MAKALAH
TUMOR TULANG
Dosen Pembimbing : Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep
Oleh Kelompok 5:
1. Hamim Hidayatullah (14201.06.140)
2. Hasanah (14201.06.14016)
3. Mu'alfah Wulandari (14201.06.14028)
4. Nurul Jazilah (14201.06.14032)
5. Susilowati (14201.06.14038)
6. Syamsiah Chandrawati (14201.06.14040)
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN – PROBOLINGG
TAHUN AJARAN 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Tumor Tulang Maligna dan Benigna
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
Sistem Muskuloskeletal
Mengetahui,
Dosen Mata Ajar
Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di
STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul
"MAKALAH TUMOR TULANG" dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami
juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok
pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Kusyairi, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep. sebagai Dosen Wali S1 Keperawatan
Tingkat 2
5. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep sebagai dosen mata ajar Sistem
Muskuloskeletal
6. Santi Damayanti,A.Md. sebagai ketua perpustakaan STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
7. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa
sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Probolinggo, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 TujuanManfaat 2
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian 4
2.2 Etiologi 5
2.3 Patofisiologi 5
2.4 Tanda dan gejala serta stadiumnya 7
2.4 Faktor resiko 8
2.5 Manifestasi Klinis 8
2.6 Klasifikasi dan stadium ulkus dekubitus 8
2.7 Perawatan Luka Dekubitus Berdasarkan Derajat 9
2.8 Pencegahan Luka Dekubitus 10
2.9 Proses penyembuhan 11
2.10 Pemeriksaan Diagnostik 12
2.11 Penatalaksanaan Medis 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 13
3.2 Diagnosa Keperawatan 14
3.3 Intervensi Keperawatan 14
3.4 Evaluasi 16
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Neoplasma dari sistem moskuloskeletal terdapat berapa jenis .
Neoplasma tersebut mencakup tumor-tumor osteogenik, kondrogenik,
fibrogenik, otot dan sumsum tulang juga saraf, vaskular, dan tumor sel
lemak. Neoplasma tersebut dapat juga merupakan tumor primer atau tumor
metatastik merupakan kondiisi yang umum dari pada tumur tulang primer
(Diane, 2000)
Sjamsuhidayat R (1997), membagi bahasan neoplasma pada system
muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan
neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ
besar biasanya disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma,
karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan tumor
dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam golongan ini.
Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan
metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang
tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan
osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area terbatas,
dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang
menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup
osteosarkoma dan multiple myeloma (Reeves, 2001).
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya
penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang,
otot, atau jaringan penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap
awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering
ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya
terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid.
Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer
dan memiliki prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering
bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.
2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian tumor tulang?
1.2.2 Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
klasifikasi, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi dari tumor
tulang?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang kanker tulang.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang kanker tulang maligna dan benigna.
2. Untuk mengetahui perbedaan kanker tulang maligna dan benigna.
4. Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, makalah ini sebagai bahan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa berhubungan dengan
materi tumor tulang maligna dan benigna sehingga peserta didik dapat
menelaah suatu fenomena kesehatan yang spesifik mengenai tumor tulang
maligna dan benigna.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Bagi profesi kesehatan makalah ini dapat dijadikan suatu
referensi mengenai tumor tulang maligna dsn benigna.
1.4.3 Bagi Mahasiswa/i
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun
pembaca adalah untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang
tumor tulang maligna dan benigna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara
cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari
dalam tulang, jaringan, atau sel kartilago yang berhubungan dengan
epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang (Suratun, 2008).
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus
menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor /
incoplasma dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan
atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau
dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir
ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu
C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif
dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya
seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer, 2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan
tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma
(STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk
mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah
diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya
STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2
(Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein
yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas
gen tersebut.
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya
sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan
radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu
antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat
menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-
mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat
obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
2.3 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia,
rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik
(bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau
berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau
bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan
cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup
ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti
kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian
alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan
sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat
tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom
sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
PATHWAY
2.4 MANIFESTASI KLINIS
"Jenis "Gambaran klinis "
"ASAL OSEUS " "
"Kondrosarkoma "Berasal dari kartilago "
" "Tidak nyeri; tumbuh lambat; rekuren dan "
" "invasif secara lokal "
" "Muncul paling sering pada panggul, femur "
" "proksimal, kosta, dan gelang bahu "
" "Biasanya diderita pria berusia 30 hingga "
" "50 tahun "
"Sel tumor raksasa "Berasal dari sel tumor raksasa maligna "
"maligna "Ditemukan yang paling sering di tulang "
" "panjang, terutama di area kulit "
" "Biasanya diderita wanita berusia 18 hingga"
" "50 tahun "
"Sarkoma osteogenik "Tumor osteoid tampak pada specimen "
" "Tumor tumbuh dari osteoblas pembentuk "
" "tulang dan osteoklas pencerna tulang "
" "Muncul paing sering pada femur, namun juga"
" "tibia dan humerus; terkadang, pada fibula,"
" "ileum, vertebra, atau mandibula "
" "Biasanya diderita pria berusia 10 hingga "
" "30 tahun "
"Sarkoma osteogenik "Tumbuh pada permukaan tulang daripada "
"parosteal "bagian interior "
" "Perjalanan penyakit berlangsung lambat "
" "Terjadi paling sering pada femur distal, "
" "tetapi juga tibia, humerus dan ulna "
" "Biasanya diderita wanita berusia 30 hingga"
" "40 tahun "
"ASAL NON – OSEUS " "
"Kordoma "Dihasilkan dari remnanst embrionik "
" "notokord "
" "Berlangsung lambat "
" "Biasanya ditemukan pada ujung kolumna "
" "spinalis dan stenooksipital, "
" "sakrokoksigeal, dan area vertebra "
" "Ditandai dengan konstipasi dan gangguan "
" "penglihatan "
" "Biasanya diderita pria berusia 50 hingga "
" "60 tahun "
"Sarkoma Ewing "Berasal dari sumsum tulang dan menyerang "
" "gugusan tulang datar dan tulang panjang "
" "Biasanya menyerang ekstremitas bawah, "
" "paling sering femur, tulang inominata, "
" "kosta tibia, humerus, vertebra, dan "
" "fibula; dapat bermetastasis ke paru "
" "Nyeri semakin hebat dan persisten "
" "Biasanya diderita pria berusia 10 hingga "
" "20 tahun "
" "Prognosis buruk "
"Fibrosarkoma "Relatif jarang "
" "Berasal dari jaringan fibrosa tulang "
" "Menyerang tulang panjang atau datar "
" "(femur, tibia, mandibula) namun juga "
" "menyerang otot periosteum dan otot "
" "penunjang "
" "Biasanya terjadi pria yang berusia 30 "
" "hingga 40 tahun "
.
4. KLASIFIKASI TUMOR TULANG
Klasifikasi tumor tulang antara lain:
1. Tumor tulang benigna, terdiri dari:
a. Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relatif jarang
terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b. Kondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada
lengan, kadang-kaang terdapat pada tulang datar seperti tulang
ilium.
c. Osteokondroma, bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel
yang tertinggal pada permukaan tulang.
2. Tumor tulang maligna, terdiri dari:
a. Tumor tulang maligna primer:
1) Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang.
Karena itu, tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif,
terutama di bagian distal femur bagian proksimal tibia dan
humerus.
2) Sarkoma Ewings, adalah tumor ganas yang timbul dalam sum-sum
tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula,
humerus, ulna, vertebra, dan skapula.
3) Mieloma multipel, secara patologi, terdapat fokus destruksi
tulang yang multipel.
4) Fibrosarkoma adalah tumor yang biasanya menuju arah ujung
orpus tulang panjang, terutama tulang femur dan tibia.
5) Kondrosarkoma timbul ari ujung tulang panjang yang besar atau
dari tulang pipih, seperti pelvis an skapula.
b. Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metastase tumor
(misalnya, tumor payudara, bronkus, prostat, dan ginjal).
3. Kangker tulang metastatik
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering
dari tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan
tubuh mana saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi
tulang lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor
tulang primer.
Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah
karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid.
Tumor metastatik paling sering menyerang kranium, vertebra, pelvis
femur dan humerus.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali
fosfatase serum meningkat (pada sarkom).
2) Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang
karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih
atau hitungan trombosit.
3) Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang
disebut basa phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma
b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif
biaya penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang
dicurigai. Pasien yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin
memiliki kanker tulang yang mendasari yang dapat diduga pada x ray.
Jika sinar x sugestif dari kanker tulang pasien disebut spesialis
untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan
magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ
tubuh. Ini mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran dan
penyebaran setiap kanker tumor dalam tulang.
3) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang
melihat ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat
mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker
tulang. Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang
terkena dampak dari tulang dan menodai dengan pewarna cocok pada slide
dan memeriksa sel sampel di bawah mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas
kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam
perencanaan manajemen kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil
dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode
- inti biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan
setelah menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke
dalam tulang dan sampel jaringan akan dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter
bedah membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan
menghapus bagian yang lebih besar dari tulang untuk analisis.
6. PENATALAKSANAAN
a. Terapi
"Jenis "Terapi "
"ASAL OSEUS " "
"Kondrosarkoma "Hemipelvektomi, reseksi bedah (kosta) "
" "Radiasi (paliatif) "
" "Kemoterapi "
"Sel tumor raksasa "Kuretase "
"maligna "Eksisi total "
" "Radiasi untuk penyakit rekuren "
"Sarkoma osteogenik "Pembedahan (reseksi tumor, amputasi "
" "paha, proksimal, hemipelvektomi, bedah "
" "interskapulotorasik) "
" "Kemoterapi "
"Sarkoma osteogenik "Pembedahan (reseksi tumor, amputasi "
"parosteal "paha, proksimal, hemipelvektomi, bedah "
" "interskapulotorasik) "
" "Kemoterapi "
" "Kombinasi di atas "
"ASAL NON – OSEUS " "
"Kordoma "Reseksi bedah (biasanya menybabkan defek"
" "neural) "
" "Radiasi ( paliatif atau bila pembedahan "
" "tidak dilakukan, seperti pada area "
" "oksipitalis) "
"Sarkoma Ewing "Radiasi tegagan tinggi (tumor sensitif "
" "terhadap radiasi) "
" "Kemoterapi untuk memperlambat metastasis"
" " "
" "Amputasi hanya bila tidak ada bukti "
" "metastasis "
"Fibrosarkoma "Amputasi "
" "Radiasi "
" "Kemoterapi "
" "Tandur (graft) tulang (pada fibrosarkoma"
" "derajat ringan) "
b. Pengobatan
1) Kemoterapi, seperti gemsitabin dan dosetaksel
2) Analgesik, seperti morfin, oksikodon, hidrokodon dan fentanil
c. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi
insterskapulotorasika atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang
terkena di atas bantal selama 24 jam pertama. (Hati – hati jangan
membiarkan posisi punting selama 48 jam karena dapat menyebabkan
kontraktur).
7. KOMPLIKASI
a. Infeksi
b. Hemoragi
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Assesment)
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang
terdekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat
perkembangan pada neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan.
Seseorang yang terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam
pekerjaannya, status kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu
diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu
diidentifikasi (misal; penyakit DM yang merupakan predisposisi
penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan
karena kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga
tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas legamen khususnya
pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu
makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta
protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan
aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membewa benda-benda berat yang
dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya
melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau
trauma dapat timbul pada olahraga
g. Pemeriksaan Fisik
1) Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan
kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus
dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya
terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan
abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk
mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya
amato kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas,
lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan.
2) Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada
dan konkaf pada sepanjang leher dan pinggang. Deformitas
tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis
(deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan
kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis (
membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang
berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada
pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui
penyebabnya) atau akibat kerusakan otot paraspinal misalnya
pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan
karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat
gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa
kurvatura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari
pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri
di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu
dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri
bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa
dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan
(fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura
lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis
pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol,
akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan
mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang
rawan dan tulang belakang.
2. Diagnosa (Masalah Keperawatan)
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya proses penyakit.
b. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan adanya pembesaran massa.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Intervensi dan implementasi (perencanaan tindakan keperawatan)
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
"Tujuan dan Kriteria Hasil "
"Intervensi "
" "
"Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x24 jam "
"pasien dapat mengontrol nyeri. "
" "
"Kriteria Hasil: "
"Mengenali faktor penyebab. "
"Mengenali gejala-gejala nyeri. "
"Melaporkan nyeri sudah terkontrol. "
" "
" "
" "
"Observasi TTV "
"Observasi karakteristik nyeri "
"Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi "
"Batasi pengunjung "
"Anjurkan klien untuk beristirahat "
"Ambulasikan klien sesegera mungkin "
"Kolaboraikan dengan pemberian obat anakgesik sesuai indikasi "
" "
" "
" "
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik.
Intervensi:
"Tujuan dan Kriteria Hasil "Intervensi "
"Tujuan: Setelah dilakukan "Hindari sabun alkali, berikan "
"tindakan keperawatan selama "minyak kalamin sesuai "
"......x24 jam tingkat "indikasi. "
"mobilitas pasien meningkat "Anjurkan menggunakan buku- "
" "buku jari untuk menggaruk "
"Kriteria Hasil: "(bila tidak terkontrol) "
"Keseimbangan tubuh "Berikan massae pada waktu "
"Posisi tubuh "tidur "
"Gerakan otot "Hindari komentar tentang "
"Gerakan sendi "penampilan pasien "
" "Berikan obat ssuai indikasi. "
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Intervensi:
"Tujuan dan Kriteria Hasil "Intervensi "
"Tujuan: Setelah dilakukan "Pahami perspektif pasien "
"tindakan keperawatan selama "terhadap situasi stress "
".......x24 jam pasien dapat "Temani pasien untuk memberikan "
"mengontrol cemas. "keamanan dan mengurangi takut "
" "Berikan informasi mengenai "
"Kriteria Hasil: "diagnosis, tindakan, prognosis "
"Monitor intensitas kecemasan "Motivasi pasien agar dapat "
"Menyingkirkan tanda kecemasan "mengurangi kecemasan "
"Menurunkan stimulus lingkungan "Dorong pasien untuk "
"ketika cemas "mengungkapkan perasaan, "
"Merencanakan strategi koping "ketakutan, persepsi "
"untuk situasi penuh stres "Kolaborasi dengan tim medis "
" "dalam pemberian obat untuk "
" "mengurangi kecemasan "
4. Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien
berkurang atau hilang.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melakukan ambulasi mandiri.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien
dapat berkurang dan termosivasi untuk sembuh
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara
cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya
tumor masih belum dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang
memungkinkan terjadinya tumor tulang, yaitu genetik, radiasi, bahan
kimia, trauma, limfedema kronis, infeksi. Tumor tulang dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang benigna (tumor tulang jinak), dan
tumor tulang maligna (tumor tulang ganas). Adanya tumor tulang dapat
diketahui selain adanya massa dapat dilihat melalui pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium, radiologi, biopsi. Perkembangan atau
perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui terapi, farmakologi, dan
pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi, hemoragi, rekurens
lokal, dan fraktur patologis.
2. Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada
Tumor Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan
Suddart. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I.
Jakarta: Salemba Medika.
Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
http://www.NHS.uk/conditions/Cancer-of-the-Bone/Pages/diagnosis.aspx
-----------------------
Infeksi
Trauma
Bahan Kimia
Radiasi
Limfedema Kronis
Genetik
Kematian
Ansietas
Metastase
Menyerang jaringan normal
Dapat menjadi kanker
Gangguan Mobilitas Fisik
Massa membesar
Nyeri akut
Adanya massa pada tulang
Pertumbuhan tulang yang abortif
Penimbunan periosteum terbaru
Rongga sendi sempit, terjadi erosi.
Terjadi destruksi tulang
Respon osteoblastik
Respon osteolitik
Menginvasi jaringan lunak
Tumor
Tumbuh dan berkembangnya sel tumor