KATARAK DIHUBUNGKAN DENGAN UVEITIS DAN GLAUKOMA SEKUNDER
PENDAHULUAN
Uveitis merupakan proses inflamasi intra orbital yang dapat mengakibatkan terjadinya katarak dan glaukoma. Perubahan lensa sering kali timbul pada uveitis kronis atau rekuren akibat proses inflamasi dan pemakaian kortikosteroid sebagai terapi uveitis. Biasanya terjadi katarak subcapsular posterior dan pada bagian anterior dapat terbentuk sinekia posterior. Operasi katarak harus di pertimbangkan, terutama bila fungsi penglihatan akan menjadi lebih baik. Peningkatan tekanan intra okuler (TIO) sering kali terjadi akibat komplikasi uveitis uveitis anteri anterior or.. Terdapa erdapatny tnyaa sel inflam inflamasi, asi, mediato mediatorr yang yang dikelu dikeluark arkan an dan penggunaan steroid dapat berperan dalam patogenesis glaukoma uveitis. Faktorfaktor faktor yang yang berpen berpengar garuh uh adalah adalah sudut sudut dan bilik bilik mata mata depan, depan, produk produksi si humor humor akuos dan aliran keluar cairan akuos. Perubahan-perubahan tersebut mengganggu mekanisme hemostatik TIO. Pembentukan sinekia postetior dapat menyebabkan pupilary block dan iris bombe. Tekanan intra okuler yang meningkat dapat terjadi terj adi akut, akut, kronik kronik atau rekure rekuren. n. Berikut Berikut ini akan akan disamp disampaik aikan an suatu suatu kasus kasus uveitis uveitis dihubungkan dengan katarak dan glaukoma sekunder yang berobat di poliklinik mata Rumah Sakit Bethesda Tomohon.
LAPORAN KASUS
Penderita Penderita laki-laki laki-laki umur 26 tahun, datang datang di poliklinik poliklinik mata Rumah Sakit Sakit Bethesda Bethesda Tomohon Tomohon dengan keluahan utama nyeri pada mata kanan disertai sakit kepala kepala bagian bagian kanan kanan dan muntah muntah-mu -munta ntah. h. Keluha Keluhan n ini sudah sudah sejak sejak 3 bulan bulan terakhir terakhir hilang timbul. timbul. Sejak 4 tahun lalu lalu mata kanan penderita penderita sering sakit sakit dan peglihatan berkurang perlahan-lahan. mata kanan penderita menjadi buta sejak tiga tahun lalu,. lalu,. Selama Selama ini pederita sering sering pergi berobat berobat ke dokter umum umum dan mend mendap apat atka kan n obat obat anti antibi biot otik ik dan dan tete tetess mata mata.. Riwa Riwaya yatt saki sakitt mata mata kana kanan n sebelumnya disangkal penderita. Pemerik Pemeriksaan saan fisik fisik di di dapa dapatka tkan n statu statuss vital vital dalam dalam batas batas norm normal. al.
Pada Pada
pemeriksaan status oftalmikus, didapat VOD: 0, TIO: 50,2 mm Hg. VOS:6/6 TIO 17,3 mmHg. Pada pemeriksaan dengan SLIT LAMP: OD tampak konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva dan ciliar, COA dangkal, iris bombe, pupil ireguler, sinekia posterior dan kekeruhan lensa menyeluruh. OS normal. Funduscopy: OD tidak dapat di evaluasi akibat kekeruhan lensa. OS normal. Diagnosa kerja adalah katarak dihubungkan dengan uveitis dan Glaukoma sekunder oculi dextra.
PENANGANAN
Pada penderita ini diberikan obat oral Diamox 4x250 mg, dan Aspar K 2x1 tablet sedangkan obat tetes diberikan Polynef (neomisin, polimiksin dan fenilefrin) 3x1 tetes, Atropin 3x1 tetes dan Timolol maleat 0,5% 2x1 t etes.
DISKUSI
Perubahan lensa sering terjadi pada uveitis kronik, sebagai efek langsung penyakit intra okuler pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal di daerah subkapsuler posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Terjadinya sinekia posterior sering dihubungkan dengan penebalan kapsul anterior lensa dan perkembangan membran fibrovaskular yang menyilang pada pupil (pupilari membran). Deposit kalsium dapat ditemukan pada kapsul anterior atau dalam substansi lensa. Diagnosa katarak dihubungkan dengan uveitis ditegakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa di dapatkan sejak 4 tahun lalu mata kanan penderita sering sakit dan menjadi kabur perlahan-lahan dan akhirnya menjadi buta total dalam waktu setahun. Pada pemerikaan oftalmoskopik ditemukan
VOD: 0, kekeruhan lensa menyeluruh dan sinekia posteior.
Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut, yang semuanya meningkatkan kemungkinan glaukoma sekunder. Seklusio pupil akibat sinekia posterior 360 derajat menyebabkan iris bombe dan glaukoma sudut tertutup akut. Sindroma-sindroma uveitis yang cenderung menimbulkan glaukoma sekunder adalah siklitis heterokromik Fuchs, uveitis anterior akut terkait HLA-
B27, dan uveitis akibat herpes zoster dan herpes simpleks. Diagnosa Glaukoma Sekunder ditegakan berdasarkan anamnesa dimana ditemukan riwayat sakit pada mata kanan disertai sakit kepala bagian kanan dan muntah-muntah sejak tiga bulan terakhir dan riwayat sakit mata kanan sejak 4 tahun lalu yang hilang timbul serta hilangnya penglihatan mata kanan sejak 3 tahun lalu. Pada pemeriksaan oftalmoskopik ditemukan VOD: 0, TIO: 50,3 mmHg, sinekia posterior, iris bombe serta sudut mata depan sempit. Penanganan pada penderita ini terutama hanya untuk meringankan gejala (simptomatis) dengan meberikan obat yg dapat menurunkan tekanan intra okuler, antibiotika, analgetika dan midriatika. Setelah satu minggu pengobatan TIO: 30 mmHg, tidak ditemukan keluhan nyeri pada mata, sakit kepala serta muntahmuntah. Tindakan ekstraksi katarak pada penderita ini dipertimbangkan untuk mengatasi blok pupil dan sinekia posterior sehingga tidak terjadi glaukoma sekunder. Perlu juga disadari bahwa ekstraksi katarak pada penderita ini tidak memperbaiki penglihatan, serta komplikasi operasi yg tinggi akibat banyak kerusakan struktur intra orbital akibat uveitis. Perawatan selanjutnya tergantung pada keluhan yang timbul. Setelah tekanan intra okuler turun dan tidak terdapat keluhan, penderita diberikan Timolol 0,5 % dua kali sehari mengingat tekanan intra okuler 30 mmHg. Apabila nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan maka dipertimbangkan untuk melakukan injeksi alkohol 90% retrobulber atau enukleasi bulbi.
RINGKASAN
Demikian telah di bicarakan suatu kasus katarak dihubungkan dengan uveitis dan glaukoma sekunder dengan penanganan konservatif. Penanganan ditujukan terutama untuk menurunkan tekanan intra okuler serta gejala-gejala yang menyertainya. Prognosa penderita ini dubia et malam mengingat fungsi penglihatannya tidak dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology, Basic and clinical science course: Lens and Cataract. Section 11. Chapter 5,7,10, San Fransisco: American Academy of Ophthalmology;2003: 51-2, 96-7, 213-6. 2. America Academy of Ophthalmology, Basic and clinical science course: Glaucoma . Section 10. Chapter 6; 81 - 3 3. American Academy of ophthalmology, Basic and clinical science course: Section 9. Intra Ocular Inflamation and Uveitis. Chapter XII. 211 – 4. 4. Newell F. Ophthalmology Principle and Concepts. 5 th ed. The C V Mosby Comp. St Louis Toronto. 213-24. 5. Miller,S.S MD. Clinical Ophthalmology. Wright-Bristol. 3rd ed. 1990:10434. 6. Kanski JK, McAllister JA, Salmon JF. Glaucoma A Colour Manual of Diagnosis and Treatment.. Butterworth Heineman. 2 nd ed. 1996: 82-8