Transformasi Tipologi Kata tipologi terdiri atas type yaitu berasal dari kata typos (bahasa Yunani), yang bermakna impresi, gambaran, bentuk, jenis atau karakter suatu objek sedangkan logy adalah ilmu yang mempelajari tentang sesuatu, Sehingga tipologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang impresi, gambaran, bentuk, jenis atau karakter dari suatu objek. Tipologi dapat juga diartikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar, seperti yang diungkapkan oleh Ching, FDK (1979), bahwa ada kecenderungan untuk mengelompokan unsur-unsur dalam suatu posisi yang random, baik berdasarkan kepada kekompakkan perletakkan, maupun karakteristik visual yang dimiliki. Hal ini diungkapkannya saat mendapatkan hampir dari semua bangunan pada umumnya selalu memasukkan unsur-unsur yang sifatnya berulang seperti kolom dan balok yang berulang-ulang mengikuti modular tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ti pologi merupakan sebuah metode ataupun konsep yang berupaya untuk mengklasifikasikan sebuah objek bangunan atas dasar kondisi dan kesepakatan bagi terciptanya kesamaan bahasa (komunikasi) dengan berdasarkan atas; fungsi, geometrik, langgam, warna, skala, tekstur, bentuk, garis, kebudayaan, sosial-politik, dsb. Hal ini berarti ada satu tipe-tipe tertentu dari suatu bangunan yang akan membentuk satu karakter, ciri atau image yang secara “general” dapat dijadikan patokan untuk dapat dikelompokan, seperti warna, skala, tekstur, garis, bentuk, potongan-potongan bidang maupun ruang. Transformasi tipologi dapat dilakukan dilakukan dengan mencampurkan mencampurkan dua tipe dengan menambahkan ciriciri dari yang satu ke yang lain atau memperluas dan melebih-lebihkan suatu ciri dari tipologi tertentu melalui perubahan skala. Suatu desain akan mengalami transformasi typologic salah satu penyebabnya ketika desain tersebut memiliki kaitan budaya suatu daerah, memberikan image tentang daerah atau budaya tertentu. Seperti bangunan igloo rumah orang Eskimo atau tepee, rumah bagi orang Indian.
Suharjanto, Gatot. 2013. KETERKAITAN TIPOLOGI DENGAN FUNGSI DAN BENTUK: STUDI KASUS BANGUNAN MASJID. Jurnal. Binus University. Wedhantara. 2014. TRANSFORMASI TIPOLOGI DENAH BALE DAJA PADA COTTAGE HOTEL RESORT TELUK LEBANGAN. Artikel Ilmiah. Universitas Brawijaya. Erdiono, Deddy, dkk. 2012. STUDI PENGAMATAN TERJADINYA POLA PERGESERAN FUNGSI RUANG PADA BANGUNAN RUMAH-TOKO DI MANADO. Jurnal. Universitas Sam Ratulangi.
Transformasi Pragmatis
Desain Pragmatis (Pragmatic Design). Penciptaan bentuk tiga dimensional atau proses desain secara pragmatis, mengacu pada proses coba-coba / mencoba-coba (trial and error) , dengan memanfaatkan berbagai sumber daya (material) yang ada sedemikian rupa memenuhi maksud yang ingin dicapai. Menurut Broadbent proses desain secara pragmatis ini dipandang sebagai cara pertama yang dilakukan manusia dalam menciptakan suatu karya arsitektural. Sekalipun demikian metode pragmatis ini tetap dipergunakan juga dimasa sekarang, khususnya dalam kaitan dengan upaya pemanfaatan material-material baru.Teknologi konstruksi yang baru juga sering didasari pada proses pragmatis ini. Pada desain pragmatis, para arsitek atau perancang bangunan mengadakan percobaan-percobaan dengan jalan melakukan coba-coba atau trail and error. Dalam pendekatan ini para arsitek telah berupaya melakukan kegiatan coba-coba atau mencoba dalam upaya penggalian bentuk arsitektural dalam proses perancangan arsitekturnya. Adakalanya kegiatan mencoba atau coba-coba ini mengalami kegagalan atau ketidak-sesuaian atau ketidak-cocokan, maka mereka melakukan lagi ulangan terhadap kegiatan percobaannya. Suatu desain akan mengalami transformasi pragmatik ketika desain tersebut mengunakan bahan material sebagai dasar pengolahan bentuk atau sebagai raw material-nya. Pawitro, Udjianto. 2017.
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM DESAIN ARSITEKTUR DAN STRATEGI
MENDAPATKAN PENGALAMAN BER-ARSITEKTUR .
Jurnal. Institut Teknologi Nasional Bandung