Nama : Puspita Mayang Sari NIM : 06101281520063 Prodi : Pendidikan Kimia 2015 PLG
UTS PERENCANAAN PEMBELAJARAN KIMIA
1. Dalam Kurikulum 2013, dikenal 3 modell pembelajaran yang harus diterapkan yaitu model pembelajaran inquiry, model pembelajaran based learning dan model pembelajaran proyek based learning. Coba anda jelaskan dengan memberika contoh untuk masing-masing model tersebut!
Penyelesaian: A. Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu: Keunggulan Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya: a. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Kelemahan Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu: a. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam beljar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar. Contoh a. Guru menyiapkan satu materi yang dianggap cocok untuk inquiry-discovery. b. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan. d. Pengarahan sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan. e. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memberikan lembar pertanyaan yang disertai langkah-langkah dalam melakukan percobaan.
f. Siswa melaksanakan percobaan/ penelitian berdasar lembar kerja kelompok. g. Peran aktif siswa dalam mengumpulkan bukti-bukti. h. Guru meminta ketua kelompok untuk membacakan hasil penelitian, dan siswa lain menanggapi. i. Siswa dibantu guru memberikan kesimpulan dari hasil penelitian. j. Guru memberikan penguatan.
B. Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995). Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaanpertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah. Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki tahapan sebagai berikut: a. Orientasi peserta didik terhadap masalah Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru harus bisa memberikan motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. b. Mengorganisasikan peserta didik Pada
tahap
ini,
guru
membantu
peserta
didik
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut.. c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini guru membantu peerta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta didik
memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning Topik/Tema Kependudukan dan Lingkungan Subtopik/Tema Dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan Kompetensi Dasar 3.3 Mendeskripsikan penyebab perkembangan penduduk dan dampaknya bagi lingkungan 4.3 Menyajikan hasil penelusuran informasi tentang perkembangan penduduk dan dampaknya bagi lingkungan Indikator
Menyebutkan dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan.
Menjelaskan keterkaitan antara jumlah penduduk dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk.
Membuat laporan hasil penyelidikan tentang permasalahan sampah yang muncul di lingkungan sekitar siswa yang terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk.
Alokasi Waktu 2 pertemuan (5 X 40 menit)
Sintak Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran FASE 1
Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menunjukkan kepada peserta didik sebuah foto/gambar yang menunjukkan menumpuknya sampah di tepi jalan di tengah-tengah lingkungan padat penduduk seperti gambar diatas.
Peserta didik mengamati gambar yang ditunjukkan oleh guru.
Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat terhadap gambar/foto yang diberikan.
Peserta didik diberikan kesempatan untuk menetapkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang diamati. Contoh pertanyaannya yaitu: Mengapa sampah dapat menumpuk? FASE 2
Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan pertanyaan/masalah yang akan dicari penyelesiaannya.
Peserta didik diberi tugas untuk menggali informasi dari bukuIPA kelas IX tentang “Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Sampah yang dihasilkan” secara berkelompok. FASE 3
Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri maupun kelompok
Peserta didik mengumpulkan informasi untuk membangun ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah tentang pengaruh jumlah penduduk terhadap sampah yang dihasilkan.
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok mencari solusi terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi.
Guru membagikan Lembar Kerja “Menghitung Volume Sampahyang dihasilkan oleh Rumah Tangga”.
Peserta didik melakukan penyelidikan melalui Lembar Kerja dengan menugaskannya di luar pembelajaran.
Guru membimbing penyelidikan yang dilakukan peserta didik. FASE 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik mencatat data hasil penyelidikan kelompok dalam Lembar Kerja.
Peserta didik mengolah data yang diperoleh dari kelompoknya.
Peserta didik menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja.
Peserta didik menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk FASE 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah laporan tertulis.
Peserta didik dan guru mengevaluasi hasil penyelidikan melalui diskusi kelas.
Peserta didik dibimbing guru menganalisis hasil pemecahan masalah tentang jumlah penduduk dan sampah di lingkungan sekitar. Peserta diharapkan menggunakan buku sumber untuk membantu mengevaluasi hasil diskusi.
Selanjutnya peserta didik diminta mempresentasikan hasil penyelidikan dan diskusi di depan kelas; dilanjutkan dengan penyamaan persepsi.
Kelompok
peserta
didik
yang
berhasil
memecahkan
permasalahan
diberi
pengahargaan.
Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari peserta didik (dapat menggunakan paper and pencil test atau authentic assessment).
C. Model pembelajaran proyek learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek. Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik; 3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; 4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; 5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu; 6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan; 7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan 8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Peran pendidik atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek. 2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru. 3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi. 4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah. Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam
ruang kelas. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Project Based Learning. Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain sebagai berikut :
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan. Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada
beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek, antara lain : 1. Peran Guru
Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
Membuat strategi pembelajaran.
Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
Mencari keunikan siswa.
Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
Membuat portofolio pekerjaan siswa.
2. Peran Peserta Didik
Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
Melakukan riset sederhana.
Mempelajari ide dan konsep baru.
Belajar mengatur waktu dengan baik.
Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus diakukan secara menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penilaian Proyek
a. Pengertian Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan,
kemampuan
penyelidikan
dan
kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
2. Penilaian Produk a. Pengertian Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh Penerapan Model Project Based Learning pada Pembelajaran Kompetensi Dasar 3.7 Mendeskripsikan konsep medan magnet, induksi elektromagnetik, dan penggunaannya dalam produk teknologi, serta pemanfaatan medan magnet dalam pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi 4.6 Membuat karya sederhana yang memanfaatkan prinsip elektromagnetik dan/atau induksi elektromagnetik
Topik Kemagnetan dan Pemanfaatannya dalam Produk Teknologi Sub Topik Kemagnetan dalam Produk Teknologi Indikator
Menjelaskan prinsip elektromagnetik Menyebutkan contoh-contoh penerapan elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari Membuat bel listrik Alokasi Waktu 2x pertemuan (5 x 40 menit) Penentuan Pertanyaan Mendasar -
Peserta didik diminta untuk mengamati video/gambar tentang beberapa penggunaan lektromagnet dalam kehidupan sehari-hari, dan mengamati demonstrasi tentang bel listrik.
-
Peserta didik diminta membuat pertanyaan untuk mengemukakan rasa ingin tahunya tentang bel listrik misalnya: Apakah kita dapat membuat bel sendiri? Mendesain Perencanaan Proyek
Guru mengajak peserta didik untuk merencanakan sebuah proyek membuat bel listrik. -
Peserta didik mengumpulkan informasi tentang cara kerja bel listrik dari berbagai sumber.
-
Peserta didik mengasosiasi informasi yang diperoleh sehingga dapat membuat rancangan proyek membuat bel listrik secara kolaboratif dengan pengajar agar mereka merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Peserta membuat aturan penyelesaian proyek, misalnya: 1. Dilakukan secara berkelompok 2. Waktu kegiatan melakukan perancangan 3. Mempelajari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bel listrik Menyusun Jadwal Peserta didik menyusun jadwal penyelesaian proyek. Contoh jadwal dalam kegiatan proyek pembuatan bel listrik
Peserta didik mengomunikasikan hasil rancangan bel listrik dan jadwal proyek di depan kelas dan guru memberikan masukan kepada peserta didik terhadap rancangan proyek. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
Peserta didik melaksanakan proyek membuat bel listrik sesuai rancangan bersamasama kelompoknya.
Peserta didik melakukan ujicoba bel listrik.
Peserta didik mencatat data hasil ujicoba. Peserta didik mengolah data hasil ujicoba. Selama penyelesaian proyek, guru memonitor aktivitas yangpenting dari peserta didik, menanyakan masalah-masalah yang ditemui pada saat membuat bel listrik.
Peserta didik membuat laporan proyek
Menguji Hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil proyek membuat bel listrik dengan cara presentasi dan demonstrasi di depan kelas.
Guru menilai laporan rancangan bel listrik, laporan hasil pembuatan bel listrik sesuai rancangan.
Peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru berkaitan dengan pembuatan bel listriknya.
Guru memberikan saran-saran untuk perbaikan pembuatan bel listrik. Mengevaluasi Pengalaman
Peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas selama merancang dan membuat bel listrik.
Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
2. Terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional. Jelaskan masing-masing keterampilan mengajar tersebut dengan memberikan contoh/ilustrasi! Jawaban: Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru, begitulah falsafah yang sering kita dengar.Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu perananguru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas . Secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkansuatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolahatau kelas.Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yangikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalahanggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencampai haltersebut diatas
maka dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar.Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni: 1. Keterampilan Bertanya “Bertanya” adalah bahasa verbal untuk meminta respon siswa baik berupa pengetahuan, pendapat, atau pun sekedar mengembalikan konsentrasi siswa yang terdestruc oleh berbagai kondisi selama KBM berlangsung. Dalam proses belajar mengajar, “Bertanya” memainkan peranan penting sebab “Bertanya” dapat menjadi stimulus yang efektif untuk mendorong kemampuan berpikir siswa. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik ketika mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa. Hendaklah guru menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, dan mengajukan pertanyaan ganda. Kegiatan bertanya dalam KBM ini akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah : • Menimbulkan rasa ingin tahu • Merangsang fungsi berpikir • Mengembangkan keterampilan berpikir • Memfokuskan perhatian siswa • Mendiagnosis kesulitan belajar siswa • Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya 2. Keterampilan memberikan penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Teknik pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal dapat dinyatakan melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan, sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka (ekspresi), penguatan dengan cara
mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dll. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa adalah untuk meningkatkan perhatian (fokus) siswa dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dll. 3. Keterampilan mengadakan variasi “Variasi” dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini, “variasi” merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan utama dari “variasi” dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk mengurangi rasa boring yang membuat siswa tidak lagi fokus pada prose KBM yang sedang berlangsung. Untuk itu guru perlu melakukan berbagai “variasi” sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada pelajaran. Beberapa “variasi” yang dapat dilakukan guru selama proses KBM diantaranya adalah: penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan/kebisuan guru (teacher silence), kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gesture/gerak tubuh, ekspresi wajah guru, pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement), variasi penggunaan media dan alat pengajaran, dll. 4. Keterampilan menjelaskan “Menjelaskan” adalah menyajikan informasi secara lisan, dengan sistematika yang runut untuk menunjukkan adanya korelasi/hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Ada 2 komponen dalam ketrampilan menjelaskan, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum atau rumus-rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian, merupakan suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan/feedback. Kegiatan “menjelaskan” dalam proses KBM bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dll, secara obyektif; membimbing siswa memahami pertanyaan; meningkatkan
keterlibatan siswa; memberi kesempatan pada siswa untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh feedback tentang pemahaman siswa. Apabila seorang guru menguasai “keterampilan menjelaskan” maka guru akan lebih mudah mengelola waktu dalam menyajikan materi, sehingga menjadi lebih efektif memanage waktu. Selain itu penjelasan yang runut dan sistematis akan memudahkan siswa dalam memahami materi, yang pada gilirannya akan memperluas cakrawala pengetahuan siswa, bahkan mungkin penjelasan guru yang sistematis dan mendalam akan dapat membantu mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar (mengingat guru adalah salah satu sumber belajar bagi siswa). 5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran a. Membuka Pelajaran Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari, dan usaha tersebut diharapkan akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. b. Menutup Pelajaran Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri proses KBM. Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik dan tidak tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa. “Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta
dasar pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka. Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas”.(Benson : 80-85). 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok merupakan salah satu variasi kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses KBM. Dalam diskusi kelompok, siswa dalam tiap kelompok kecil dapat bertukar informasi dan pengalaman, melakukan pengambilan keputusan bersama, serta belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving). Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa. 7. Keterampilan mengelola kelas Suasa belajar mengajar yang baik sangat menunjang efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru harus mampu menjadi manager yang baik dalam sebuah proses KBM. Hal ini berarti bahwa guru harus terampil menciptakan suasana belajar yang kondusif serta mampu menjaga dan mengembalikan kondisi belajar yang optimal,
meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi selama proses KBM, sehingga siswa dapat fokus pada KBM yang berlangsung. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, guru perlu memperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip seperti: kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran) dan keterampilan yang bersifat represif, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. 8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan Jumlah siswa dalam bemtuk pengajaran seperti ini berkisar 3 sampai 8 orang untuk setiap kelompok kecil, dan 1 orang untuk perseorangan. Terbatasnya jumlah siswa dalam pengajaran bentuk ini memungkinkan guru memberikan perhatian secara optimal terhadap setiap siswa. Hubungan antara guru dan siswa pun menjadi lebih akrab, demikian pula hubungan antar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa format mengajar seperti ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar, Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari delapan keterampilan dasar yang telah diuraikan di atas, yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan baik. Adalah sebuah kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri bagi seorang guru, bila siswa didiknya mampu memahami berbagai konsep yang disampaikan untuk kemudian mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian perlu diingat oleh para guru, bahwa karena proses pembelajaran yang
dilakukan tidak semata-mata merupakan kegiatan transfer of knowledge namun juga transfer of moral value, maka setiap guru wajib kiranya menyisipkan pesan moral dalam setiap event tatap muka dengan siswa didiknya selama proses KBM.
3. Coba anda jelaskan dengan memberikan contoh, perbedaan antara kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)! Jawaban: Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP No
Kurikulum 2013 SKL
(Standar
Lulusan)
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
melalui
melaui Permendiknas No 22 Tahun
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah
2006. Setelah itu ditentukan SKL
itu baru ditentukan Standar Isi, yang
(Standar Kompetensi Lulusan) melalui
bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum,
Permendiknas No 23 Tahun 2006
ditentukan 1
Kompetensi
KTSP
terlebih
dahulu,
yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 Aspek 2
kompetensi
lulusan
ada
keseimbangan soft skills dan hard skills
lebih
menekankan
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
pengetahuan
pada
aspek
keterampilan, dan pengetahuan 3
4
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
kelas I-VI
kelas I-III
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih
jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP
dibanding Kurikulum 2013
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang 5
SMP/SMA/SMK
dengan
pendekatan
dilakukan
ilmiah
(saintific
approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya,
Mengolah,
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta. TIK 6
(Teknologi
Informasi
dan
bukan
sebagai
mata
melainkan
sebagai
media
Komunikasi) pelajaran,
TIK sebagai mata pelajaran
pembelajaran Standar penilaian menggunakan penilaian 7
otentik,
yaitu
mengukur
semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. 8 9
10
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib Penjurusan mulai kelas XI
BK lebih menekankan mengembangkan
BK lebih pada menyelesaikan masalah
potensi siswa
siswa
4. Dalam kurikulum 2013 ada yang disebut dengan pendekatan saintifik dengan 5 M nya dalam proses pembelajaran. Coba anda jelaskan dengan memberikan contoh dalam pembelajaran kimia di SMA! Jawaban: Langkah ke-1: Mengamati (observing). Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah digunakan dan menarik. Obyek belajar sebaiknya yang menantang peserta didik untuk bertanya dan merangsang rasa ingin tahu mereka. Peserta didik diberi kesempatan terlibat untuk melakukan pengamatan (observasi) melalui panca inderanya, seperti mengamati gambar animasi, menyentuh obyek tiruan model bagian tubuh manusia (torso), mengamati aneka jenis dedaunan di halaman sekolah, mengamati transaksi jual beli di kantin sekolah, mengamati aktivitas petani, peternak, polisi, pasar, tumpukan sampah, dan masih banyak lagi. Jika obyek atau fenomena yang diamati sulit dijangkau, dapat digunakan model tiruannya, bisa dirupakan dalam bentuk rekaman video-audio, gambar animasi, globe, dan lain sebagainya. Cara penyajiannya bisa menggunakan model perbandingan. Katakanlah peserta didik diminta untuk mengamati dua gambar/foto. Satu gambar menampilkan foto mushalla yang kotor dan satunya lagi menampilkan foto mall yang bersih. Dengan mengamati dua gambar yang kontras, diharapkan muncul sejumlah pertanyaan kritis dan rasa ingin tahu untuk belajar mempelajarinya. Langkah ke-2: Menanya (Questioning). Kemampuan bertanya yang baik merupakan indikasi bahwa kemampuan verbal seseorang telah berkembang dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik karena dirangsang oleh pertanyaan yang baik. Karena itu, keberanian dan kemampuan bertanya penting untuk ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan, akan mendorong munculnya respon balik berupa
tanggapan verbal, baik oleh guru atau peserta didik secara kreatif, bahkan mungkin guru tidak menyangka akan mendapatkan jawaban baru yang mengkayakan dari para peserta didiknya. Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin (premium) selalu habis meskipun harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin dan ada orang yang kaya?. Selain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya berfungsi untuk melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik. Langkah ke-3: Mencoba (Experimenting) Hasil belajar akan terekam kuat dalam memori peserta didik, apabila mereka diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini tentu sangat berbeda dengan hasil belajar karena sekedar mendengarkan atau diberitahu oleh orang lain. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen. Misalnya, peserta didik diminta untuk melakukan pengukuran terhadap perbedaan kecepatan perputaran kipas angin yang terbuat dari bahan kertas tipis, kertas karton, seng, atau benda lain di halaman sekolah. Dengan melakukan percobaan semacam itu, selain peserta didik merasa senang, mereka dapat belajar sambil mengalami. Sudah barang tentu, setiap percobaan perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran berlangsung dan dirumuskan dengan baik dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Membuat RPP adalah tugas guru, bukan tugas pemerintah yang terkait dalam bidang pendidikan nasional. Mengapa? Karena gurulah yang paling tahu situasi dan kondisi sekolah masing-masing, jadi RPP tidak perlu distandarkan, kecuali hanya prinsip-prinsip atau komponen-komponen penting RPP-nya. Langkah ke-4: Menalar (associating). Menalar dalam pengertian ini adalah padanan dari istilah associating dalam bahasa Inggris, bukan kata reasoning. John M. Echols dan Hasan Shadily (1995: 469) dalam bukunya Kamus Inggris-Indonesia menerjemahkan kata reasoning dengan pemikiran atau pertimbangan. Namun penalaran yang dimaksudkan di sini lebih dekat dengan padanan dari kata “associating”, yang merujuk pada teori belajar asosiasi (pembelajaran asosiatif).
Sebuah Modul Pelatihan Kurikulum 2013 menjelaskan, bahwa esensi istilah asosiasi ini merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori (Kemendikbud, 2013: 215). Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Bagaimana mempraktikkannya? Peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara satu obyek/kejadian dengan objek/kejadian lain, sehingga hubungan antara beberapa variabel menjadi jelas, baik bersifat induktif atau deduktif. Misalnya penalaran induksi sebab-akibat seperti: “berusaha keras, berdo’a, dan tidak berputus-asa, adalah faktor-faktor pendorong kesuksesan hidup seseorang”. Langkah ke-5: Mengkomunikasikan (Communicating) Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Dalam ruang terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, para guru dapat memanfaatkan kecanggihan itu untuk mengkomunikasikan karya-karya terbaik peserta didiknya di dunia maya, sehingga bisa direspon oleh pembaca yang lebih luas. Misalnya, karya mereka dipublikasikan di Blog kompasiana.com, menarik dan bermanfaat bukan?. 5. Coba anda ambil satu kompetensi dasar (KD), dari sejumlah KD yang ada pada silabus kimia SMA (kelas 10, kelas 11 dan kelas 12), jabarkan jadi indicator (dengan komponen AB nya) dan tujuan pembelajran (dengan komponen ABCD nya). Jawaban: 3.7.Menganalisis teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom (Teori Domain Elektron/VSEPR) untuk menentukan bentuk molekul. 4.7.Meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom (Teori Domain Elektron/VSEPR).