTAN Barat adalah salah satu Provinsi yang masyarakatnya memiliki beragam tradisi. Seperti di Desa Punggur Kecil, di desa ini mentradisikan tradisi beri makan kampung. Beri makan kampung di adakan 1 tahun atau 2 tahun sekali. Tradisi beri makan kampung ini ialah suatu kegiatan yang melibatkan masyarakat setidak-tidaknya berjumlah 50 orang. Beri makan kampung diyakini dapat menghindarkan bala’. Sudah menjadi hal yang umum di kalangan orang-orang Desa Punggur Kecil, bahwa tradisi ini memiliki nilai-nilai yang positif bagi mereka, sehingga tradisi ini dipercaya dapat menjadikan kehidupan mereka menjadi rukun, damai, sejahtera dan tentunya menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Tradisi yang dilakukan oleh orang-orang setempat, yaitu beri makan kampung memang benar-benar layak untuk diadakan, karena berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan, bahwa tradisi ini berdampak positif,
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 111
jika ditinjau dari aspek agama atau syariat Islam. Ketika tradisi ini dilaksanakan, maka masyarakat di sana telah melakukan suatu kebaikan yang membawa rahmat bagi kampung mereka, karena di dalam upacara tersebut diisi dengan lantunan do’a-do’a yang ada di dalam Al-Quran. Seperti telah dijelaskan, beri makan kampung adalah suatu adat istiadat yang ada di Desa Punggur Kecil. Beri makan kampong ini biasa diadakan 1 tahun atau 2 tahun sekali. Pada acara tersebut setiap warga masyarakat membawa makanan seperti ketupat, ayam rendang, patlau dan lain sebagainya. Patlau sendiri adalah sebagai makanan utamanya, karena patlau itu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Maknanya ialah, patlau dibuat dari beras ketan atau pulut yang apabila dimasak dalam wadah daun pisang atau daun kelapa, maka hasilnya beras pulut itu akan menjadi nasi yang memadat dalam sebuah wadah dan melekat antara satu sama lainnya dan sulit untuk dipisahkan, jika dikaitkan dengan kehidupan masyarakat, maka patlau itu artinya sebuah kampung yang masyarakatnya saling bersatu, kompak dan sulit untuk dipisahkan, seperti yang dikatakan pepatah, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Setelah orang-orang siap untuk pergi, merekapun berkumpul pada tempat-tempat tertentu, seperti di tepi-tepi jalan dan dijembatan, kemudian seorang kepala kampung memulai acara tersebut dengan bertawasul, doa tolak bala’ dan doa selamat. Ketika seorang kepala kampung selesai bertawasul dan membaca doa, warga kampungpun mengumpulkan makanannya di tengahtengah masyarakat untuk dimakan bersama-sama. Setelah semuanya selesai, warga kampungpun pulang ke rumahnya masing-masing dan mempunyai keyakinan bahwa kampung tersebut akan aman dari marabahaya dan petaka, seperti kesurupan, kecelakaan dan lain sebagainya. Di dalam Islam memang tidak dikenal tradisi beri makan kampung, namun di dalam tradisi tersebut banyak mengandung 112 Buku Pertama
nilai-nilai Islam, seperti makan-makan bersama dan berdoa. Islam telah mengajarkan penganutnya untuk saling memberi dan berbagi sesuatu terhadap orang lain. Di dalam tradisi beri makan kampung itu ada acara makan-makan bersama, dan berfungsi sebagai pemerataan dan kebersamaan, walaupun ada di antara orang-orang yang tidak membawa makanan, mereka akan tetap bisa makan bersama-sama, sedangkan bertawasul dan membaca doa itu juga termasuk pekerjaan yang baik dan dianjurkan oleh agama Islam. Adapun fungsi dan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi ini ialah: pertama, agar terhindar dari marabahaya dengan berdoa, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 186 dan QS al-Mu’min ayat 6. Melalui dua firman Allah ini dapat kita simpulkan bahwasanya kita diperkenankan oleh Allah SWT untuk berdoa, meminta bahkan memohon pertolongan apapun kepada-Nya, termasuk meminta untuk dihindarkan dari segala mara bahaya, agar kita merasa tenang dan tentram di dunia. Kedua, kebersamaan, artinya ialah suatu kesamarataan antara satu dengan yang lainnya, tetap bersatu dalam ikatan persaudaraan antara sesama Islam, saling tolong menolong dalam kebaikan. Di saat ada saudara yang kesusahan, kita senantiasa menolongnya, agar hubungan kebersamaan antara sesama muslim tetap kokoh dan terjalin kembali. Mengenai kebersamaan ini, Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103. Ketiga, Silaturahmi. Di dalam beri makan kampung sebagian masyarakat berkumpul di dalam sebuah rumah, dan pada saat itu pula masyarakat dapat berbincang-bincang dan bermusyawarah untuk sering dan lain sebagainya sebelum acara dimulai. Dalam hal ini Allah SWT dan Rasul-Nya telah memerintahkan kepada kita untuk bersilaturahmi sebagaimana firmannya dalam surat An-Nisa ayat 1, dan sebuah hadits: Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan diperpanjang umurnya (kebaikannya) maka bersilaturahmilah.” (HR.Al-Bukhari)***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 113
21 Tradisi Ngamping Orang Melayu Sambas Desa Sebayan Ria Apriyana SETIAP daerah atau suku bangsa, pasti mempunyai beragam adat istiadat, budaya ataupun tradisi yang berbeda dengan suku-suku dan daerah lain, yang tentunya unik dan sangat menarik untuk diketahui. Salah satu dari keanekaragaman tersebut adalah tradisi ngamping pada orang Melayu Sambas. Pengaruh Islam melekat pada seni dan budaya lokal. Seni dan budaya di Sambas juga tak bisa dipisahkan dengan religi. Semua mengandung unsur keislaman. Begitulah budaya khas Sambas, tak terpisahkan dengan nafas keislaman. Tradisi ngamping yang berlaku di daerah Sambas ini merupakan salah satu dari berbagai macam kekayaan khazanah kebudayaan. Masing-masing masyarakat, sudah pasti mempunyai suatu kearifan untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya. Tulisan sederhana ini dibuat dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat luas pada salah satu tradisi yang berlaku dalam masyarakat suku Melayu Sambas. Seperti juga yang terjadi di daerah-daerah lain, tradisi 114 Buku Pertama
ngamping saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat. Kemajuan teknologi dan kebebasan berfikir, mungkin yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, dalam rangka upaya untuk melestarikan tradisi, yang dipandang banyak orang sudah ketinggalan zaman ini, maka perlu kiranya dilakukan sebuah upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satu upaya kecil dari sebuah cita-cita yang besar itu adalah dengan cara merekam atau menuliskannya. Sehingga masyarakat khususnya pemilik tradisi tersebut, dalam hal ini orang Melayu Sambas, tak lantas benar-benar lupa, akan kekayaan budaya atau tradisi lokal yang dimiliki. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peranan tradisi ngamping dalam proses pengenalan nilai-nilai Islam. Dalam tulisan ini penulis mencoba mengenalkan tentang kearifan lokal atau tradisi/kebudayaan di kampung halaman penulis dengan mendeskripisikan mengenai tradisi ngamping yang berlaku pada masyarakat Melayu Sambas. Data tersebut penulis kumpulkan di desa kelahiran ibu penulis yakni Desa Sebayan yang terletak di wilayah Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Informan penelitian ini antara lain: Saniah (60), Hajidah (67), Mahdur (63). KOTA SAMBAS DAN DESA SEBAYAN Asal mula penamaan Sambas terdapat dua versi. Versi pertama, dikutip dari JU. Lontaan dalam bukunya, Sejarah, Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat menulis bahwa nama Sambas tercipta karena suatu peristiwa perang di zaman dahulu kala, yakni kemungkinan besar perang sewaktu kerajaan Inggris menyerang di tahun 1812. Saat itu secara spontan ketiga suku bangsa yang mendiami daerah pantai utara Kalimantan Barat, yaitu Dayak, Melayu dan Cina, bersatu mempertahankan daerah kedudukannya. Dalam serangan dan kemenangan ini, masyarakat Cina memberikan nama medan pertempuran itu sebagai Sambas (Sam=tiga dan Bas=bangsa). Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 115
Versi Kedua, pendapat ini diungkapkan oleh Lutfi Akbar dalam Buletin Intern Muare Ulakkan edisi tahun 2 nomor 5 Januari 1994. Penamaan Sambas berasal dari kitab suci Al-Quran, didasari karena keberadaan Raden Sulaiman sebagai pendiri kerajaan Sambas yang menganut agama Islam. Nama Sambas terambil dari dua surah, yakni As Syam (berarti matahari) dan Basmallah (berarti dengan nama Allah). Dari kedua kata tadi sangat cocok jika dihubungkan dengan simbol di atas atap istana kesultanan Sambas yang berupa matahari dengan tulisan Alwatzikhoebillah (bertakwalah kepada Allah) di bawahnya. Sambas adalah sebuah kerajaan kesultanan besar di Kalimantan maupun di nusantara Indonesia. Kesultanan Sambas merupakan salah satu kerajaan tertua dan kerajaan Islam yang besar di Kalimantan Barat, juga pernah disebut Sambas “Serambi Mekah”. Kesultanan Sambas terkenal besar sejak sultan sambas yang pertamal Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631-1668). Kejayaan kesultanan sambas telah membesarkan nama negeri Sambas, sampai pada Sultan Sambas ke-15 yaitu Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943). Kerajaan Sambas sirna ketika Sultan ke-15 ini wafat karena ditangkap dan di bunuh oleh tentara pendudukan jepang tahun 1943. Kekejaman facisme jepang meruntuhkan kejayaan Sambas. Nama dan kejayaan Sambas sesungguhnya tidak hanya dimulai dari Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631-1668). Sejak abad ke-13 M sudah ada kekuasaan raja-raja Sambas. Bermula dari kedatangan prajurit majapahit di Paloh.Kemudian pusat kerajaan Sambas berpindah ke kota lama di Teluk keramat. Dari kota lama berpindah ke kota bangun di sungai Sambas Besar. Dari kota bangun pindah lagi ke kota Bandir dan kemudian pindah lagi ke Lubuk Madung. Konon menurut cerita, rombongan Raden Sulaiman pernah singgah di Tebas. Mereka sempat menebas daerah ini tetapi kumudian ditinggalkan. Dinamakanlah daerah itu Tebas. 116 Buku Pertama
Barulah pada masa sultan sambas ke-2 yaitu Raden Bima gelar Sultan Muhammad Tajuddin (1668-1708) pusat Kesultanan Sambas dibangun di Muara Ulakan,di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas Kecil,sungai Subah dan sungai Tebarau.Sejak tahun 1668 Kota Sambas itu meliputi daerah Pemangkat, Singkawang dan daerah Sambas sendiri, yang kaya akan emas. Sejak jaman pendudukan Jepang dan NICA (1942-1950), integritas Kerajaan Sambas telah sirna karena terlibat dengan pergolakan perang Dunia II. Ketika daerah Sambas atau Kalimantan Barat kembali bernaung dibawah Negara Kesatuan Repulik Indonesia pada tahun 1950, dan dibentuknya pemerintahan administratif Kabupaten Sambas, rakyat Sambas sesungguhnya menuntut agar kota Sambas tetap menjadi ibukota kabupaten Sambas. Keinginan rakyat Sambas ini adalah sebagai upaya melanjutkan kembali kejayaan negeri Sambas sejak pemerintahan para Sultan Sambas dari tahun 1631-1943. Allhamdullillah, keinginan rakyat sambas menjadikan kota sambas sebagai ibukota Kabupaten Sambas terwujud juga sejak tanggal 15 juli 1999. Pemerintahan kabupaten Sambas berkedudukan di kota Sambas, yang telah sirna sejak tahun 1943-1999, lima puluh tahun kemudian.
Gambar 21.1 Sambas di masa Hindia-Belanda
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 117
Kota sambas secara geografis terletak hampir di tengahtengah wilayah Kabupaten Sambas. Orang yang pertama membuka dan mengembangkan kota sambas adalah Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima, Sultan Sambas ke-2). Ia memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Sambas dari Lubuk Madung ke Muare Ulakkan (persimpangan Sungai Sambas, Sungai Teberau dan Sungai Subah), yang kemudian berkembang menjadi Kota Sambas sekarang ini. Sehingga perkembangan kota ini berawal dari pusat Kesultanan Sambas yang dahulu berada persis di persimpangan alur Sungai Sambas, Sungai Teberau dan Sungai Subah.
Gambar 21.2 Suasana saat matahari terbenam di Muare Ullakan Sekarang Kota Sambas merupakan ibu kota Kabupaten Sambas yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Sambas. Kecamatan Sambas biasa dipanggil oleh penduduk kebupaten sebagai Kota Sambas, yang memiliki slogan “Kota Sambas Terigas”. Sambas yang dikenal sekarang merupakan kota pusat pemerintahan Kesultanan Sambas, yang berpusat di Istana Alwatzikoebillah, Desa Dalam Kaum. Tepat di depan istana berdiri pula sebuah masjid tua yang merupakan salah satu masjid terbesar di kota Sambas, yaitu Masjid Agung Jami’ atau Masjid Sultan Muhammad Syafi’oeddin II.
118 Buku Pertama
Gambar 21.3. Masjid Sultan Muhammad Syafi’oeddin II (Masjid Agung Jami’) Masyarakat kota Sambas didominasi oleh suku melayu, yaitu Melayu Sambas. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Sambas dengan kekhasan tersendiri, yaitu pada pengucapan huruf ‘e’ seperti kata ‘lele’ di dalam bahasa Indonesia. Kurang lebih bahasa Melayu Sambas terdengar sama seperti dialek Betawi (Jakarta), namun terdapat beberapa kosakata yang berbeda seperti kata “Nyak” (Betawi), dalam bahasa Melayu Sambas adalah Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 119
“Ummak”. Keunikan lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda, seperti pada kata “Bassar” (besar dalam bahasa Indonesia). Kota Sambas juga terkenal dengan kain tenunnya, yakni kain tenun Songket Sambas (dikenal pula dengan sebutan kain Lunggi) yang memiliki berbagai macam corak/motif dan warna. Kota Sambas memiliki panganan khas, yang paling terkeneal adalah Bubbor Paddas (bubur pedas). Sebayan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Desa ini memiliki luas 12,1 km2 (4,91% dari wilayah Kecamatan Sambas) dan merupakan desa terluas ke-8 dari 18 desa yang ada di Kecamatan Sambas. Di desa inilah terdapat Kawasan Pendidikan Tinggi Sambas. Desa ini terdiri dari iga dusun yaitu Dusun Senyawan, Dusun Sebambang dan Dusun Sadayan. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari kota Pontianak ke arah barat laut sejauh 175 km, melalui kota Mempawah, Singkawang, Pemangkat, dan Sambas.
Gambar 21.4. Istana Alwatzikoebillah Kalau anda mengunjungi Sambas jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke Keraton Alwatzikhoebillah Sambas, yang dibangun pada masa pemerintahan Raden Sulaiman yang bergelar Sultan Muhammad Syafi’uddin I. Keraton ini 120 Buku Pertama
memang sudah beberapa kali dibongkar, dan Istana yang ada sekarang sudah berumur sekitar 200 tahun dan beberapa kali mengalami perehaban. Istana yang kokoh berdiri di pertemuan Tiga Sungai, yakni Sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau, memang mempunyai sejuta kisah, yang kadang tak dapat dicerna dengan akal. Raden Dewi Kencana, Ratu Keraton Sambas, mengungkapkan, Keraton Sambas masih banyak memiliki benda pusaka, di antaranya tempat tidur raja, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran sultan, payung ubur-ubur, tombak canggah, meriam beranak, pedang sultan, tempayan keramik dari Cina dan kaca Kristal dari Inggris dan Belanda. Benda yang masih dikeramatkan hingga sekarang yakni meriam beranak. Keraton yang berada di Muare Ullakan juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa. Di mana bangunan keraton yang menghadap sungai tersebut, mencirikan bahwa jalur transportasi zaman dahulu melalui sungai dan adanya lambang kuda laut bersayap diatas atap keraton menandakan bidang yang menyokong perekonomian keraton saat itu adalah Bahari. TRADISI NGAMPING MASYARAKAT MELAYU AMBAS Sebelum mengetahui apa itu tradisi ngamping Melayu Sambas terlebih dahulu kita ketauhi apa yang dimaksud dengan ngamping. Ngamping dalam bahasa Sambas artinya proses membuat amping1 yang bahan dasarnya buah padi yang belum masak benar, hanya menguning di ujung tangkainya, biasa disebut padi ampingan.2 Ampingan adalah buah padi yang bisa diolah menjadi emping. Untuk membedakan padi yang bisa diolah menjadi 1 Amping dalam bahasa Sambas yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan emping adalah sejenis makanan ringan seperti oat. Biasanya emping terbuat dari bahan baku buah melinjo. Namun khusus di daerah Sambas, amping terbuat dari buah padi, biasanya yang digunakan adalah padi pulut (ketan). 2 Padi ampingan merupakan bulir padi setengah matang, masyarakata Sambas biasa juga menyebutnya “Moge/Mage.” Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 121
amping dapat dikenal dari warna buah padi yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Adapun alat yang digunakan adalah lassong dan alo’nya untuk menumbuk padi tersebut. Ngamping bagi masyarakat merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan tradisi turun temurun. Dahulu tradisi ngamping menjadi satu acara yang dinantikan oleh masyarakat, karena pada saat acara berlangsung masyarakat dari beberapa desa berkumpul bersama-sama menjalin silaturahim. Acara ngamping ini juga merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh kalangan pemudanya, karena pada saat itulah para pemuda kampung dapat mencari pasangan hidupnya. Para pemuda menjadikan acara ini sebagai ajang mencari jodoh.
Gambar 21.5. Padi ampingan, alo’ dan lassong utuk menumbuk amping Ngamping merupakan ungkapan rasa syukur petani karena panen padi berhasil dan berharap musim “beranyi”3 tahun depan lebih berhasil dari tahun ini. Awalnya amping merupakan hasil 3 Beranyi dalam bahasa Indonesia artinya panen padi. 122 Buku Pertama
kreasi petani padi tempo dulu. Dimana pada saat jaman penjajahan Belanda, dulu masyarakat kesulitan mencari makanan. Hanya bisa makan nasi dari hasil padi sawah. Sementara untuk mendapatkan lauk pauk cukup sulit, karena kondisi pada waktu itu. Berangkat dari itu, lalu beberapa petani melakukan berbagai percobaan, pada saat musim panen padi, yakni dengan cara mengambil bulir padi setengah matang. Amping merupakan makanan yang tetap digemari oleh masyarakat terutama golongan tua. Acara membuat amping ini biasanya dilakukan oleh masyarakat selesai beranyi. Proses pembuatan amping ini tidak terlalu sulit bagi yang sudah terbiasa melakukannya. Biasanya padi yang diambil untuk membuat amping adalah padi pullut (ketan) karena akan padi ampingan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Padi ampingan digunakan karena akan menghasilkan amping yang bentuknya utuh dan tidak hancur. Biasanya yang melakukan pembuatan amping ini adalah ibu-ibu. Sedangkan Ibu-ibu ini biasanya belallek4 dalam proses pembuatan amping ini. Cara atau proses dari pembuatan amping padi pertama-tama adalah memilih padi ampingan terlebih dahulu. Padi ampingan di kattam5, biasanya ngattam padi dilakukan pada pagi hari. Kemudian padi di gaus6 dengan menggunakan alat yang terbuat dari bambu yang dibelah dan dipotong menyerupai pisau. Mayarakat biasa menyebutnya “Bilah Bambu”. Setelah dipisahkan dari tangkainya, proses selanjutnya adalah meremdam bulir padi yang telah terpisah dari tangkainya sekitar 6-8 jam. Pada proses ini akan telihat padi yang berisi dan tidak berisi (ampak). Padi yang berisi akan terlihat tenggelam dan sebaliknya yang tidak berisi akan timbul dipermukaan air, dan padi yang digunakan tentunya adalah 4 kelompok kerja gotong royong dalam masyarakat Melayu Sambas. Bagi warga kampung, ikut kegiatan ini merupakan kewajiban moral. 5 Di kattam artinya mengambil padi dengan cara memotong tangakai padi yang berbuah dengan menggunakan alat yang di sebut kattam. Dalam bahasa indonesianya artinya padi yang dituai. 6 Proses memisahkan bulir buah padi dari tangkainya. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 123
padi yang tenggelam di air yaitu padi yang berisi. Setelah direndam, padi ditiriskan (dituskan dalam bahasa Sambas) dengan menggunakan bakol7. Kemudian padi diarok (sangrai) dalam kuali (wajan) yang sudah dipanaskan sebelumnya. Padi yang diarok tidak boleh terlalu banyak, maksimal dua genggaman saja. Proses ngarok padi dilakukan dengan menggunakan ruman padi8 yang diberi gagang (pegangan) sehingga hinngga bisa digunakan untuk mengaduk, dan cara mengaduknya tidak seperti menyangrai biasa tetapi dengan cara diputar atau seperti membuat lingkaran kecil secara terus menerus sampai padi berubah warna menjadi kecoklatan, lalu berbunyi meletupletup tanda padi sudah pecah dan membentuk ratteh.9 Setalah itu langung saja dimasukkan ke dalam lassong dan ditumbuk tanpa harus menunggu padi dingin, karena akan berpengaruh pada amping yang dihasilkan. Biasanya orang yang bertugas untuk menumbuk dilakukan minimal 2 orang, ada juga yang 3 atau 4 orang. Saat padi ditumbuk diperlukan kekompakan, karena jika tidak akan terjadi benturan antara alo’ yang satu dengan yang lainnya. Penggiliran saat proses menumbuk dan membolak-balikan padi yang ditumbuk harus dilakukan berselang dengan tumbukan alo’ lassong. Proses ini berhenti apabila padi yang ditumbuk sudah berbentuk pipih dan seluruh kulit padi terpisah dari isinya. Setelah itu, untuk memisahkan antara isi dan kulitnya padi di tampe’(tampi) dalam nyirok.10 Setelah bersih dari kulitnya, amping siap disantap. Bentuk hidangannya ada berbagai macam. Untuk menambah kelezatan, amping bisa disajikan dengan dicampur air gula, atau ditambahkan parutan kelapa dan gula secukupnya. Jika tidak ingin repot bisa juga dimakan langsung. Biasanya sebelum amping disantap tokoh 7 Wadah yang terbuat dari anyaman bambu. 8 Sisa tangkai padi yang telah dipisahkan dari bulirnya (jerami). 9 Seperti pada proses pembuatan pop corn. 10 Alat yang terbuat dari anyaman bambu yang biasa digunakan unutk memisahkan padi dengan ampasnya. 124 Buku Pertama
agama di desa membaca doa selamat terlebih dahulu. Ini merupakan ungkapan rasa syukur para petani akan hasil panen mereka. Pada saat proses penumbukan akan terdengar irama merdu yang berasal dari alo’ dan lassong yang digunakan. Dari irama merdu tersebut akhirnya terciptalah sebuah lagu yang berjudul “Alo’ Galing Lassong Laban”. Lagu itu kini menjadi lagu daerah masyarakat Sambas. Tujuan dari numbok amping sendiri adalah sebagai tanda bagi masyarakat kampung bisa berkumpul, maksudnya agar bisa menjalin silaturahim. Saat ini, ngamping menjadi budaya yang nyaris hilang. Mungkin karena alo’ lassong sudah jarang ada karena telah tergantikan dengan mesin modern.
Gambar 21.6. Ruman padi (kiri), proses ngarok padi (tengah), padi yang diarok siap ditumbuk (kanan)
Gambar 21.7. Proses menumbuk amping (kiri), amping ditampi (tengah), hasil amping siap santap (kanan) Setidaknya ada beberapa keistimewaan nilai yang didapatkan dalam tradisi ngamping padi pada masyarakat melayu Sambas ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, silaturahim. Memelihara hubungan kekeluargaan atau tali silaturahim adalah hal Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 125
yang diperintahkan Allah dan Rasulullah Saw;11 kedua, kebersamaan 11 Dasar-dasar kewajibannya adalah al-Quran dan al-Hadits. Dibalik pewajibannya, Allah pasti memberikan hikmah yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Hikmah besar silaturahim itu untuk kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Menyambung silaturahim dapat mendatangkan ketentraman hati, membuka rezeki, menyembuhkan penyakit, serta memanjangkan umur. Silaturahim berarti menghubungkan kekerabatan dan persaudaraan atas dasar cinta dan kasih, sekaligus menghilangkan segala kedeangkian, kebencian dan permusuhan di antara sesama. Silaturahim merupakan bagian penting dari keimanan dan ketakwaan. Iman dan takwa tidak akan sempurna tanpa disertai dengan upaya silaturahim. Demikian pula silaturahim tidak akan memiliki makna yang kuat tanpa dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 1. Silaturahim juga bagian penting dari hablum minannas (memperkuat hubungan kemanusiaan dan bernilai ibadah) bahkan silaturahim bukanlah hanya dilakukan dengan orang yang memiliki hubungan baik dengan kita, tetapi juga dengan orang yang hubungannya kurang baik dengan kita. Hal ini sejalan dengan sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik (perbuatan) diantara perbuatan yang baik adalah menghubungkan tali silaturahim pada orang yang memutuskannya, member pada orang yang tidak suka memberi dan memberikan maaf pada orang yang berlaku dzalim pada kita.” (HR. Thabrani dari Mu’adz). Rasulullah SAW. juga menyeru dengan tegas mengenai silaturahim ini. Wajib hukumnya menyambung silaturahim dan haram memutuskannya. Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak akan masuk surga orangyang memutus hubungan kekerabatan.” (HR. Bukhari dan Muslim) Seperti yang kita tahu bahwa saat ini kemajuan teknologi dan informasi telah memperkecil dunia. Kemajuan ini membuat hubungan silaturahim secara langsung atau tatap muka mulai berkurang, bahkan sangat jarang sekali dilakukan. Padahal ajaran islam sangat menganjurkan dilakukannya silaturahim. Melalui tradisi ngamping masyarakat bisa mempererat tali silaturahim. Silaturahim yang terjalin saat tradisi ngamping ini bisa dijadikan sebagai perilaku keseharian dengan berbagai bentuk dan cara. Misalnya, bermusyawarah dalam berbagai urusan, saling bertukar pikiran untuk mencari solusi dan alternatif yang terbaik dalam menghadapi persoalan, saling memberikan nasihat dengan kebaikan, ketakwaan serta kesabaran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Silaturahim dalam ajaran islam menduduki tempat yang istimewa. Sebab, silaturahim merupakan perintah yang dapat mempercantik akhlak seseorang. Dengan silaturahim seseorang mudah diterima oleh orang lain sehingga apa yang disampaikan pun juga akan diterima. Bagi seseorang yang mempunyai kesadaran untuk berdakwah, kemampuan untuk diterima orang lain menjadi hal yang pokok. Tidak mungkin 126 Buku Pertama
dan kerukunan.12 Kebersamaan dan kerukunan dalam masyarakat kita berdakwah kepada keluarga, begitu datang keapda mereka langsung ceramah. Namun dengan banyaknya pembicaraan yang mengalir di waktu-waktu santai, dakwah atau ajaran Islam dapat diselipkan di dalamnya. Supriatmanto dan B.Handriyanto, Dahsyatnya Energi Silaturahim (Jakarta: Gema Insani, 2010). Bagi orang beriman, wajib baginya untuk melaksanakan silaturahim. Silaturahim menjadi ciri orang-orang yang beriman. Selain bernilai ibadah, silaturahim juga akan memperpanjang umur dan memperluas rezeki. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Barang siapa senang diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menghubungkan tali kekerabat.” (HR. Bukhari dan Muslim) 12 Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia membutuhkan kebersamaan dan kerukunan dalam kehidupannya. Hal ini adalah sunatullah, yang menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat ada yang lemah, ada yang kaya dan ada yang miskin dan seterusnya. Demikian pula Allah SWT ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yang berbeda-beda. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling memberi manfaat, saling membangun kerjasama dan kerukunan. Kehidupan bermasyarakat sendiri tidak akan terwujud dengan sempurna kecuali dengan adanya kebersamaan. Kebersamaan merupakan sebuah ikatan yang terbentuk karena rasa kekeluargaan. Melalui kebersamaan yang terjalin pada tradisi ngamping, masyarakat selain bisa bersilaturahim, juga bisa menjaga kerukunan. Rukun berarti saling mengasihi, saling memaafkan,bantu membantu dan tolong menolong dalam kebaikan dan saling mendoakan dalam hal kebaikan. Rukun merupakan buah dari baiknya akhlak, sedangkan buruknya akhlak berbuah permusuhan dan perpecahan. Rukun juga merupakan kesempurnaan keimanan seseorang. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. yang artinya: “kalian tidak bisa masuk ke dalam surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidka berimansehingga saling mengasihi.” (HR. Muslim). Adapun sikap yang perlu dikembangkan demi terwujudnya kerukunan, di antaranya: (1) Berusaha berbuat baik kepada siapapun; (2) Bersikap rendah hati dan tidak sombong; (3) Menyayangi kepada yang lebih muda dan menghormati kepada yang lebih tua; (4) Senang menolong sesame saudara; (5) Saling memaafkan; (6) Saling memberi hadiah dan mengucapkan salam atau titip salam dan sebagainya. Menjaga kerukunan merupakan tuntutan utama demi keutuhan. Hal-hal yang menyebabkan perselisihan supaya dihin-
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 127
dapat diwujudkan dengan adanya tradisi ngamping ini, dan menjadi modal penting dalam menjalin kerukunan antar masyarakat. Ketiga, ungkapan rasa syukur (bersyukur).13 Keempat, berdoa.14*** dari. Permasalahan-permasalahan yang terjadi secepat mungkin diselesaikan. Bila terjadi sesuatu yang menimbulkan suasana tidak rukun, masing-masing bisa saling introspeksi diri. Kebersamaan dan kerukunan dalam masyarakat dapat diwujudkan dengan adanya tradisi ngamping ini. Kebersamaan merupakan modal penting dalam menjalin kerukunan antar masyarakat. 13 Syukur menurut bahasa artinya berterima kasih.menurut istilah adalah mempergunakan segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT sesuai dengan ketentuan yang telah diperintah dan ditetapkan-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang berbicara tentang syukur. Ada yang menjelaskan hakikat, perintah, manfaat, alasan, balasan bagi yang bersyukur dan ancaman bagi yang tidak bersyukur. Hal ini sejalan dengan QS. Al-Baaqarah ayat 152, 172, QS al-Ankabut ayat 17. Begitu banyak manfaat yang didapat dari bersyukur. Di antaranya akan dikasihi Allah, hidup akan menjadi tenang, terhindar dari sifat takabur dan rakus, serta bertambahnya rezeki. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim : 7. Di dalam hadits juga dijelaskan mengenai bersyukur. “Sungguh menakjubkan urusan aeorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim). “Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan,” (HR. Tirmidzi) Sikap berterima kasih atau bersyukur akan mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia. Syukur adalah akhlak mulia yang mesti ada dalam diri manusia. Sebab syukur memicu bertambah nikmat hidup seseorang. Bagi seorang muslim beriman yang pandai bersyukur, manfaat syukur pun tidak hanya dinikmati di dunia, tetapi juga bisa dinikmati di akhirat kelak. 14 Salah satu syarat pokok dalam Islam adalah berdoa. Berdoa hukumnya wajib bagi setiap orang yang beriman. Orang-orang yang tidak mau berdoa kepada Allah berarti mereka sombong dan diancam siksa neraka yang hina. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS Ghofir ayat 60. Manusia sangat memerlukan sandaran yang dapat memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat 128 Buku Pertama
dia lemah, ketika segala kekuatan di luar dirinya tidak mampu lagi menopang dan menunjang dirinya. Pada saat semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk dapat menentramkan diri , menenangkan hati, dan menjernihkan pikirannya, selain hanya mengadukan nasib dan keadaaannya kepada Yang Mahamutlak mengatur dan menentukan jalan hidupnya. Jalan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha mutlak ini adalah melalui media doa. Jadi, doa berfungsi sebgaai sarana pengaduan manusia yang tengah tercekam oleh kemelut, kesusahan, dan penderitaan. Disini yang mempunyai kepentingan adalah manusia, bukan Allah. Doa tidak semata-mata dimaksudkan untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan. Doa juga dimaksudkan sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. Untuk mencapai maksud semacam ini, manusia tidak mampu bersandar pada kekuatan dirinya atau bantuan sesama manusia, sebab rintangan yang dihadapinya ternyata jauh lebih besar daripada kekuatan yang dimiliki dirinya dan manusia lainnya. Dalam keadaan semacam ini manusia menyandarkan segalanya kepada rahmat dan pertolongan Allah. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 129
22 Cucur Air Mawar Orang Melayu Pontianak Riana Rahmawati KEBUDAYAAN sendiri berasal dari kata sansekerta yaitu budhayah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan tradisi menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) memiliki arti kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi berasal dari bahasa latin yaitu tradition ialah diteruskan atau kebiasaan. Konteks ini, kebudayaan di Indonesia banyak sekali dan menjadi modal kekayaan nasional, dan perlu didukung dan dijaga agar tidak mengancam integrasi nasional. Dalam kehidupan orang Melayu Pontianak juga terdapat beragam tradisi, di antaranya yang ingin dikaji dalam penulisan ini adalah cucur air mawar yang menyertai prosesi upacara adat pernikahan masyarakat melayu pontianak. Istilah cucur air mawar dalam pengertian orang Melayu Pontianak sejatinya adalah petuah dan doa restu, yang diberikan dari orang-orang yang dituakan dalam keluarganya seperti kedua orang tua, datok, nenek dan keluarga yang telah sepuh kepada pasangan 130 Buku Pertama
pengantin yang baru saja menikah dan telah melaksanakan ijab kabul. Acara ini dinamakan cucur mawar karena acaranya memang memercikan air mawar kepada kedua mempelai yaitu dengan air yang dicampur dengan wewangian mawar dalam sebuah tempat khusus. Biasanya acara ini dilakukan setelah acara tepung tawar.
Gambar 22.1. Prosesi Cucur Air Mawar Prosesi cucur air mawar dijelaskan sebagai berikut: pertama, kedua mempelai duduk bersandingan, di atas pangkuan kedua mempelai ditutupi dengan selendang. Sebelum dilakukan cucur air mawar terlebih dahulu dilakukan tepung tawar. Sebelum melaksanakan prosesi keduanya terlebih dahulu disiapkan peralatannya. Kedua, setelah peralatan cucur air mawar disiapkan, Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 131
maka beberapa orang tua biasanya sampai tujuh orang diminta secara bergiliran untuk melakukan tepung tawar dan cucur air mawar kepada kedua mempelai. Umumnya dilakukan dikedua telapak tangan, bahu kiri dan kanan dan ada juga dibagian kening kedua mempelai sambil memberikan petuah seperti “ dalam menempuh hidup baru, cintakasih mestilah ada, harta kelak boleh dicari bersama, namun petuah dan ilmu dari tetua rengkuhlah dahulu. Sambil mencucurkan air mawar kedua mempelai diberi taburan osengan beras baru. Ketiga, setelah para orang tua memberikan petuah orang tua tersebut akan diberikan satu buah bunga telok yang dibawah oleh mempelai laki-laki kerumah mempelai perempuan. Alat-alat atau bahan yang disiapkan untuk prosesi cucur air mawar: pertama, selendang, untuk menutupi paha kedua mempelai agar tidak basah pada saat dicucurkan air mawar; kedua, tempat yang terbuat dari tembaga, untuk tempat air mawar; ketiga, sari mawar; keempat, bunga mawar; kelima, osengan beras baru; dan keenam, bunga telok. Tujuan dan manfaat cucur air mawar: pertama, pada saat mencucurkan air mawar setiap keluarga memberikan petuah dan nasehat kepada kedua mempelai agar membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Kedua, manfaatnya juga akan memberikan wewangian kepada kedua pasangan pengantin.
Gambar 22.2. Pokok Teluk Adapun nilai-nilai yang terdapat pada cucur air mawar: 132 Buku Pertama
pertama, hormat pada orang tua, yang tercermin pada saat prosesi sungkeman setelah acara prosesi cucur air mawar. Setelah mendapatkan beberapa petuh dan nasehat yang telah diberikan, kedua mempelai mencium tangan kedua orang tua dan orangorang yang telah memercikan air mawar dan mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diberikan kepada mereka selama ini. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang. Cinta kasih merupakan paduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang sulit didefinisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin cinta baru dapat dimengerti atau dirasakan bagi orang yang sudah atau sedang dirundung cinta. Cinta kasih merupakan anugrah dari Allah SWT. Moment ini sangat menarik, di mana budaya dan adat istiadat yang tertuang dalam acara cucur air mawar penuh dengan makna hidup akan tali silaturahmi dan cinta. Suatu cinta yang menggabungkan dua keluarga yang berbeda menjadi satu ikatan kekerabatan yang sangat erat. Ketiga, nilai religius. Dimafhumi keharuan mengiringi ritual ini karena prosesi ini adalah sakral dan di dalamnya bermakna pengharapan dan doa yang agung agar pasangan pengantin bahagia, murah rezeki, mendapat keturunan yang saleh dan saleha serta berbakti kepada kedua orang tuanya kelak. Sukirman (40), informan penelitian ini, mengatakan bahwa tradisi ini, yaitu cucur air mawar merupakan warisan dari nenek moyang. Nenek moyanglah yang mengajarkan dan mewariskan tradisi ini sejak dahulu, turun-temurun. Sementara menurut Agus Lestari (20), informan lainnya, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan kebiasaan dari orang islam terdahulu. Bisa dikatakan tradisi cucur air mawar ini tidak bertentangan dengan Islam.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 133
23 Tepung Tawar Orang Melayu Sambas Rusmita TEPUNG tawar merupakan tradisi yang bertujuan untuk memohon keselamatan agar dijauhkan dari marabahaya dan bencana pada Tuhan. Tepung tawar terdiri dari kata tepung artinya tepung yang terbuat dari beras dengan cara ditumbuk sampai halus menjadi tepung. Sedangkan tawar itu adalah tiada rasa apa-apa (tidak manis, asam,asin, maupun pahit). Dalam bahasa Melayu Sambas kata “tawar” mendekati kata “jampi” atau “mantra” yang bermakna air yang telah dibacakan doa oleh tetua kampong. Selain itu, tepung tawar juga bermakna sebagai obat atau penangkal dari suatu penyakit maupun terhindar dari sutau bencana. Dengan demikian, makna dari tepung tawar itu sendiri adalah tepung yang terbuat dari beras yang ditumbuk dan tidak mempunyai rasa apa-apa diperuntukan menawar, mengobati, menangkal, dan mendoakan seseorang agar selamat, bahagia, dan terhindar dari segala penyakit, bala serta bencana dalam hidupnya. Selain itu, upacara adat tepung tawar ini bertujuan untuk pelestarian 134 Buku Pertama
kebudayaan tradisis Melayu sebagai warisan hidup yang turuntemurun dilaksanakan.1 Dalam tepung tawar: pertama, gunteng rambot. Gunteng rambot sebagai tradisi telah lama dikenal oleh orang Melayu khususnya Melayu Sambas yang beranggapan bahwa seorang anak bayi akan lebih mudah dipengaruhi oleh roh-roh jahat jika tak melaksanakannya. Proses dari upacara adat ini dimulai dengan pembacaan berzanji yang dilakukan oleh para jamaah yang diundang dengan dipimpin oleh seorang imam. Berzanji merupakan kesenian yang bernafaskan Islam. Kesenian ini berupa pembacaan syair-syair dari kitab al-berzanji. Tujuan dari berzanji itu sendiri adalah untuk mengagungkan nama Allah swt dan Rasul-Nya Muhammad Saw. Sebelum dilakukan pembacaan berzanji/syarakalan terlebih dahulu membaca surah Al-Fatihah. Pada saat pembacaan syrakalan posisi para jamaah itu berdiri, dan saat itulah upacara gunteng rambot dimulai dengan posisi bayi dalam gendongan orang tua laki-laki dengan menggunakan selendang atau kain gendongan yang diiringi seorang yang membawa ceper/ nampan berisikan peralatan gunteng rambut dengan mendekati jamaah satu persatu untuk menggunteng rambut si bayi. Kemudian, potongan rambut tersebut dimasukan ke dalam buah kelapa muda yang sudah disiapkan dan sekaligus bayi tersebut ditepung tawari secara bergilir. Rambut si anak yang dipotong dimasukan ke dalam kelapa yang sudah di potong dan akan ditimbang dengan menggunakan timbangan emas untuk di nilai setara dengan uang, kemudian uangnya akan disedekahkan kepada anak yatim piatu. Setelah pembacaan berzanji, dilanjutkan dengan pembacaan do’a selamat yang bertujuan agar si anak tersebut diberikan keselamatan dunia akhirat. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan do’a tolak bala’. Kedua, naek ayon. Defenisi dari naek ayon adalah bentuk upacara adat yang disebut oleh orang-orang Melayu asal keturunan 1 baimstain.blogspot.com/2010/08/ Tradisi dan Komunikasi/ (akses tanggal 26 Maret pukul 22.53). Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 135
Banjar sedangkan orang-orang melayu Bugis menyebutnya dengan naek tojang. Naek ayon berarti naik ayunan untuk mengayunkan bayi dalam ayunan. Menurut Suaibah binti Said (62 tahun) bahwa upacara adat ini dapat dilakukan ketika bayi berusia 40 atau 44 hari dan dilakukan pada pagi hari sampai menjelang waktu Zhuhur. Naek ayon pada upacara adat ini dilakukan dengan cara sang Ibu berdiri diatas tujuh lembar lapis kain, sambil menggendong bayinya kemudian dibacakan surah Yasin ayat ke 58 oleh beberapa orang. Proses jalannya upacara adat tepung tawar pada acara naek ayon sebagai berikut: orang tua yang akan melakukan tepung tawar mengeluarkan bayinya dari dalam ayunan, kemudian melakukan tepung tawar dengan cara menepaskan/memecirkan daun juang telah diikat dengan daun ribu-ribu yang sudah disiapkan dalam mangkok berisikan bedak tepung tawar kebagian dahi atau kepala si bayi. Tepung tawar juga dilakukan pada ibunya kemudian dihamburkan berteh beras kuning yang telah disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa selamat dan tolak bala’ dihadapan air, setelah itu diusapkan ke ubun-ubun si bayi. Berdasarkan pendapat Jusmah (wawancara tanggal 21/03/2015/10.30) bahwa fungsi dari upacara adat tepung tawar ini sama halnya dengan upacara adat bepapas yaitu untuk memohon keselamatan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, yang tentunya ditunjukan kepada Allah swt yang telah menciptakan manusia serta untuk menunjukan rasa syukur kita kepada Yang Maha Kuasa atas rahmat kesehatan dan rezeki yang telah dilimpahkannya kepada kita semua. Alat atau bahan yang disiapkan dalam acara tepung tawar: Pertama, Gunteng Rambut, yang disiapkan: (1) Gunteng rambut, digunakan untuk memotong rambut si bayi. (2) Nampan/ceper, yang berfungsi untuk menyimpan segala peralatan upacara gunteng rambut seperti: gunting rambut, air tolak bala dalam gelas, tepung beras yang dicampur air tolak bala’ yang dimasukan dalam gelas. (3) Sebijih buah kelapa yang diatasnya dipotong zig-zag, digunakan 136 Buku Pertama
untuk menyimpan rambut si bayi yang telah dipotong. (4) Daun sirih untuk pemegang rambut si bayi tersebut.
Gambar.23.1. Alat-alat/ Bahan Gunteng Rambut Kedua, Naek Ayon, yang mencakup: (1) Ayunan anak (dari kain yang digantung menggunakan tali) berfungsi untuk menyimpan si bayi; (2) Alat batu giling adalah penumbuk lesung kecil yang biasa digunakan untuk menumbuk chili atau rempahrempah; (3) Kain lima helai yang dilipat untuk digunakan alas bayi dalam ayunan; (4) Anyaman dari daun kelapa untuk dihiaskan pada ayunan; (5) Besi berupa pisau adalah alat yang digunakan oleh pemakan sirih untuk memotong pinang atau gambir; dan (6) Berteh beras kuning yang bermakna perkembangan. Menurut Rohani (wawancara tanggal 15/4/2015 pukul 08.55 wib), berpendapat bahwa upacara adat tepung tawar naek ayon memiliki sedikit perbedaan antara melayu Sambas dan Juga melayu Pontianak khususnya Bugis dalam mempersiapkan peralatan yang akan digunakan antara lain: dalam upacara adat Melayu Sambas tidak menggunakan minyak bau2 dalam resepsi upacara adat naek ayon. Akan tetapi, resepsi upacara adat naek ayon pada Melayu Pontianak Bugis peralatan yang biasa digunakan adalah minyak bau 2 Minyak yang terbuat dari kemiri/keminting, sudah sangat dikenal di lingkungan masyarakat Melayu karena sering digunakan untuk setiap upacara adat yaitu upacara adat naek ayon khususnya Melayu Pontianak Bugis. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 137
terbuat dari buah kemiri/keminting digunakan untuk mengoles dahi, telinga dan leher pada si bayi yang merupakan ciri khas dari suku Melayu Pontinak khususnya Bugis itu sendiri. Sementara yang perlu disiapkan pada tepung tawar: (1) Bedak tepung tawar yang terbuat dari tepung beras diberi air, tepung beras itu sendiri memiliki makna yaitu kebesihan hati; (2) Daun riburibu digunakan untuk mengikat daun juang; (3) Beras kuning, yang bermakna kemuliaan, kesungguhan; (4) Berteh, yang bermakna perkembangan; (5) Daun juang digunakan untuk memapas/ memercikan air tepung tawar yang bermakna membangkitkan semangat seseorang yang akan di tepung tawari.
Gambar 23.2. Proses upacara adat saat bayi di tepung tawar Beberapa nilai positif dalam upacara adat tepung tawar adalah sebagai berikut: pertama, bersyukur. Telah kita ketahui bahwa makna dari syukur menurut bahasa artinya berterima kasih. Menurut istilah artinya mempergunakan segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Dengan adanya upacara adat tepung tawar ini berarti kita mensyukuri segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua berupa: keselamatan di dunia dan di akherat, terhindar serta dijauhkan dari segala marabahaya, dilimpahkannya rezeki, bahkan dikarunia oleh seorang anak. Bersyukur itu sendiri berarti rasa terima kasih kita dan penghargaan yang mendalam atas 138 Buku Pertama
sebuah pemberian dari Yang Maha Kuasa sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Fathir ayat 30 dan QS. Ibrahim ayat 7. Kedua, Kebersamaan. Dengan adanya kegiatan upacara adat ini, maka akan terjalin suatu kebersamaan di antara kita yaitu melaksanakan gotong-royong dalam menyiapkan upacara adat tepung tawar. Karena dengan adanya musyawarah dan gotongroyong akan mempermudah segala pekerjaan agar dapat berjalan lancar dalam berbagai urusan, saling bertukar pikiran untuk mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi persoalan kehidupan mulai dari awal persiapan pelaksanaan hingga berakhirnya kegiatan. Musyawarah yang dilandasi dengan hati yang ikhlas, pikiran yang jernih dan argumentasi yang logis akan menumbuhkan kekuatan yang dahsyat . Selain itu, adanya kebersamaan dalam mendoakan sibayi serta keluarga agar diberikan keselamatan dan diberkahi rezeki yang melimpah. Nilai-nilai kebersamaan ini Nampak dalam makan saprahan yang merupakan tradisi untuk mempertemukan sekelompok orang atau masyarakat dalam suatu majelis, saling berbagi rasa dan saling berhadapan untuk menikmati hidangan makanan yang akan disantap. Biasanya makan saprahan ini terdiri dari 5-6 orang setiap satu saprahan. Dari pelaksanaan upacara saprahan dapat dilihat bahwa di dalam menghadapi hidangan yang dianugrahkan Allah SWT tidak terlepas dari acara berdoa dan ditutupi dengan membaca salawat kepada nabi, agar di dalam acara tersebut mendapat berkah serta pahala dan selamat dari musibah dan bencana. Pelaksanaan acara saprahan dapat mengikat persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya dapat menumbuhkan identitas diri masyarakat yang bersangkutan, terutama dari nilai kebersamaan, kegotong royongan dan kekompakan yang diwujudkan dalam rangkaian upacara tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan pada generasi muda melalui pendidikan non formal di rumah atau dilingkungan social maupun pendidikan sekolah secara formal. Selanjutnya acara saprahan perlu dilakukan secara berkesinambungan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 139
untuk melestarikan salah satu adat budaya bangsa guna memupuk kerjasama antar warga hingga memperkokoh rasa identitas bersama. Makan saprahan memiliki sedikit perbedaan tradisi antara orang melayu Sambas dan juga orang melayu Pontianak. Sebab, orang Melayu Sambas masih melaksanakan kegiatan makan saprahan akan tetapi kini orang Melayu Pontianak lebih menggunakan prasmanan saat melaksanakan upacara adat tersebut. Ketiga, terjalinnya hubungan silaturahmi. Tepung tawar sebagai tradisi sangat bermanfaat untuk menjalin suatu hubungan silaturahmi di antara sanak keluarga yang dekat maupun jauh serta masyarakat setempat. Hikmah besar dalam hubungan silaturahmi itu untuk kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Menyambung silaturahmi dapat mendatangkan ketentraman hati, membuka rezeki, menyembuhkan penyakit, serta memanjangkan umur. Memelihara hubungan kekeluargaan atau tali silaturahmi adalah hal yang diperintahkan Allah. Dibalik pewajibannya, Allah pasti memberikan hikmah yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Dasar-dasar dari kewajibannya berdasarkan al-Quran dan Hadits. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. AnNisa:1. Menyambung hubungan kekerabatan adalah wajib dan memutuskannya merupakan dosa besar. Dari Jubair bin Muth’im bahwa Nabi Saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan.” (Muttafaq ‘Alaih)***
140 Buku Pertama
24 Tradisi Cumpalek Orang Melayu Sanggau Suci Ramadianti KABUPATEN Sanggau, di sini khususnya memiliki beragam budaya dan tradisi yang merupakan tradisi warisan nenek moyang, turun temurun dan menjadi milik bersama, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keragaman budaya yang ada menunjukkan kekayaan tradisi nenek moyang yang sangat berharga dalam membangun dan membentuk masyarakat dalam bertindak dan bersikap. Sanggau, nama sebuah kabupaten di Kalimantan Barat yang terletak tidak begitu jauh dari Kota Pontianak. Sebelum berubah menjadi Kabupaten, di wilayah Sanggau berdiri suatu kerajaan Melayu yang sudah ada sejak abad ke-4 Masehi. Penyebutan “sanggau” sendiri berasal dari nama tanaman yang tumbuh di tepi sungai daerah tempat berdirinya kerajaan itu,yakni Sungai Sekayam. Dalam buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat karya J.U Lontaan di sebutkan bahwa sungai sekayam merupakan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 141
tempat merapatnya rombogan yang dipimpin Dara Nate, seorang perempuan ningrat dari kerajaan sukadana, ketapang, saat mencari suaminya yang bernama Babai Cinga (J.U. Lontaan,1975:170). Namun ada juga pendapat yang meyakini bahwa nama “Sanggau” di ambil dari nama suku Dayak yang menjadi suku Babai Cinga (Primaswolo dalam www.kr.co.id). Sanggau adalah kabupaten yang memiliki banyak sekali tradisi, di antara yang ingin didiskusikan dalam tulisan ini adalah tradisi cumpalek orang Melayu Sanggau. Cumpalek Menurut Kepercayaan Orang Melayu Sanggau Cumpalek pada kajian ini hampir sama dengan istilah mantra. Pada orang melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, saru adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi lama (pantun) yang mengandung unsur semacam sihir, tetapi di sini cumpalek memiliki manfaat yang tentunya berbeda dengan mantra, sihir, dan lain sebagainya. Menurut kepercayaan orang Melayu khususnya di Kabupaten Sanggau, cumpalek itu sendiri mempunyai salah satu manfaat yaitu, supaya kita bisa terhindar dari malapetaka, celaka dan hal hal yang tidak diinginkan lainnya. Istilah celaka tersebut pada orang Melayu biasanya dikenal dengan istilah “temponan”. Dewasa ini tidak sedikit yang beranggapan bahwa kebiasaan atau tradisi cumpalek tersebut hanyalah sebuah mitos (tahayul). Tahayul adalah suatu kepercayaan yang di wariskan oleh nenek moyang kita pada zaman dahulu yang sifatnya itu turun-temurun tetapi secara ilmiah hal tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya. Tetapi pada zaman dahulu tahayul jugalah yang menjadi cara orang “dulu” mengajarkan nilai-nilai yang sebenarnya baik pada anakanak mereka, yang salah itu hanya cara penyampaiannya saja. Contoh, saat seorang ibu menyuruh anaknya makan, tapi si anak menolak untuk makan, ibu menyuruh anak supaya mau untuk “cumpalek” kerena dia tidak mau makan, tapi si anak malah 142 Buku Pertama
pergi dan mengabaikan permintaan ibunya. Di situlah terkadang si ibu merasa kesal, dan keluarlah kata-kata yang tidak di inginkan, seperti ini (dalam bahasa melayu sanggau) “Auk kau, biarr, ndak usah jak kau cumpalek, temponan konak radak oto kolak baru tau rasa ah”. Kata-kata tersebutlah yang sebenarnya niatnya baik, tapi menjadi tidak baik ketika di dengar karena sifatnya hampir sama dengan sumpah, istilahnya si ibu tersebut menyumpahkan anaknya supaya celaka padahal tidak demikian. Dampak modernisasi kenyataannya memang sangat berpengaruh terhadap pemikiran, perilaku, budaya serta tradisi masyarakat, termasuk tradisi yang tumbuh dan berkembang di kabupaten Sanggau ini. Hal ini sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat melayu yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu semakin modern pola hidup masyarakat tersebut, maka semakin jauh pula mereka dengan alam dan hal tersebut tentunya akan semakin mudah untuk membuat tradisi yang dulu sangat di percaya sekarang menjadi hilang begitu saja. Meskipun begitu tradisi ini memang tidak bisa di hilangkan begitu saja di kehidupan khususnya pada kepercayaan orang-orang yang telah hidup lebih dulu dari kita yang bisa di bilang sebagai masyarakat modern ini. Isan (18), menyatakan bahwa tradisi seperti cumpalek tersebut tidak sepatutnya dikembangkan, karena tradisi seperti itu lebih cenderung kepada tahayul, tapi yang namanya tradisi memang sangat susah sekali untuk di hapus begitu saja, jadi kita sebagai masyarakat hanya mengikuti saja walaupun sebenarnya kita tidak mendukung, karena jika terlalu di percaya tradisi tersebut tidak beda halnya dengan syirik, dan kita juga tahu syirik adalah dosa besar yang sangat tidak di sukai oleh Allah SWT.1 Sejalan dengan pemikiran tersebut, Neli (19), juga menyatakan bahwa ia sendiri sebagai orang Melayu tidak begitu mendukung jika tradisi seperti cumpalek tersebut masih saja terus berkembang dan di percaya.2 Dari kedua pendapat informan 1 Wawancara di Pontianak 2 Wawancara di Pontianak Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 143
tersebut, saya sendiri sebagai penulis juga tidak setuju jika tradisi seperti cumpalek tersebut masih dikenalkan kepada generasigenerasi kita sekarang ini, alasannya karena kita sebagai makhluk yang beragama tidak sepatutnya untuk percaya kepada hal-hal yang belum pasti kebenarannya tersebut. Banyak ditemukan pada kebiasaan orang-orang zaman dahulu yang mana ketika mereka lupa akan kebiasaan cumpaleknya tersebut, di saat mereka terkena musibah sewaktu di perjalanan, pasti yang di fikirkan terlebih dahulu adalah soal kebiasaan cumpaleknya yang ia lupakan tersebut bukan memikirkan kalau musibah yang ia alami tersebut itu asalnya dari Allah SWT. Orang yang beragama seharusnya tahu bahwa apapun yang terjadi itu adalah kehendak dari Allah SWT. Bukan dari hal-hal lain selain Allah, karena Allah adalah Maha Segala-galanya. Allah SWT berfirman, “Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya”. (Qs. at-Taghabun: 11) Dari firman Allah SWT. tersebut sangat jelas bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi jika itu bukan kehendak-Nya. Adapun yang di maksud dengan izin Allah tersebut adalah perintah-Nya yaitu ketetapan takdir dan kehendakNya. Barang siapa yang tertimpa musibah lalu menyadari bahwa hal tersebut terjadi atas kehendak selain Allah maka termasuklah orang-orang tersebut pada golongan orang-orang yang syirik. Kecuali itu, ditinjau dari segi aqidah, maka tradisi tersebut sepertinya sedikit bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Maksud dari aqidah Islam adalah prinsip utama dalam kehidupan yang dapat membina individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kacamata tauhid, karena segala sesuatu yang berbentuk baik buruk itu datangnya dari Allah bukan dari suatu selain Allah SWT. Islam mengajarkan agar kita jangan sampai terjerumus dalam perbuatan syirik dan tidak ada manfaatnya. Seperti yang di tegaskan di dalam Al-Qur’an dalam surat An-Nisa ayat 116: “Allah tidak akan mengampuni dosa 144 Buku Pertama
syirik (mempersukutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali”. Memang tidak jarang kita jumpai gejala-gejala syirik, karena bertumpu kepada kepercayaan yang bersifat tradisional yang menyeret manusia kepada kesesatan. Dilihat dari ayat di atas sangat jelas bahwa manusia tidak dapat mengetahui hal yang gaib kecuali Allah AWT. Karena ia Maha Mengetahui. Meskipun dalam aspek lain ada unsur pantang larang yang mengarah ke aspek pendidikan, hemat penulis tradisi cumpalek yang menjadi bagian keseharian orang-orang tua zaman dahulu di Sanggau mendekati syirik, sehingga tidak layak untuk dibudidayakan ke generasi berikutnya.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 145
25 Tradisi Bepappas Orang Melayu Sambas Suci Dari penelusuran data di lapangan dan hasil wawancara pada sejumlah informan,3 tradisi bepapas ini mulai muncul sejak ajaran agama Hindu berkembang di Indonesia, dan sampailah pada puncak persebaran agama Hindu di daerah Kalimantan hingga ke pelosok desa khususnya daerah Sambas. Sejak itulah para pengikut agama Hindu mulai memperkenalkan ritual tradisi bepapas ini, pada saat yang bersamaan tradisi ini mulai diikuti dan dilaksaakan oleh masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat khususnya untuk masyarakat setempat, yang pada saat itu mayoritas masyarakat setempat memang masih belum mengenal agama baik itu agama islam maupun hindu. Setelah berabad-abad ritual ini dikerjakan oleh masyarakat dan akhirnya ritual ini menjadi tradisi warisan nenek moyang turun temurun, dan menjadi adat dan tradisi masyarakat setempat hingga sekarang. Selang beberapa abad kemudian barulah muncul 1. Di antaranya Suhaidi (42) dan Sahat (60). 146 Buku Pertama
persebaran agama islam di daerah Sambas ini. Dengan metode dakwah adaptasi atau penyesuaian keadaan. Tradisi ini tidak dihilangkan karena dianggap tidak melanggar syariat islam. Setelah mengenal ajaran agama islam yang dianggap membawa rahmat, orang-orang Sambas pun berbondong-bondong memeluk agama Islam, dan karena tidak dianggap berseberangan dengan Islam, maka tradisi bepapas ini dijadikan sebagai tradisi umat islam setempat hingga saat ini. Bepapas merupakan salah satu tradisi adat melayu yang ratusan tahun lalu sudah dikenal oleh orang Melayu Sambas. Bepapas biasanya dilakukan pada hari Jumat. Di Sambas, tradisi ini dilakukan dengan mengecap kening dan kedua tangan warga menggunakan ramuan yang dibuat masyarakat sekitar yang telah bertekat untuk melestarikan ritual ini yang merupakan warisan nenek moyang. Adapun peralatan atau bahan yang diperlukan untuk disiapkan secara garis besar ada dua pokok yaitu: pertama, ramuan penabur. Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, tepung beras, bertih atau rateh, dan bunga rampai. Ramuan tersebut mempunyai lambang sebagai berikut: (a) beras putih sebagai lambang kesuburan dan pembasuh diri dari yang kotor; (b) beras kuning sebagai lambang kemuliaan, kesungguhan dan keagungaan; (c) bertih sebagai lambang perkembangaan dan rejeki yang tumbuh; (d) bunga rampai sebagai lambang wanginya persahabatan, manis persaudaraan, dan harumnya keakraaban; (e) tepung beras sebagai lambang kebersihan hati. Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan. Kedua, ramuan rinjisan. Sebuah mangkok putih berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah diiris-iris. Di dalam mangkok tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun yaitu: (a) Daun kalinjuhang/jenjuang (tumbuhan berdaun panjang lebar warna merah). Melambangkan penolak bala dan menjauhkan dari hantu, Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 147
setan serta iblis yang menggangu masyarakat, serta pembangkit pembangkit semangat juang yang tinggi. (b) tangkai pohon pepulut/setawar(tumbuh-tumbuhan berdaun tebal bercabang). Ini melambangkan sebagai penawar atau obat segala yang berbisa: bisa laut, bisa bumi dan membuang segala sesuatu yang jahat. Daun ini juga bermakna memulihkan sesuatu yang rusak atau yang sakit. (c) Daun gandarusa (tumbuhan berdaun tipis berbentuk lonjong). Daun ini bermakna untuk menahan sesuatu penyakit akan yang datang dan menyerang masyarakat. Daun ini juga melambangkan sebagai penangkal kejahatan dari luar. (d) Daun ribu-ribu (tumbuhan melata berdaun kecil bercanggah). Fungsinya sebagai pengikat di antara daun-daun tersebut, yang kemudian diyakini sebagai untuk mengikat segala penyakit yang datang dan penguat kesatuan dan kebersamaan seta penguat semangat. (e) Daun keduduk/senduduk maknanya dilambangkan sebagai penyakit yang datang didudukkan atau ditaklukkan dan dilumpuhkan. (f) Pohon sedingin. Bermakna akan memberikan kesejukan, ketenangan dan kesahatan. (g) Pohon sembau dengan akarnya. Pohon yang memiliki akar yang liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada kekuatan dan keteguhan. Maka dari ketujuh tumbuhan tersebut melambangkan suatu doa tanpa suara agar mendapatkan kesempurnaan untuk orang yang dipapasi Kemudian ketujuh daun tersebut diikat dengan menjadi satu sebagai alat penepuk. Cara membuat ramuan rinjisan: (a) mangkuk putih berisi air putih yang bermakna kejernihan, kadang ada yang menggunakan air mawar, yang terbuat dari aneka daundaunan yang beraroma wangi seperti pandan, serai wangi, jeruk purut yang direbus dan airuya dijadikan air pecung. (b) bedak atau beras bedak dibuat dari tepung beras yang diaduk bersama larutan wewangian alami dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna sebagai pendingin, peneduh kalbu dan kesuburan. (c) limau purut yang diiris tipis yang mempunyai makna sebagai pemberi kekuatan dan kesabaran sekaligus membersihkan. Secara keseluruhan diartikan sebagai keselamatan dan kebahagiaan. Ketiga bahan ini diaduk menjadi satu dalam satu wadah dan dirinjis dengaan 148 Buku Pertama
menggunakan gabungan alat penepuk yang terdiri dari dedaunan tersebut. Adapun orang yang diminta untuk melaksanakan tradisi ini disebut “tukang pappas” pelaksanaannya disebut “mappas” tukang pappas ini biasanya orang-orang tua di kampung, keluarga dekat dan lain-lain. Jumlah tukang pappas biasanya ganjil misalnya 3,5 dan 7 orang, jumlah ganjil ini telah ditentukan adat masing-masing. Berikut dijelaskan tahapan prosesi bepappas: daun-daun yang telah diikat menjadi satu di letakkan di samping mangkok yang berisi air tepung beras ,wangi-wangian dan semua bahan yang sudah diaduk,beras putih dan beras kuning juga disiapkan di dalam mangkok, setelah semuanya langkap, maka acara pelaksanaannya tradisi pun mulai dilaksanakan. Mula-mula keluarga yang hendak dipapasi menerima sedikit atau sejemput beras putih, beras kuning, bertih dan bungga rampai, lalu menaburkannya ke atas hariban, atau keliling atau keliling badan orang yang dipapasi. Kadangkadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki, sehat dan sebagainya. Kemudian keluarga tersebut di lantai yang beralaskan tikar sang ibu duduk di samping bapak di samping kiri dan kanan duduk anak-anak mereka, posisi duduk dengan melonjorkan kedua kaki ke depan, busana yang dipakai bebas, rapi, dan bersih. Kopiah yang di pakai ditanggalkan dan kedua tangan di atas lutut dengan tapak tangan terbuka, setelah siap tibalah orang pertama tukang pappas melaksanakan tugasnya. Mangkok yang berisi air yang telah diadun dipegang dengan tangan kiri, yang kanan memegang ikatan daun. Ikatan daun dicelupkan ke dalam mangkok kemudian dengan berlahan-lahan dipukul-pukulkan ke dahi/ubun-ubun,dan bahu kanan dan kiri si bapak, kemudian dipukulkan pada kedua telapak tangan, setelah itu kedua kaki, hal yang sama dilakukan kepada sang ibu dan anak hingga selesai. Setelah memappas si bapak, ibu dan anak lalu ditaburi beras kuning pada kepalanya. Setelah selesai tukang pappas pertama dilanjutkan tukang pappas Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 149
kedua dan seterusnya sesuai dengan tukang pappas yang sudah ditentukan. Tukang pappas terakhir akan membaca doa selamat dan shalawat Nabi. Penbacaan doa tersebut sekaligus mengakhiri proses ritual bepapas. Doa selamat ini dibaca setelah selesai tukang papas memapasi keluarga tersebut kemudian dilanjukan membaca shalawat nabi. Semua doa ini dibaca oleh tukang pappas. Dalam tradisi bepappas terkandung harapan mendapatkan rahmat Allah SWT, dan mencapai kedamaian hidup bermasyarakat dan juga sebagai ungkapan rasa syukur. Dalam adat orang Melayu Sambas juga ada yang melaksanakan bepappas selelah selamat dari kecelakaan.***
150 Buku Pertama
26 Selamatan Bubur Merah Putih Bulan Safar Orang Madura Pontianak Suhrotul Hasanah SALAH satunya tradisi yang ditradisikan oleh nenek moyang suku Madura, khususnya di Pontianak sampai saat ini adalah bubur merah putih atau tacin mera pote di Bulan Safar. Kita mafhumi, tolak bala menjadi bagian budaya Islam yang diperingati oleh sebagian umat Islam, termasuk orang Madura. Tolak bala adalah momen yang diperingati oleh sebagian kecil orang Madura pada umumnya. Tolak bala dilakukan untuk memohon perlindungan Allah SWT. atas segala bala atau bencana dunia. Tidak serumit prosesi adat seperti biasanya, tolak bala ini hanya dilakukan dengan cara salat dua rakaat saat malam Rabu minggu terakhir bulan Safar. Salat ini disebut dengan Salat bulan Safar Akhir. FILOSOFI BUBUR MERAH PUTIH Orang Madura lazim mengadakan selamatan yang berbeda Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 151
di tiap bulannya seperti pada bulan Safar akan diadakan selamatan dengan membuat tajin mera pote. Tajin mera dan tajin pote ini merupakan nama untuk pengganti bulan Safar sehingga orang Madura lebih mengenal bulan Safar dengan sebutan tajin mera. Demikian juga untuk bulan-bulan lainnya. Bulan Muharram lebih dikenal dengan tajin pettis. Seorang informan penulis mengatakan, “Orang Madura memang suka mengubah-ngubah,”1 saat ditanya asal mula tajin mera ini. Penamaan setiap bulan oleh orang Madura berbeda, dan disesuaikan pula bentuk tradisi atau perayaan masing-masing. Bubur merah putih (tacin mera pote) adalah makan tradisional yang diolah secara tradisional, dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kehidupan masyarakat madura. Bubur tersebut terbuat dari olahan santan dan tepung beras, yang di olah agak lama, sampai lembut dan biasanya diberi pandan untuk menambah harum makanan. Warna yang dihasilkan adalah warna putih dari santan dan tepung beras, kemudian warna merah dibuat dari warna gula merah dan tepung ketan. Penataannya juga sangat sederhana. Bubur lapis pertama adalah warna merah, yang kemudian dilapisi warna putih sedikit tepat di tengah bubur. Selanjutnya yang perlu dilakukan setelah bubur merah putih (tajin mera pote) masak yaitu terlebih dahulu menyisipkan tiga piring bubur itu untuk selamatannya dulu (rembe) kemudian baru dibagikan pada tetangga disekitar kampung itu juga, tidak lain untuk menjaga tali silaturrahmi terhadap masyarakat setempat. Berikut sekilas gambar bubur merah putih yang sudah siap saji:
1 Wawancara di Pontianak 25 Maret 2015. 152 Buku Pertama
Gambar 26.1. Bubur Merah Putih Jika orang sunda memosisikan bubur merah putih itu dibuat untuk merayakan kelahiranya seorang bayi, berbeda dengan orang Madura yang ada di pontianak, bubur merah putih atau tajin mera pote merupakan salah satu bubur yang dijadikan alat untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah SWT, sebagaimana Nabi Nuh mengungkapkan rasa syukurnya dengan memasak sisasisa bekal pada kejadian banjir bandang yang menimpa kaumnya yang ingkar. Rasa syukur ini pula di wujudkan oleh orang Madura sehingga muncullah tradisi bubur merah putih (tajin mera pote) ini. Orang Madura mengatakan bubur merah putih (tajin merapote) itu dibuat untuk merayakan saat datangnya pergantian bulan yaitu Bulan Safar, biasanya orang Madura menyebutnya Bulan Sappar. Selain itu orang Madura meyakini barang siapa yang tidak melakukan tradisi bubur merah putih ini, akan terjadi sesuatu yang buruk dalam hidupnya, entah itu sakit atau dirundung masalah yang sekiranya sulit untuk dihadapi atau susah untuk menemukan jalan keluarnya maka sebaiknya setiap bulan melakukan tradisi ini.2 Dari segi warna bubur putih merupakan lambang kebenaran dan kesucian hati yang selalu menang dalam catatan sejarah yang panjang, meskipun kemenangan itu tidak selamanya identik dengan kekuasaan, sedangkan bubur mera merupakan perbandingan yang 2 Wawancara dengan Muawanah (28) di Pontianak, 25 Maret 2015. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 153
selalu hadir dalam kehidupan didunia berpasang-pasangan, ada indah ada buruk, dan kebaikan ada kejahatan. Warna putih itu melambangkan sifat seseorang yang sudah jelas-jelas baik yang sudah ada pada diri seseorang (betek), sedangkan warna merah itu melambangkan sifat buruk atau baiknya seseorang.Kalau diartikan dari sisi negara, mereh putih itu sebagai simbol kebanggaan kita yang selama ini kita banggakan yaitu : bendera nasional Indonesia.3 Ada juga pendapat lain mengatakan bahwa warna merah putih merupakan simbol warna yang di informasikan dalam sejarah islam, ada sejarah panjang mengenai merah putih, kedua warna itu berasal dari warna bendera Rasullah Saw. Adapun Bulan Safar adalah nama bulan kedua dalam kalender islam atau kalender hijriyah yang berdasarkan tahun qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi) safar berada di urutan ke dua sesudah Bulan Muharrom. Asal kata safar dari shafar yang menurut bahasa berarti kosong. Bulan Safar ini merupakan bulan turunnya bala’ bencana dan malapataka, khususnya pada hari Rabu dan Minggu terakhir di Bulan Safar, dan biasanya akan diadakan shalat sunnah pada hari Rabu dan Minggu terakhir Bulan Safar. Ada beberapa kepercayaan masyarakat tentang adanya mitos bala’ tersebut pada Bulan Safar ini sebagaimana yang diyakini di kalangan orang suku Madura. Jika menikah pada Bulan Safar, orang yang menikah dan yang menikahkan bisa mempunyai banyak hutang.4 BEBERAPA NILAI POSITIF TRADISI Ada beberapa nilai-nilai positif yang terkandung dalam tradisi bubur merah putih (tajin mera pote) antara lain: pertama, nilai syukur. Rasa syukur yang muncul saat Allah SWT masih memberikan kita kesehatan dan rezeki, sehingga masih bisa menjalankan tradisi pembuatan bubur merah putih (tajin merah 3 Wawancara dengan Khairiah (24) di Pontianak, 28 Maret 2015. 4 Wawancara dengan Khairiah (24) di Pontianak, 28 Maret 2015. 154 Buku Pertama
pote), dan rasa syukur saat berdoa. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 7. Kedua, nilai silaturrahmi. Nilai silaturrahmi terlihat ketika warga setempat mengantarkan bubur merah putih ke tempat warga yang lain dan saling bertukaran bubur merah putih. Di situlah tali persaudaraan akan tetap terjaga. Silaturrahmi merupakan perbuatan yang shaleh yang akan memberikan kebaikan kepada kita semua, kebaikan di dunia dan akhirat, dan akan diberkahi di manapun kita berada. Silaturrahmi juga diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling menyapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Silaturahim bukan hanya ditandai dengan saling berjabat tangan atau maaf-maafan, tapi dengan memberikan makan juga bisa dikatakan silaturrahmi, dengan menjaga tali persaudaraan akan diberi rizki dan kepanjangan umur oleh Allah SWT. Dari Abu Hurairah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” Ketiga, nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan terlihat ketika keluarga berkumpul dan memakan bubur merah putih (tajin mera pote) bersama-sama, dan saat membantu menyiapkan bahanbahan dan alat-alat yang diperlukan saat membuat bubur merah putih. Karena nilai kebersamaan keluarga adalah hal yang tak ternilai harganya, manusia tidak akan pernah merasa lengkap atau sempurna jika tidak menjaga kebersamaan agar tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan isyarat QS asy-Syuraa ayat 23. Keempat, nilai sedekah. Nilai sedekah mulai terlihat ketika warga saling membagikan bubur merah putih atau bisa disebut dengan istilah tukar-menukar bubur merah putih dengan warga setempat. Dari Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah tidak mengurangkan harta, Allah tidak melebihkan seseorang hamba dengan kemaafan-Nya melainkan kemuliaan dan tidak merendahkan diri seseorang melainkan Allah mengangkatnya.”(Muslim, ad-Darimi dan Ahmad).*** Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 155
27 Keramat Bantelan Orang Dusun Kuayan Desa Mekar Jaya Sukma ISTILAH keramat memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sudah banyak orang yang mengangkat topik ini untuk dikaji, dibahas, dan diteliti. Namun topik ini selalu menarik untuk diangkat karena melekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Penelitian ini menyangkut tentang “Keyakinan orang tentang keramat bantelan Dusun Kuayan Desa Mekar Jaya. Hingga sekarang, tradisi tersebut masih berkembang secara turun temurun sebagai kearifan lokal Islami orang Dusun Kuayan Desa Mekar Jaya. Keramat bantelan adalah keadaan tempat yang dianggap membawa berkah. Pengertian keramat yang dianggap masyarakat telah menimbulkan salah kaprah. Keramat adalah asal kata dari “karamah”yang berarti kemuliaan. Keramat Bantelan terletak di Desa Mekar Jaya Kecamatan Sajad dan tepatnya di Kabupaten Sambas. Istilah keramat ini terdengar tidak asing lagi bagi orang setempat, karena biasanya tempat tersebut memang banyak dikunjungi masyarakat setempat - untuk yang konon katanya 156 Buku Pertama
– memberi perlindungan bagi anak-anak mereka yang hendak berpergian jauh meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari rezki. Tujuannya agar sampai ditujuan akan selamat dan terhindar dari mara bahaya. Menurut Pak M. Jayadi, salah satu warga setempat, keramat mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Keramat adalah keberkahan atau tempat suci. Tempat dimana makam tersebut sangat dipengaruhi oleh agama Hindu. Adanya budaya dan adat istiadat maupun tradisi masyarakat merupakan ciri khas dari masing-masing suku atau bangsa Indonesia. Jika salah satu nya hilang, adat dan kebudayaan tersebut akan habis ditelan zaman dan menghilang dengan sendirinya. Hal tersebut menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Jikalau misalnya ada acara kekeluargaan, hal ini yang membuat hubungan kekeluargaan semakin akrab dan langgeng. Islam memang tidak menganjurkan keramat dengan melakukan ritual atau sebagainya, melainkan kerjasama atau gotong royong warga setempat yang sangat diperlukan yang dapat menjaga nilai masing-masing insan manusia hingga terjaga dari godaan syetan, mulai dari taraf perkenalan hingga silaturahmi antar individu maupun kelompok. Dalam kaitan inilah, keimanan dan ketakwaan sangat berperan penting untuk menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Jikalau ditinjau lebih jauh sebenarnya keramat bantelan, konon katanya banyak pengaruh negatifnya. Karena di zaman sekarang masih mempercayai benda-benda yang berbau mistik. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Adapun dampak nya adalah banyak orang mempercayai hal-hal yang berbau mistik, misalnya “keramat membawa keberkahan dan melindungi kita dari mara bahaya yang ada disekitar kita”. Maksudnya, terhindar dari mara bahaya ketika hendak berpergian jauh atau melakukan perjalanan jauh. Kecuali pendapat negatif tentang Keramat Bantelan, hal Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 157
positif dari keramat bantelan: (1) Tempat berkumpulnya masyarakat setempat dengan sejumlah keluarganya guna memanjatkan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT.atas nikmat dan karunia yang diberikannya kepada kita. (2) Dapat menjalin hubugan yang erat dengan warga setempat. (3) Eratnya hubungan silaturahmi dan hubungan kekeluargaan. (4) Terciptanya masyarakat yang saling gotong royong dan kerjasama dalam membersihkan lingkungan masyarakat.***
158 Buku Pertama
28 Tradisi Sarakal Dan Barzanji Orang Melayu Kayong Utara Sumarno INDONESIA adalah salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun tradisi ber-Islam oleh umat Islam di Indonesia tidak sama seperti tradisi umat Islam yang ada di negara lain. Islam indonesia ialah islam yang memiliki berbagai macam budaya lokal, salah satunya ialah tradisi sarakal dan barzanji yang biasa dilaksanakan oleh suku melayu khususnya di Kabupaten Kayong Utara. Sarakal dan barzanji adalah sesuatu yang tidak asing lagi bagi orang Melayu Kayong Utara. Tradisi ini seolah-olah sudah menjadi kegiatan yang wajib dan harus mereka lakukan, hampir di setiap kegiatan apapun mereka selalu menyelipkan acara sarakalan dan barzanji ini untuk memulai, mengisi ataupun menutup suatu kegiatan yang ada pada saat itu. Tentu muncul dibenak kita suatu pertanyaan, mengapa sarakal dan barzanji selalu ada dalam kegiatan rutinitas orang Melayu di Kayong Utara?, dan sebenarnya apa sih isi dari barzanji itu?, sehingga masyarakat selalu mengisi acara mereka dengan Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 159
barzanji. Apakah barzanji itu suatu petunjuk?. Sarakal dan barzanji adalah doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad Saw, yang dilafadzkan dengan suatu irama atau nada-nada tertentu yang biasa dilantunkan ketika menyambut kelahiran anak, khitanan, tijak tanah, gunting rambut, pernikahan maupun pada saat maulid Nabi Muhammad Saw. Adapun isi dari sarakal dan barzanji itu bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw., yaitu dimulai dari sejak anakanak, remaja, dewasa hingga beliau di angkat menjadi seorang Rasul. Di dalamnya juga menceritakan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw, serta peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad Saw untuk dijadikan tauladan. Adapun nama barzanji diambil dari nama sebuah kitab atau buku yang ditulis oleh Syekh Ja’far Al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 M dan wafat tahun 1766 M. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj, karya tersebut sebenarnya berjudul ‘iqdal Jawahir, dari bahasa arab yang artinya (kalung Permat) yang disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Kembali ke tradisi sarakalan dan barjanzi di Kayong Utara, pembacaan sarakalan dan barjanzi pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik, misalnya pada saat kelahiran bayi, gunting rambut, khitanan, pernikahan, tijak tanah, maulid nabi dan upacara lainya. Di masjid-masjid atau di rumah-rumah biasanya orang-orang duduk bersimpuh atau bersila melingkar, lalu seseorang membacakan barjanzi yang pada bagian tertentu disahuti oleh jamaah lainnya secara bersamaan, dan pada bagian sarakal yang berisikan shalawat kepada nabi, semua masyarakat yang hadir diharuskan untuk berdiri dan bershalawat bersama-sama. Jikalau sarakalan dan barjanzi ini dibacakan pada saat acara gunting rambut bayi, maka ketika masyarakat bersarakal atau bersholawat dengan berdiri itu, tuan rumah menaburkan beras kuning dan uang recehan 160 Buku Pertama
sebagai rasa syukur dan tanda terimakasihnya kepada Allah dan masyarakat yang datang ke rumahnya. Ketika beras kuning dan uang recehan tersebut ditaburkan, saat itu pula orang-orang yang hadir berebut untuk mengambil uang yang telah ditaburkan, dan setelah upacara tersebut selesai, salah seorang dari mereka akan memimpin doa. Biasanya doa yang dibaca ialah doa selamat, tolak balak, dan doa-doa lainnya. Setelah semua selesai maka semua orang yang hadir dirumah tersebut diberi makan oleh tuan rumah, dan ada beberapa orang yang dikasi bunga telur. Adapun bunga telur itu ialah bunga yang terbuat dari kertas parade dan disusun rapi, yaitu ada telor, sabun, dan uang di puncak bunga tersebut. Biasanya bunga tersebut di berikan kepada orang yang memimpin pembacaan sarakalan dan barjanzi. Islam telah memandang positif atas tradisi sarakalan dan barjanzi ini, karena ketika tradisi ini diadakan, maka banyak sekali dampak positifnya, yaitu: pertama, bersalawat kepada Nabi secara bersamaan. Agama islam telah menganjurkan pada penganutnya untuk banyak-banyak bershalawat kepada Nabi. Selain itu di dalam kitab Barzanji itu terdapat sejarah serta kisah-kisah nabi, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga beliau di angkat sebagai seorang rasul, dan di dalamnya pula terdapat kisah-kisah yang bisa dijadikan tauladan, karena di dalam diri rasul itu terdapat tauladan yang baik untuk dicontoh, sebagaimana maksud firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21. Kedua, silaturahmi. Di dalam upacara tersebut sebagian orang berkumpul di dalam sebuah rumah, dan pada saat itu pula masyarakat dapat berbincang-bincang dan bermusyawarah untuk sering dan lain sebagainya sebelum acara dimulai. Dalam hal ini, Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan kepada kita untuk bersilaturahmi sebagaimana firmannya dalam surat AnNisa ayat 1. Nabi Muhammad juga pernah bersabda, Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan diperpanjang umurnya (kebaikannya) maka Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 161
bersilaturahmilah.” ( HR.Al-Bukhari ) Ketiga, sedekah. Setelah upacara selesai, maka semua masyarakat yang hadir di rumah tersebut diberi makan oleh tuan rumah, dan ada beberapa orang yang dikasi bunga telur. Adapun bunga telur itu ialah bunga yang terbuat dari kertas parade dan disusun rapi, yaitu ada telor, sabun, dan uang di puncak bunga tersebut. Biasanya bunga tersebut di berikan kepada orang yang memimpin pembacaan sarakalan dan barjanzi. Mengenai sedekah, baca firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 215.***
162 Buku Pertama
29 Tradisi Ngantar Ajong Orang Sambas Wulandari KABUPATEN Sambas bukan hanya memiliki panorama alam yang menarik, namun kawasan yang berada paling utara Kalbar dengan penduduk mayoritas Melayu ini, juga memiliki sejumlah kebudayaan yang cukup menarik. Terutama bagi mereka yang menyenangi wisaya budaya. Salah satunya adalah antar ajong, yang ada di Paloh, yaitu di Tanah Hitam. Antar ajong merupakan upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Karena mengacu pada waktu tanam, maka waktu pelaksanaan Antar Ajong biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar Juni atau Juli. Upacara ritual adat ini telah membudaya atau membaur dengan masyarakat setempat. Demikianlah antar ajung adalah tradisi orang Melayu Sambas Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 163
khususnya di daerah Tanah Hitam Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas. Antar ajung ini dilaksanakan apabila akan dimulai menanam padi atau disebut juga dengan menyemai benih padi yang baru dan selesai memanen kacang, karena di desa Tanah Hitam terdapat 2 musim yaitu musim padi dan musim kacang dan dilaksanakan 1 kali setahun. Acara ini dipimpin oleh beberapa orang yang dituakan oleh penduduk di desa tersebut yang biasa di sebut dengan pawang dan di percaya masyarakat sekitar, mereka yang memimpin acara ini mempunyai kekuatan magis untuk memanggil roh-roh jahat yang telah di anggap mengganggu tanaman padi dan kacang mereka pada tahun sebelumnya. Tujuan umum dari tradisi atau ritual antar ajung adalah untuk membuang roh-roh jahat pengganggu tanaman-tanaman padi yang diartikan dalam spritual agar padi yang ditanam bebas dari gangguan hama. Ajung ini sendiri menurut bahasa orang Melayu Sambas adalah alat dari kayu lempung yang dibuat bentuknya seperti perahu atau sampan kecil yang diberi layar seperti kapal layar pada zaman dahulu yang digunakan sebagai alat transportasi yang didesain seperti layaknya perahu layar sungguhan, tetapi bedanya dari segi fisik ajung ini bentuknya kecil dan di lengkapi dengan beberapa muatan di dalamnya seperi telur, ayam, ratteh, beras kuning, kue cucur, kue lubang lima, kelapa muda, emping, dan bahan lainnya. Apabila telah di sepakati hari dan tanggal pelaksanaan antar ajung tersebut, maka masyarakat khususnya laki-laki secara bersamasama mempersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti mencari kayu dan pohon di hutan untuk dijadikan bahan pembuatan ajung. Kayu yang dipilih adalah kayu lmpung agar ajungnya nanti bisa mengapung. Apabila kayu telah ditemukan maka, diadakan semacam renungan dengan membaca doa bersama dengan harapan tanaman padi nantinya akan terbebas dari gangguan hama penyakit dan acara ritual pelepasan ajung tersebut berjalan dengan lancar. Kesemua pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama dari proses memotong, membelah, mengasah, hingga mengecat agar 164 Buku Pertama
ajung tersebut lebih indah dan menarik. Sedangkan pihak permpuan bertugas untuk menyiapkan bahan-bahan seperti kue-kue dan peralatan lainnya yang memang sudah kewajiban perempuan. Antar ajung merupakan simbol kekompakan petani khususnya di daerah Kecamatan Paloh dan Teluk Keramat, karena para petani menganggap bahwa tanaman padi mereka akan selalu diganggu oleh roh jahat apabila tidak melakukan ritual ini. Oleh karena itu roh harus dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ajung yang di lengkapi sesajian oleh seorang dukun atau pawang untuk mengirim roh-roh jahat yang mengganggu tanaman tersebut ke laut lepas. Dulu antar ajung sebenarnya merupakan upeti yang di berikan oleh masyarakat Sambas kepada kerajaan Majapahit yang mewajibkan pembayarannya pada tiap setahun sekali. Waktu itu upeti dikirimkan dengan menggunakan sarana angkutan laut yaitu dengan menggunakan kapal layar. Setelah berpuluh-puluh tahun memberikan upeti pada kerajaan Majapahit, maka ketika Kerajaan Sambas yaitu Kerajaan Alwatzikhoebillah dipimpin oleh Sultan Muhammad Syafiudin, pembayaran upeti tersebut ditiadakan. Jadi, dapat diketahui bahwa tradisi ini diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Muhammad Syafiudin. Dia adalah sultan pertama dari Kerajaan Sambas yang memerintah dari 1631 hingga 1668. Alkisah Sultan Sambas untuk mengenang pembayaran upeti, Sultan Muhammad Syafiudin memerintahkan rakyat agar setiap akan memulai persemaian (tanam benih padi) terlebih dahulu melakukan ritual Antar Ajung hingga sebelum memulai persemaian padi maksudnya, agar hasil panen padi memuaskan. Sampai sekarang warga percaya, ritual antar ajung telah membuat hasil panen jauh lebih baik. Namun kemudian ritual itu hilang selama hampir 50 tahun lamanya. Hanya sebagian kecil dari masyarakat petani setempat yang masih mengingatnya dan melakukan tradisi tersebut secara individu. Namun guna menjaga agar budaya tersebut tidak punah, ritual Antar Ajung itu di munculkan kembali Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 165
oleh tokoh masyarakat setempat. Kini melalui upacara besar yang digelar setahun sekali tersebut, bukan hanya untuk membayar upeti saja, tetapi juga sebagai simbol kekompakan para petani dalam menanam.1 Berikut penjelasan tentang antar ajung. Pertama, tahap persiapan. Alat atau bahan yang di perlukan beras kuning, beras pullut, ratteh, kue cucur, emping, kue lubang lima, serabi, telur ayam kampung, telur matang, ketupat, pisang, pinang muda, kelapa muda, padi dan kebutuhan pokok lainnya yang jumlahnya serba sedikit. Sedangkan kayu untuk membuat ajung, kebanyakan dari kau pelaek yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu layar yang sesungguhnya di dalamnya terdapat berbagai bahan makanan yang tadi telah di sebutkan. Mengenai cara peletakan bahan yang disebutkan di atas, tidak ada aturan khusus tetapi yang harus di utamakan adalah semua bahan-bahan yang telah disiapkan tersebut bisa memenuhi ajung yang telah dibuat dan persis seperti manusia yang berdayung didalam perahu untuk berpergian jauh dan lama yang membawa bekalan agar di tengah lautan bisa makan dan tidak kelaparan.2 Kedua, tahap pelaksanaan, yang mencakup: (a) Tahap permulaan. Sehari sebelum ajung diantar didahului kegiatan yang disebut ratib. Ratib adalah suatu kegiatan mengagung-agungkan nama-nama Allah disertai doa selamat dan doa tolak bala. Sebelum ajung dilepaskan di laut, pada malam harinya dilakukan ritual besiak. Besiak adalah prosesi untuk menangkap roh-roh jahat. Untuk menggelar atau melaksanakan ritual besiak, sebuah panggung kecil yang telah dihias bercorak khas Melayu disiapkan. Di sekeliling panggungpun sudah dijejerkan ajung, sementara di tengah panggung disediakan aneka perlengkapan ritual seperti kemenyan, kue, cucur, pelepah pinang, beras kuning, ratteh dan 1 remajapaloh.blogspot.com/2012/06/08/antar-ajong-budaya-ora, diunduh 9 april 2015 pukul 13.00. 2 Wawancara dengan Pak Katong (45), tanggal 11 april 2015 pukul 15.30 166 Buku Pertama
lain-lain. Sebuah gentong atau tempayan berisi air benih padi pun di letakkan di tengah panggung. Air ini nantinya digunakan oleh warga untuk memandikan bibit padi yang baru. Berikutnya para pawang membaca jampi untuk menangkap roh-roh jahat. Ketika roh-roh itu sudah di tangkap, para pawan tersebut memasukkan roh-roh tersebut kedalam ajung beserta dengan semua sesaji. Dengan semua bawaannya, bobot satu ajung bisa mencapai 30 kg. Ketika besiak selesai, para pawang harus menunggui ajung yang telah diisi tersebut sepanjang malam takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti di ganggu oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab yang akan menggagalkan acara antar ajung nantinya. Tak semua orang dapat menjadi seorang pawang, karena orang-orang tertentu saja dan harus memiliki ikatan darah dengan para leluhur mereka yang juga pawang atau mendapatkan wangsit atau wahyu sebelum bisa dinobatkan sebagai pawang. Pelepasan ajung dari awal persiapan penentuan kapan waktu antar ajung sampai penari raddat yaitu tarian khas Melayu Sambas sekalipun yang lebih diutamakan adalah mereka yang di tuakan. Selain mereka lebih berpengalaman dan memahami betul prosesi tradisi ini, dan juga merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan bagi tetua atau sesepuh. Keesokan harinya, ajung lalu diturunkan ke laut bersama dengan sesajian yang telah dimasukkan ke dalam ajung tersebut. Upacara baru dinyatakan selesai setelah pawang menyatakan bahwa semua roh jahat yang ada dan potensial mengganggu telah di tangkap dan dimasukkan ke dalam ajung. Dengan demikian ajung-ajung tersebut sudah siap di hanyutkan ke laut. Prosesi antar ajung ini ada tiga fase yang pertama prosesi antar ajong seperti yang disebutkan diatas dan fase kedua adalah masa pemberitahuan dari penghuni ajung yang biasanya ada isyarat enam bulan kemudian yang intinya memberitahukan bahwa sudah saatnya musim panen dilakukan dan ini akan diiringi dengan masa makan amping. Selanjutnya adalah masa antar dengan bahan-bahan yang sudah dimasukkan ke dalam ajung tersebut dan jumlahnya Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 167
serba sedikit sebagai syarat. Ini diketahui dari pengakuan roh yang meminjam tubuh pawang. Ketika ditanya peradi, ia memperkenalka diri dengan nama yang berbeda-beda. Tak jarang juga ditemukan penonton yang ikut-ikutan di masuki roh. (b) Ritual pelepasan ajung. Sebelum ajung dihanyutkan kelaut maka diwajibkan untuk membaca doa dan diiringi dengan azan terlebih dahulu dan sehabis sholat dzuhur di hanyutkan. Sebelum pelepasan ajung ke laut lepas terlebih dahulu semua ajung dari amsing-masing desa yang ada di kecamatan Paloh dan Teluk Keramat disusun secara sejajar dipinggir pantai dengan corak dan warna yang sangat bervariasi. Sebelum itu juga terlebih dahulu di antar dengan tradisi joget bahkan pencak silat yang diiringi dengan bunyi-bunyian gendang tradisional masyarakat melayu setempat. Ketika perahu-perahu itu akan di lepaskan menuju laut lepas kira-kira pukul 2 siang, upacara ritual dimulai yang di tandai dengan pembakaran kemenyan dan membaca jampi-jampi oleh peradi sambil menghambur-hamburkan ratteh dan beras uning di sekeliling penonton, lalu di mulailah proses pemanggilan roh. Ketika memanggil roh, peradi dan pawang bersahut-sahutan melantunkan syair dan lagu khusus yang diiringi dengan pukulan gendang dan alat musik lainnya. Sebelum syair habis di lantunkan, tiba-tiba terjadi pada perubahan sang pawang. Tubuhnya berkelojotan dan matanya menjadi merah. Itu diyakini sebagai pertanda bahwa tubuhnya telah disusupi oleh roh. Peradi kemudian berkomunikasi dengannya dan menyatakan maksud pemanggilan. Roh baik yang datang itu diminta untuk menangkap roh-roh jahat dan memasukkannya ke dalam ajong. Pawang yang sudah dirasuki roh itu terkadang bertingkah aneh. Ada kalanya dia memanjat di atas atap, rumah, pohon dan sebagainya. Setelah itu, ia akan mengelilingi ajong sambil menaburkan ratteh atau mengipasinya dengan mayang pinang. Biasa pula ia minta di hibur terlebih dahulu dengan nyanyian dan tarian dan pemandangan seperti itu terlihat unik sekaligus menakutkan. Tak heran dalam 168 Buku Pertama
prosesi ini beberapa penari raddat telah di siapkan untuk menarikan tariannya. Uniknya disini, penari raddat yang ditampilkan terdiri atas ibu-ibu yang telah berumur, bukan para remaja. Usai acara hiburan tersebut dan setelah mendapatkan intruksi dari pawang, para pemilik ajung lalu memikul ajung mereka masing-masing kepesisir sungai untuk di lepaskan ke lautan lepas. Waktu dilakukan pelepasan antar ajung secara serentak dengan aba-aba berupa shalawat nabi, mereka berlari sejadi-jadinya menuju laut sambil membawa ajung tersebut ke bibir laut untuk dibiarkan bergerak menuju lautan lepas. Mereka baru kembali kedaratan setelah ajung dinilai aman berlayar. Karena kegiatan antar ajung sudah merupakan tradisi masyarakat Paloh, maka seluruh masyarakat khususnya di daerah tersebut akan datang berduyun-duyun untuk menyaksikan prosesi dan untuk mengetahui bagaimana perjalanan ajung-ajung tersebut menuju lautan lepas. Dipercaya oleh masyarakat sekitar, apabila ajung yang dilepas tersebut tidak mengalami hambatan itu tandanya semua yang akan di lepas itu sudah diberikan dengan rasa ikhlas dan tanaman yang akan ditanam akan menghasilkan hasil panen yang memuaskan sedangkan apabila proses perjalanan ajung tersebut dilepas mengalami tingkat kesulitan untuk berlayar maka di artikan bahwa belum adanya rasa keikhlasan.3 Inti dan maksud ritual antar ajong adalah mengumpulkan roh-roh jahat untuk kemudian mengirimnya pergi berlayar. Hal ini di lakukan agar roh-roh jahat penguasa segala hama, wabah dan bencana tidak mengganggu sawah, ladang, serta kebun warga. Sebagai imbalan warga memberikan bekal yang di perlukan roh itu selama berlayar berupa ratteh, beras kuning, garam, pisang, kelapa, kue cucur, ketupat dan barang-barang yang lainnya. Tujuan dari disiapkannya bahan yang sudah dimasukkan di dalam ajung adalah untuk menghibur roh-roh jahat itu supaya tidak marah dan merajuk. Ketiga, Tahap akhir. Pada saat pelaksanaan antar ajung selesai, 19.24.
3 Wawancara dengan Ibu Sinah (50), tanggal 11 april 2015 pukul
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 169
sore harinya dan sampai besok orang sekampung dilarang keluar rumah seperti bekerja di hutan atau berladang, apalagi melakukan pekerjaan seperti memanjat pohon, menebang kayu dan pohon sagu, serta tidak membuang sampah ataupun rumput dari sawah kedalam parit. Karena menurut kepercayaan masyarakat setempat jika pantangan tersebut di langgar akan membawa malapetaka dan hama-hama padi akan kembali menyerang tanaman padi. Supaya pantangan antar ajung bisa dijaga masyarakat, maka dibuatlah sanksi adat. Sanksi tersebut misalnya, jika ada yang menebang kayu di hutan akan dikenakan hukuman adat dengan membuat ketupat sebanyak seratus buah yang dibagikan ke tetangga terdekat dan membayar Rp 25.000,00 untuk di infakkan ke mesjid. Sementara bagi masyarakat yang melanggar pantangan membuang sampah di parit akan di kenakan hukuman adat dengan membayar 150 buah ketupat dan denda uang Rp 50.000,00. Hukuman adat memang ringan, tetapi sanksi moral dengan membagikan ketupat ketiap rumah dinilai sangat memalukan. ANTAR AJONG BAGI ORANG PALOH Paloh sebagai salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Sambas, memiliki kekayaan alam yang melimpah. Ini terbukti dari hasil tangkapan ikan dari para nelayan, lahan yang cukup subur terutama untuk perkebunan dan pertanian sehingga memungkinkan masyarakat di sana memilih bekebun dan bertani. Dengan alam yang begitu potensial tersebut sudah sewajarnya masyarakat setempat bersyukur kepada pencipta alam ini. Namun, kekhawatiran terhadap musibah yang melanda, wabah dan penyakit, kegagalan panen akibat hama dan berbagai gangguan terhadap desa mereka masih muncul disebagaian masyarakat ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk menanggulangi berbagai gangguan tersebut.
170 Buku Pertama
Gambar 29.1. Tradisi Ngantar Ajong Orang Sambas di Paloh Bagi mereka yang masih percaya bahwa segala gangguan itu bersumber dari roh-roh jahat yang menyebar di beberapa penjuru desa seperti di hutan, laut, gunung dan sebagainya maka salah satu tradisi lokal yang masih dilakukan adalah antar ajong. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, antar ajong dikenal masyarakat setempat sebagai salah satu media pengecoh roh-roh jahat yang menguasai lingkungan sekitar desa. Keberadaan antar ajong juga dirasakan manfaatnya oleh sebagian masyarakat. Dengan diadakannya antar ajong, masyarakat dapat mengetahui musim tanam padi yang sesuai dan tepat menurut kepercayaan setempat. Selain itu, kegiatan ini telah dijadikan masyarakat untuk mempererat hubungan silaturahmi di antara mereka. Dapat disaksikan dari persiapan antar ajong diawali dengan musyawarah antar tetua masyarakat, begitupula dimulai dari pencarian bahan ajong, pembuatan, penyediaan sesajian, sampai upacara ritual pelepasan ajong ke laut itu semua dilakukan secara bergotong-royong antar desa. Selain itu, antar ajong telah menjadi Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 171
sarana hiburan menarik baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat luar. Bahkan tradisi ini dapat digali dan dijadikan sebagai aset wisata yang menjanjikan sehingga imbasnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Paloh. Paloh menjadi salah satu tempat yang dikenali dengan ikon antar ajongnya. Di sela-sela acara tahunan ini masyarakat dapat berjualan sehingga menambah pendapatan mereka. Berdasarkan kepercayaan orang setempat di Paloh, tradisi ini memiliki makna dan tujuan tersendiri. Antar ajong telah mengalami pergeseran makna seiring zaman berlalu. Adapun tujuan utamanya adalah sebagai media penghibur roh-roh jahat yang ingin menggagalkan panen para penduduk setempat. Sebagai tradisi lokal yang turun-temurun, antar ajong memberikan warna tersendiri di dalam kehidupan masyarakat. Antar ajong menjadi simbol kekeluargaan, persaudaraan, dan penghargaan pada masyarakat setempat. Sedangkan sebagai aset wisata, menurut pemerintah setempat tradisi ini sangat potensial dikembangkan dan dilestarikan tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sebab, bagaimanapun bentuk tradisi lokal tersebut sudah tentu mengandung nilai-nilai luhur dari para pendahulu. Sebagai generasi harapan bangsa sepantasnya bersyukur dan menghargai hasil karya mereka. Dengan eksistensi ragam tradisi dan budaya ini maka bangsa Indonesia memiliki identitas tersendiri, memiliki tradisi, adat-istiadat yang jauh berbeda dan tidak ditemukan ciri khasnya di bangsa dan negara manapun.4 Kecuali itu, dalam pandangan Islam antar ajong memiliki beberapa nilai, ada nilai positif dan nilai negatif. Positifnya, antar ajong merepresentasikan: pertama, pentingnya bergotong royong. Dalam pandangan Islam gotong royong atau bekerjasama sangatlah baik, karena dalam kita saling berkerja sama maka hubungan sesama umat muslim semakin erat, tanpa ada rasa pamrih untuk menolong terhadap sesama. Maka sudah sepantasnya kita sebagai 4 Wawancara dengan Wiwin (25), tanggal 13 april 2015 pukul 20.16 172 Buku Pertama
umat muslim saling bergotong royong antar sesama manusia. Saling mengajak dan berbuat kebaikan, seperti apa yang Allah firmankan dalam QS at-Taubah ayat 71. Kedua, ikhlas. Ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataannya dan perbuatannya hanya untuk mengharap ridha dari-Nya tanpa mengharap suatu imbalan. Hal ini sejalan dengan maksud firman Allah dalam QS al-Hijr ayat 3940. Sementara hal negatif dari tradisi antar ajong bagi umat Islam, adalah syirik. Syirik yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang berbuat syirik inilah yang disebut dengan musyrik. Hal ini sejalan dengan isyarat al-Quran pada QS Luqman ayat 13, yang mengingatkan untuk menjauhi perbuatan syirik, yang dosanya berdasarkan maksud QS an-Nisa’ ayat 48 tidak akan diampuni oleh Allah SWT.***
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 173
30 Batu Akik Dalam Kepercayaan Orang Madura Pontianak M. Badaruddin Habibillah BATU Akik atau gemstone, beberapa waktu belakangan ini menjadi trend di Kalimantan Barat, bahkan mempengaruhi style banyak orang. Bukan hanya kalangan orang tua, anak muda, laki-laki atau perempuan. Bahkan, penulis sendiri pernah melihat dan terkaget ketika anak SMP memakai batu akik besar sampai-sampai jarinya tertupi oleh batu akik tersebut. Sebagian orang bahkan menjuluki zaman sekarang sebagai ‘zaman batu’. Bukan berarti sebutan zaman ini kita kembali lagi ke jutaan tahun yang sudah berlalu, tidak!! Tapi lebih dimaksud kan dengan trend dan gilanya orangorang memakai batu akik di jemarinya. Batu akik sendiri berasal dari nama sebuah gunung yang ada di Yaman. Tapi dalam Geologi, batu adalah benda padat yang terbuat secara alami dari mineral dan atau mineraloid. Pada awalnya batu akik adalah merupakan bagian dari batu permata yg terbentuk karena proses geologi, di mana unsur-unsur yang terkandung di dalamnya terdiri dari satu ataupun beberapa material kimia yang memiliki harga jual timggi dan banyak banyak dicari oleh para 174 Buku Pertama
kolektor. Pembentukan batu mulia bisa jadi akibat metamorfosa, diferensiasi magma, atau sedimentasi. Seperti aktivitas magma di dalam perut bumi yang bersuhu lebih dari 1000 derajat celciusterus bergerak dalam mantel bumi. Di luar mantel bumi terdapat kerak yang tersusun lempengan yang paling bertumbukan hingga kemudian menyebabkan keretakan. Akibat adanya tekanan yang kuat dari dalam, maka magma akan mencari jalan ke luar permukaan bumi. Ketika cairan yang sangat panas dan bertekanan tinggi mulai naik, cairan tersebut akan melebur berbagai batuan yang ada. Pada saat itulah terjadi perubahan hidrotermal atau proses pelarutan. Bebatuan akik akan terbentuk ketika larutan hidrotermal semakin mendingin karena adanya perubahan suhu yang disebabkan semakin dekat ke permukaan bumi. Dalam setiap pergerakannya menuju permukaan bumi, cairan tersebut akan mengisi rekahan, pori-pori batu atau bahkan fosil kayu sehingga menjadi batu. Setelah terbentuk menjadi batu akik, maka warna dari batu bisa saja memiliki satu jenis warna, atau terdiri dari beberapa warna. Bahkan, bentuknya pun bisa beraturan ataupun tidak beraturan.15 Pada dasarnya, batu permata dibedakan menjadi dua. Yaitu batu permata mulia, seperti intan. Kemudian permata setengah mulia seperti Ruby (mirah delima), kecubung (amethyst), blue saphir (nilam), mata kucing (cat eyes), zambrud (emerald), dll. Sedangkan di Indonesia, kita bisa menemukan 20 jenis batu mulia yang terdapat pada pulau sumatera, tepatya daru aceh hingga lampung. Seperti batu hijau lumut (indocrase), kemudian batu sungai daerah yang banyak ditemukan di daerah dhamasraya, sumatra barat. Di pulau jawa, dari daerah Banten hingga Trenggalek juga banyak ditemukan berbagai jenis batu permata. Sedangkan di kalimantan, terutama di Martapura, batu kecubung (Amethyst) adalah batu yang paling banyak di temukan. 1 http://id.m.wikipedia.org/wiki/batu_permata tanggal 14 April 2015. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 175
Gambar 30.2 Batu Akik dalam Berbagai Warnanya, Sebelum dan Sesudah Diikat Cincin
Banyak pertanyaan kalangan orang-orang awam tentang apa yang terkandung dan apa manfaat dari batu akik ini, apakah di dalam batu tersebut terdapat keajaiban, hal ghaib (mistik) atau sesuatu yang lain nya? Tentu ini menjadi sorotan para orang awam untuk mengetahui manfaat dari batu ini. Ternyata setelah saya banyak membaca dan mencari informasi dari beberapa informan tentang manfaatnya, beberapa khasiat dari batu akik ditinjau dari warnanya, sebagai berikut: 1. Hijau. Efek warna hijau dari batu akik dipercaya dapat menumbuhkan kasih sayang, memperkuat jantung, memperkuat otot-otot syaraf dan juga dipercaya dapat mengurangi emosi yang bersifat negatif. Batu akik yang memiliki warna hijau misalnya sepertibatu Giok, Zambrud, Peridot, Malasit Hijau, Batu Acan, dan masih banyak lagi. 2. Biru Muda / Hijau Kebiruan. Manfaat dari warna ini dipercaya dapat menyehatkan bagian leher, tenggorokan, serta bagian bahu, kemudian selain itu batu akik dengan warna ini juga dipercaya dapat melancarkan berbicara atau bernyanyi, serta dapat menimbulkan rasa kebijaksanaan. Batu yang memiliki warna dominan biru muda atau hijau kebiruan seperti akuamarin, pirus, malasit biru, topas biru, kuarsa biru, dan turmalin biru 3. Biru/ Biru Tua. Manfaat dari warna biru atau biru tua dari 176 Buku Pertama
4.
5.
6. 7.
8.
9.
batu akik dapat menumbuhkan kebijaksanaan, memperkuat mata dan telinga, mengembangkan intuisi, memperkuat daya ingat, bahkan dipercaya juga dapat meningkatkan kepekaan terhadap dunia supranatural. Batu akik yang memiliki warna biru atau biru tua seperti turmalin, safir, dan lapis lazuli Ungu. Warna ungu dipercaya dapat mengurangi emosi yang bersifat negatif, menumbuhkan ketenangan, membantu pengembangan kebathinan yang bersifat positif, serta menambah daya stamina pada tubuh. Batu akik yang memiliki dominan berwarna ungu adalah kecubung, serta turmalin ungu. Kuning/ Keemasan. Warna kuning atau keemasan yang dominan pada batu akik dipercaya dapat membantu memperkuat karakter masulin dan memperkuat tubuh secara keseluruhan. Misalnya batu topas kuning, citrin, safir kuning, dan mata kucing yang kekuning-kuningan. Orange. Warna orange atau merah jingga pada batu mulia dapat memberikan khasiat untuk memperkuat vitalitas serta daya kreatif. Misalnya seperti batu Permata Citrin, dan Carnelia. Merah Jambu. Memiliki manfaat kehangatan dan ketulusan yang daman dan positif, kehalusan cinta, serta memperkuat daerah jantung. Warna merah jambu pada batu permata dihasilkan dari kuarsa rose, turmalin, garnet dan koral. Merah. Pengaruh dari warna merah pada batu permata dapat meningkatkan hawa nafsu, menambah tenaga tubuh secara keseluruhan karena akan mempengaruhi peredaran darah, dan dipercaya dapat membuat lebih giat dalam bekerja. Batu permata dengan dominan warna merah misalnya, Ruby, Mirah Siam, Jasper, Garnet dan Koral. Coklat. Batu permata yang memiliki dominan cokelat meiliki manfaat yang berkaitan pada bagian paha. Dapat menambah ketenangan, memperkuat bagian kaki dan paha. Misalnya batu Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 177
topas cokelat, tiger eye, dan jasper. 10. Abu-Abu. Dipercaya dapat memperkokoh bagian kaki, menambah kesabaran, dan menjadi penyalur tenaga ke bumi. Batu permata dengan dominan warna abu-abu misalnya mata kucing, dan badar besi. 11. Hitam. Warna hitam pada batu permata dipercaya dapat memperkuat daya fokus, keteguhan, ketabahan, serta menambah ketenangan. Batu permata yang meiliki warna dominan hitam adalah seperti koral hitam, Onyx, Wulung, Safir Hitam dan semua jenis batu yang meiliki warna dominan kehitaman lainnya.26 Beberapa khasiat dan manfaat dari setiap warna yang dominan pada batu akik dan permata juga diyakini oleh sebagian orang Madura Pontianak. Tapi terlebih kita semua harus ingat, fungsi dari penggunaan batu permata pada dasarnya hanya sebagai hiasan dan acsessoris belaka. Di balik semua hal yang memiliki unsurunsur lainnya kembali pada kepercayaan masing-masing individu dalam memahaminya. Banyak beredar kabar yang membuat masyarakat menjadi bingung dan menjadi salah tanggap adalah bahwa batu akik selalu identik dengan benda-benda mistik, bertuah, syirik, musyrik, sihir, ghaib dan sebagainya. Tidak harus masyarakat memvonis pada penggemar batu akik sebagai kategori manusia yang musyrik dan menuhankan bebatuan, atau percaya selain kepada Allah SWT. Dalam hal ini penulis sudah menanyakan kepada orang di sekitar penulis yang gemar mengoleksi batu akik, bahwa banyak dari mereka menjawab karena saya suka saja menghias jemariku dengan acsessoris berupa batu cincin ini, sekedar itu saja. Tapi sebagian yang lain juga mempercayai adanya keajaiban dan keghaiban dari batu tersebut. Ada yang mempercayainya sebagai penarik rezeki, bisa membuat bisnis yang sudah kita kerjakan itu 2 http://akikpedia.com/akik-news/item/145-khasiat-batu-akik-dilihat-dariwarnanya.html, tanggal 10-04-2015, 178 Buku Pertama
bisa lancar dan lain sebagai nya. Itu semua kita kembalikan kepada Sang Kuasa, karena segala yang ada di langit dan di bumi adalah ciptaanya. Dalam hal ini penulis sempat mewawancarai seorang informan dalam kaitannya dengan batu akik ini, beliau menjelaskan dengan apa yang pernah beliau rasakan akan keajaiban pada batu akik, percaya tidak percaya beliau pernah bermimpi ketika pada hari itu beliau mengalami musibah. Di dalam mimpinya beliau bertemu dengan orang bergamis putih, orang bergamis putih itu menawarkan batu yang khasiatnya bisa mengobati penyakitpenyakit tertentu, ketika beliau bangun dari mimpi itu, tepat ketika bangun di depan matanya ada batu yang ditawarkan orang bergamis putih yang ada pada mimpinya itu. Hal ini menyimpulkan bahwa ada jenis batu yang sifatnya alami ada juga yang ghaib. Di kalangan orang Madura memang punya kepercayaan akan batu ghaib tersebut, batu ini tidak diambil dari alam melainkan batu ini ada sendirinya, kebanyakan buntat ini didapat dari hewan, pohon, sarang binatang, buah-buahan dll. Masyarakat sekitar menyebut batu itu dengan sebutan (buntat). Apa sebenarnya kelebihan dari buntat menurut mereka? Penulis berbanding argumen dengan orang-orang yang mempercayai itu, bahwa apa sebenarnya yang ada dalam buntat tersebut? Orang-orang yang ada disekitar penulis yang pada saat itu saya tanyakan, mereka menjawab bahwa buntat ini bukan sembarangan batu, batu yang ada pada jarimu itu batu biasa, sudah banyak orang mengunjunginya. Tapi buntat ini lain dengan batu yang ada, ada keistemewaannya dari buntat ini. bahwasannya buntat tertentu bisa menyembuhkan penyakit tertentu, misalkan perempuan yang sedang dalam keadaan menstruasi, jika air bekas rendaman buntat itu diminum, maka insyaallah rasa sakit ketika menstruasi tersebut sembuh. Tapi dengan syarat, jadikan apa yang anda alami ini hanyalah perantara saja dan yang menyembuhkannya Allah SWT. Karna musyrik apabila mempertuhankan sesuatu selain Allah SWT. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 179
Bagaimana dengan pandangan Islam? Sudah jelas bahwasanya jika percaya kepada selain kepada allah maka dikatakan musyrik. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS.An-Nisa:48) Jadi, apakah didalam islam boleh memakai batu cincin?. Dalam kajian hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menjelaskan bahwa cincin Rasulullah SAW terbuat dari perak dan batu mata cincinnya berasal dari Negeri Habasyi. Beberapa riwayat menerangkan bahwa Nabi sendiri juga mengenakan cincin yang terpasang di jari kelingkingnya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Anas bin malik, cincin Rasulullah terbuat dari perak dan batunya merupakan batu Habasyi. (HR. Muslim dan tirmidzi). Hadits ini diderajatkan hasan shahih dan dishahihkan oleh AlBani. Dalil di atas menunjukkan bahwa pada zaman Nabi batu akik cincin ini sudah ada dan Rasulullah memakainya. Dan dalil ini mengungkap bahwa boleh memakai batu akik cincin, akan tetapi apabila memakai akik dengan tujuannya lebih condong pada kemusyrikan seperti bisa untuk kewibawaan, tentram dll, atau untuk pamer atau riya’ maka hukumnya haram.***
180 Buku Pertama
Index
A
B
abortus (aborsi) 13 Abu Ayyub Al Anshori 39 ‘alaqah (segumpal darah) 14 Alo’ Galing Lassong Laban 125 Alwatzikhoebillah 116, 120, 165 ambengan 83 Antar ajung 164, 165 aqiqah 19, 20, 21 ari-ari (plasenta) 10, 12 As Syam 116
Babai Cinga 142 bala’ 26, 39, 79, 111, 112, 135, 136, 154 bancakanweton 81 Banjar iii, iv, viii, 51, 136 Banten 79, 175 BARZANJI 159 BATU Akik 174 Belanda 35, 117, 121, 123 Bepallam 103 bepapas 136, 146, 147, 150 bergotong royong 172, 173 Besiak 166 betangas 6, 7, 8, 9, 103 Bubur Suran 83, 85
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 181
Budaya Popat Asam 31 budhayah 130 Bugis viii, ix, 1, 4, 136, 137, 138 bulan Safar 151, 152 bulan sya’ban 25
H
C
Ibnu Taimiyah 39 Ibrahim as 57, 60 ijab kabul 101, 131 Islam Mataram 79
Cikram 101 Cina 97, 115, 121 cucor 46, 48, 49 cucur air mawar 130, 131, 132, 133 cumpalek 142, 143, 144, 145 D Dara Nate 142 Desa Mekar Jaya 156 Desa Sijang 57, 60, 61 Dukon rembik 94 E ELLA HILIR 71 F facisme jepang 116 G Garba Wedana 92 Gramawedha 78 Gunteng rambot 135
182 Buku Pertama
Hidbah 102 hidrotermal 175 Hindu 77, 87, 92, 146, 157 I
J janur 83, 84 Jenang abang 81 JU. Lontaan 115 K Ka’bah (bayt Allah) 60 Kabupaten Kayong Utara viii, 76, 83, 159 Kabupaten Kubu Raya 1 Kabupaten Melawi viii, 31 Kabupaten Mempawah 19 Kabupaten Sambas 6, 57, 62, 97, 106, 115, 117, 118, 120, 156, 164, 170 Kabupaten Sanggau 25, 142 Kalimantan barat 98 Kapuas Hulu 35 karapan sapi 46 kasur pangkeng (tempat tidur dari besi) 2 Kayong Utara viii, ix, 76, 77,
78, 83, 87, 159, 160 Kecamatan Galing 57 kecamatan Meliau 25 Kecamatan Paloh 164, 165 Kecamatan Sajad 156 Kecamatan Sungai Kakap 1 kelambu vii, 1, 2, 3, 4, 5 Kerajaan Sambas 98, 99, 116, 117, 165 keramat 87, 116, 156, 157, 158 keramat bantelan 156, 157, 158 khitanan 1, 160 KH Noer Hidatulloh Dawami 18 Kitab Hindu Upadesa 92 Kulupan 80 L leak 88 lek-lekan 76, 87 LINGGANG KANDUNG 35 Lubuk Madung 6, 116, 118 M Madura iii, iv, viii, ix, 1, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 65, 66, 67, 68, 69, 91, 151, 152, 153, 154, 178, 179 Majapahit 98, 99, 165 manik-manik 71, 72, 74 mappas 149
Melayu Putussibau viii, 35 menstrual regulation 13 mitoni 92 mituhu 84 Muare Ulakkan 6, 116, 118 mudghah (sepotong daging) 14 Mustika Bintang 98, 99 N naek ayon 135, 136, 137 nazar 59 Nenek Me’esu 72 Nenek Nyai 72 Ngamping ix, 121, 122 NICA 117 O olee olang 46 orang Sintang 88, 89 P Padi ampingan 121, 122, 123 Paloh 98, 99, 116, 163, 164, 165, 168, 169, 170, 171, 172 Pangkalan Jawai 99 patlau 112 pelet betteng 91, 92, 93, 94, 95 penanggal kepala 88, 89, 90 Pencak silat 15, 16, 17, 18 pespas 95 Punggur kecil 1
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 183
R raddat 167, 169 Raden Bima 6, 117, 118 Raden Dewi Kencana 121 Raden Janur 98, 99 Raden Sulaiman 116, 120 Rajawedha 78 Ratu Keraton Sambas 121 regeng 84 S Sambas vii, viii, ix, 1, 6, 7, 9, 57, 60, 62, 63, 64, 97, 98, 99, 106, 108, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124, 125, 134, 135, 137, 140, 146, 147, 150, 156, 163, 164, 165, 167, 170, 171 sampang 52, 53 sanepo 85 sanggan 93, 95 saprahan 139, 140 Sarakal 159, 160 SELAMATAN 1 SURO 76, 78 Serambi Mekah 98, 116 sesaji 2, 3, 167 Siti Maryam 94 Sultan Agung 77, 78, 87 Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin 116 Sultan Muhammad 184 Buku Pertama
Syafi’oeddin II 118, 119 Sultan Muhammad Tajuddin I 6, 118 Sungai Sambas Kecil 121 sungai Subah 117 Sungai Teberau 118, 121 T tahayul 142, 143 tahlilan 25, 26 Tahun Saka 77, 87 tajin mera pote 152, 153, 154, 155 tambol 63 Tanah Hitam 61, 163, 164 Tanjung Tengang 31 telonan 92 tepong taber 92, 94 TEPUNG TAWAR 134 tijak 65, 66, 67, 160 tingkepan 92 tirakatan 76, 87 Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir ( TTKKDH ) 16 Tolak bala 22, 151 Toron tanna 65, 66, 68, 69 TRADISI BEROWAH 25 tuguran 76, 87 TUMBANG APAM 51
V Van Kessel 35 W walimah 71, 106 Y Yasinan 28
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 185
186 Buku Pertama