BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi dengan dua kekebalan tubuh yaitu sistem kekebalan spesifik dan sistem kekebalan non-spesifik. Sistem kekebalan tubuh non spesifik bekerja melawan semua jenis benda asing yang masuk dan tidak bekerja ditujukan pada zat asing atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh non spesifik meliputi antara lain : Pertahanan fisis dan mekanis, Pertahanan biokimiawi dan Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan mikroorganisme, zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya menyimpan memori. Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B.
Sistem kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh dari mikroorganisme melainkan hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen ini akan menyebabakan sel T danB memproduksi antibodi untuk melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibodi yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal.
Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan tubuh tersebut aktif. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai vaksinasi dan hubungannya dengan kekebalan tubuh manusia serta jenis-jenis vaksin dan waktu pemberiannnya.
Tujuan
Mengetahui pengertian Vaksin dan Sera.
Mengetahui bentuk sediaan vaksin dan sera yang tersedia di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
VAKSIN
Sejarah Vaksinasi
Orang yang pertama kali mengidap penyakit cacar mencoba mencegah dengan inokulasi diri dan dengan jenis infeksi lain. Pada tahun 1718., Lady Mary Wortley Montagu melaporkan bahwa Turki memiliki tradisi sengaja inokulasi diri dengan cairan yang diambil dari kasus-kasus ringan cacar, dan bahwa ia telah menginokulasi anak-anaknya sendiri. Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner dari Inggris menguji adanya kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi sebagai imunisasi untuk cacar pada manusia untuk pertama kalinya., sedikitnya enam orang telah melakukan hal tersebut dan beberapa tahun yang sama sebelumnya : seseorang yang identitasnya tidak diketahui, Inggris, (sekitar 1771), Ibu Sevel, Jerman (sekitar 1772), Jensen Mr, Jerman (sekitar 1770); Benyamin Jesty, Inggris, pada tahun 1774, Rendall Ibu, Inggris (sekitar 1782);. dan Peter Plett, Jerman, tahun 1791.
Kata Vaksinasi pertama kali digunakan oleh Edward Jenner pada tahun 1796. Louis Pasteur furthered dengan konsep yang melalui kepeloporannya dalam mikrobiologi. Vaksinasi (Latin: Vacca-sapi) ini dinamakan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang mempengaruhi sapi (cacar sapi) yang relatif jinak terhadap virus yang menyediakan tingkat kekebalan terhadap cacar, penyakit menular dan mematikan. Dalam pengucapan umum, 'vaksinasi' dan 'imunisasi' pada umumnya memiliki makna sehari-hari yang sama. Hal ini membedakannya dari inokulasi, yang menggunakan patogen hidup unweakened, walaupun dalam pemakaian umum baik digunakan untuk merujuk kepada sebuah imunisasi. Kata "vaksinasi" pada awalnya digunakan khusus untuk menggambarkan suntikan vaksin cacar.
Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada bidang ilmiah, etika, keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam kasus yang jarang, vaksinasi dapat melukai orang di Amerika Serikat, mereka dapat menerima kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program Kompensasi Cedera Vaksin Nasional.
2.1.2 Pengertian Vaksin
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin termasuk, misalnya, suspensi mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot hidung.
Vaksinasi, yang merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa.
Tujuan Imunisasi/Vaksinasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Secara umun tujuan imunisasi antara lain :
Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
Manfaat Vaksinasi
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
Bagi Anak
Sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
Bagi Keluarga
Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan aman dan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
Bagi Negara
Vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di mata dunia menjadi lebih baik.
Jenis-Jenis Vaksinasi
Imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacilli yang hidup didalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin).
Vaksin BCG
Jadwal pemberian : Diberikan 1 kali pada umur antara 0-2 bulan. Apabila umur > 3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Cara Pemberian dan Dosis:
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
Dosis pemberian: 0,05 ml sebanyak 1 kali
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus) , dengan menggunakan spuit suntik (ADS 0,05 ml)
Vaksin yang dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati.
Vaksin Hepatitis B
Jadwal pemberian : Pemberian 3 kali selang 4 minggu, Interval dosis minimal 4 minggu. Umur antara 0-11 bulan.
Cara Pemberian dan Dosis :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intramuskular, sebaiknya pada anterolateral paha
Pemberian sebanyak 3 dosis
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)
Untuk Hepatitis B vial
Di unit pelayanan statis, vaksin Hep B yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin di simpan dalam suhu 2o C s/d 8o C
Tidak pernah terendam air
Sterilitasnya terjaga
VVM masih dalam kondisi A dan B
Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
Jadwal Pemberian : Diberikan 4 kali (Polio 1, 2, 3, 4) selang 4 minggu, umur antara 0-11 bulan. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama, untuk bayi yang lahir di RB/RS OPV diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
Cara Pemberian dan Dosis :
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 0 C s/d 8 0 C
Tidak pernah terendam air
Sterilitasnya terjaga
VVM masih dalam kondisi A atau B
Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.
Jadwal Pemberian : Diberikan 3 kali (DPT 1,2,3), selang 4 minggu, umur antara 2-11 bulan.
Cara Pemberian dan Dosis :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen
Disuntikkan secara im dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis
Dosis pertama diberikan pada anak umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu
Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 0 c s/d 8 0 c
Tidak pernah terendam air
Sterilitasnya terjaga
VVM masih dalam kondisi terjaga
Di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya
Imunisasi Campak
Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.
Jadwal Pemberian : Pemberian 1 kali, umur antara 9 – 11 bulan
Cara Pemberian dan Dosis :
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6 - 7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak SD kelas 1-6.
Imunisasi HIB
Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau selesma. Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3.
Imunisasi Rotavirus
Rotavirus merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak dan menyebabkan kematian. Studi terbaru mengungkapkan vaksin rotavirus terbukti efektif dan memberikan perlindungan yang luas. Baru-baru ini sebuah vaksin rotavirus diperkenalkan dan telah terbukti sangat efektif serta memiliki beberapa manfaat yang tidak terduga. Hal ini karena vaksin tersebut memberikan perlindungan yang lebih luas bagi anak yang menerima vaksin dan orang-orang disekitarnya. Para peneliti yang mengevaluasi vaksin tersebut menyimpulkan vaksin ini efektif karena terbukti menurunkan pasien rawat inap akibat diare di rumah sakit sebanyak 50 persen. Penurunan ini terjadi hanya setelah 2 tahun program imunisasi dimulai. Pada anak yang belum mendapat PCV pada umur > 1 tahun PCV diberikan 2-4 kali.
Imunisasi Pnemokokus.
Vaksin pneeumokokus konjungat merupakan vaksin kedua yang digunakan untuk mencegah radang selaput otak (Hib adalah yang pertama). Dulu vaksinini hanya dianjurkan untuk dewasa berusia 65 tahun atau lebih dan tidak digunakan pada anak karena tipe vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus digunakan pada anak. Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap 7 strain bakteri pneumokokus penyebab terbanyak infeksi serius pada anak. Vaksin ini baru dapat mencega infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan bakteremia akibat bakteri pneumokokus. Bayi harus mendapatkan vaksin ini sebanyak 4 dosis, yang diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 – 15 bulan. Anak yang berusia lebih tua tidak memerlukan pengulangan dosis sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak anda mulai mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia lebihdari 5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin pneumokokus polisakarida. Vaksin pneumokokus dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.
Imunisasi influenza.
Imunisasi influenza untuk pencegahan influenza musiman. Influenza (flu) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Ada berbagai jenis virus flu, dimana mereka sering ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala influenza suhu tinggi (demam), nyeri otot, batuk, sakit kepala dan kelelahan yang "ekstrim". Flu biasanya berlangsung selama antara dua dan tujuh hari dan biasanya membaik secara spontan. Kebanyakan orang bisa sembuh sepenuhnya, tetapi komplikasi, seperti infeksi dada atau pneumonia, berkembang di beberapa kasus. Imunisasi influenza diberikan setelah usia 6 bulan 2 kali pemberian selang 1 bulan.
2.1.7 Tata Cara Pemberian Imunisasi
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan.
Tata Cara Pemberian Imunisasi :
Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut :
Memberitahukan secara rinci tentang risiko vaksinasi dan risiko apabila tidak diimunisasi.
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan jangan lupa mengenai persejutuan yang telah diberikan kepada orang tua.
Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi
Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluwarsa dan cacat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukkan adanya kerusakan.
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.
Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.
Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
SERA / IMMUNE GLOBULIN
Human serum immune globulin adalah serum polyclonal yang dibuat dari plasma darah donor sehat atau orang yang baru divaksinansi. Mengandung terutama ke-4 subkelas dari IgG. Lama kerjanya hanya terbatas, bila perlu dapat diperpanjang dengan injeksi ulang. Sediaan ini harus diberikan intramuskuler dan mutlak tidak boleh intravena, karena gumpalan antibodi dapat mengaktivir agregasi trombosit. Efek sampingnya jarang terjadi dan biasanya hanya inflamasi ringan setempat dan nyeri di tempat injeksi. Imunoglobulin dikeluarkan dengan ASI dan membantu daya tangkis imun dari bayi yang baru dilahirkan.
IMUNOGLOBULIN
KETERANGAN
Tetanus immune globulin
Vaksin pasif anti-tetanus biasanya dibuat dari plasma kuda dan mengandung antibodi sehingga dapat digunakan untuk melemahkan toksin tersebut tanpa mempengaruhi basil tetanusnya. Digunakan terutama sebagai profilaksis pada luka yang dalam dan terinfeksi dengan basil tetanus. Lazimnya pengobatan di kombinasi dengan kemoterapeutik. Selama penggunaan vaksin pasif ini harus diwaspadai timbulnya hipersensitivitas terhadap serum hewan (kuda atau kelinci). 1ml serum mengandung antitioksin tetanus 1.500 UI (untuk pengobatan).
Dosis : untuk pencegahan I.M. 1.500 UI, Untuk pengobatan I.M. 5000-10.000 UI.
Rabies immune globulin
Diperoleh dari serum kuda yang sudah dikebalkan dengan virus Fixe rabies dan digunakan sendiri atau dikombinasikan untuk pengobatan terhadap anjing gila.
Vaksin ini hanya memberikan perlindungan yang tidak lengkap, maka tidak dapat menggantikan imunisasi aktif dengan vaksin rabies. Tujuan utama dari serum ini adalah memperlambat menjalarnya virus dan memperpanjang masa tunas (rata-rata 1-3 bulan), sehingga bianya digunakan pada korban yang telah digigit dengan masa inkubasi lebih singkat. Setelah gejala timbul, imunoglobin maupun vaksin tidak bermanfaat lagi
Difteri immune globulin
Merupakan fraksi globulin yang dipekatkan dari serum kuda yang telah dikebalkan secara aktif terhadap (exo-)toksin basil difteri (corybacterium diphtheriae). Digunakan untuk pencegahan dan pengobatan difteri. 1ml mengandung 2.000 UI antitoksin difteri.
Dosis : pencegahan I.M. 3.000-5.000 UI, pengobatan I.M. 10.000 UI.
Hepatitis B immune globulin
Digunakan sebagai pencegahan terhadap timbulnya hepatitis B misalnya setelah infeksi dengan darah yang positif terhadap HbsAg(transfusi darah). Dibuat dari plasma darah manusia yang mengandung zat anti-HBs dengan titier yang tinggi dan terutama terdiri dariimunoglobulin G (IgG).
Imunoglobulin anti-bisa ular polivalen
Digunakan untuk mengobati gigitan ular berbisa, yang berefek neurotoksik dan hemolisis. Serum polivalen ini dimurnikan dan dipekatkan dari plasma kuda yang telah dikebalkan terhadap bisa ular kobra (Naya sputatrix), ular belang (Bungarus fasciatus) dan ular tanah (Ankystrodon rhodostoma)
2.3 CONTOH SEDIAAN VAKSIN DAN SERA
Jenis Vaksin
Dosis dan Cara Pemberian
Keterangan
Hepatitis B
VAKSIN HEPATITIS B Biofarma (Generik)
ENGERIX-B®
EUVAXB®
HB VAX T-FREE®
Dosis : dewasa 1 mL, anak 0,5 mL secara intramuscular
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin.
Efek samping : reaksi lokal (eritema, sakit, bengkak yang hilang dalam 2 hari)
Perhatian : pemberian vaksin harus ditunda pada pasien demam; vaksin tidak dapat memberikan proteksi pada pasien hepatitis B yang laten atau progresif; tidak dapat diberikan didaerah bokong dan secara intravena
Sediaan : vial 20 mcg/1mL; Prefilled Syringe 10 mcg/0,5mL
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Bayi < 1 tahun: 0,05 mL secara intradermal di lengan kanan atas optimal diberikan pada usia 2-3 bulan, bila bayi > 3 bulan lakukan uji tuberkulin dahulu.
Kontraindikasi : reaksi uji tuberkulin > 10 mm; kekebalan tubuh menurun (infeksi HIV/ menderita penyakit keganasan); menderita gizi buruk; pernah sakit tuberculosis; kehamilan subjek dengan kondisi kulit septik (pada kasus eksim, harus dipilih tempat vaksinasi yang bebas dari lesi)
Efek samping : reaksi yang diharapkan setelah vaksinasi BCG yang berhasil adalah indurasi di tempat suntikan diikuti dengan lesi lokal yang dimulai sebagai papul 2 minggu setelah vaksinasi, lesi dapat menjadi luka kemudian sembuh setelah beberapa minggu atau bulan, meninggalkan jaringan parut. Scar ini menunjukkan bahwa anak telah mendapat imunisasi BCG. Reaksi serius dengan BCG jarang terjadi dan seringkali terdiri dari ulserasi yang lama atau pembentukan abses subkutan yang disebabkan oleh teknik penyuntikan yang salah.
DTP
TRIPACEL®
INFANRIX®
Dosis : 0,5 mL secara intramuskular. Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Kontraindikasi : riwayat reaksi alergi berat setelah vaksinasi pertama dengan DTP, kejang atau pingsan setelah vaksinasi dengan DTP, anak menangis keras dan terus menerus selama > 3 jam setelah vaksinasi
Efek samping :
Efek samping ringan : demam, kemerahan dan sedikit bengkak pada tempat suntikan, nyeri pada tempat suntikan, anak rewel, nafsu makan berkurang, muntah
Efek samping lain : kejang, menangis terus selama > 3 jam, demam tinggi 39 .
Efek samping berat : reaksi alergi berat (syok) sangat jarang
Peringatan : tunda vaksinasi pada anak sakit berat disertai panas tinggi
Polio
OPV : VAKSIN POLIOMIELITIS ORAL BIOFARMA (Generik)
IPV : IMOVAX®
Dosis
OPV : 2 tetes per oral.
IPV : 0,5 mL secara subkutan atau intramuskular
IMOVAX 375
Peringatan : vaksin polio tidak boleh diberikan pada setiap orang yang pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap salah satu komponen vaksin, menderita keganasan sedang menjalani kortikosteroid, sedang menjalani radiasi/ kemoterapi, kehamilan.
Rotavirus
ROTARIX® (2X pemberian)
ROTATEQ® (3X pemberian)
ROTARIX : 1 mL pemberian per-oral
ROTATEQ : 1 mL pemberian per-oral
Kontraindikasi : riwayat hipersensitif terhadap vaksin rotavirus
Efek samping : iritabilitas, kehilangan nafsu makan, diare, muntah, kembung, nyeri perut, regurgitasi, demam, rewel, menangis, gangguan tidur, kelelahan, konstipasi
Peringatan : pasien yang mempunyai penyakit yang sangat berhubungan dengan sistem imun misalnya penderita keganasan, immunocompromised, atau sedang menggunakan obat imunosupresi. Tunda pemberian jika sedang mengalami diare atau muntah.
Hepatitis A
HAVRIX 1440 ®
HAVRIX 720 Junior ®
Dosis
HAVRIX 720 Junior (untuk anak) : 0,5 mL pemberian secara intramuscular.
HAVRIX 1440 (untuk dewasa) : 1 mL pemberian secara intramuskular
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap seluruh komponen vaksin
Efek samping : umumnya ringan dan sementara yaitu reaksi pada tempat penyuntikan (sakit, nyeri, eritema, bengkak), sakit kepala dan sakit abdomen
Peringatan : imunisasi harus dihentikan jika terjadi reaksi hipersensitivitas, tidak untuk mencegah infeksi akibat virus hepatitis lain; infeksi hepatitis A yang tidak terduga dapat terjadi pada saat imunisasi karena waktu inkubasi virus hepatitis A yang panjang (sekitar 20-50 hari). Imunisasi harus ditunda jika demam atau adanya penyakit akut/ kronis.
Varicella
OKAVAX®
VARILRIX®
VARIVAX®
Dewasa dan anak 13 tahun : 0,5 mL secara subkutan. Diberikan 2 kali. Dosis kedua interval 4-8 minggu dari pemberian pertama
Anak dan bayi : 0,5 mL dosis tunggal secara subkutan
Kontraindikasi : pasien sakit berat pada saat jadwal vaksinasi, wanita hamil dan tidak boleh hamil dalam waktu 1 bulan setelah mendapat vaksin cacar air; keadaan yang menurunkan kekebalan tubuh; menderita HIV/ AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem imun; sedang mendapat terapi obat.
yang mempengaruhi sistem imun; menderita kanker dan sedang menjalani pengobatan; baru menerima transfuse darah atau produk darah lainnya (vaksinasi perlu ditunda 2 minggu)
Efek samping : bengkak dan nyeri di daerah suntikan, demam, ruam ringan, kejang yang disebabkan oleh demam, alergi (berupa gatal, bengkak, atau sulit bernafas)
Peringatan : tunda pada pasien yang menderita demam berat.
Pneumokokus (PCV)
PREVENAR-13®
SYNFLORIX®
Dosis : 0,5 mL secara intramuskular
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap latex atau komponen vaksin
Efek samping : eritema, bengkak, nyeri daerah penyuntikan, mual, muntah, demam, penurunan nafsu makan, mengantuk, iritabilitas
Peringatan : tunda jika demam atau adanya penyakit akut/ kronis
Hib (Haemophillus Influenza Tipe B)
ACT-HIB ®
HIBERIX ®
1 dosis = 0,5 ml
Diberikan secara intramuskular.
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Vaksinasi Hib dapat menvegah penyakit yang disebabkan oleh Haemophillus Influenza B.
Konstraindikasi: Bayi < 6 minggu, riwayat mengalami reaksi alergi berat setelah pemberian 1 dosis vaksin Hib atau menderita alergi berat terhadap salah satu komponen vaksin, alergi terhadap tetanus toxoid.
Peringatan: Vaksinani harus ditunda pada pasien yang demam berat.
Efek samping yang dilaporkan meliputi demam, gelisah, menangis yang berkepanjangan, hilang selera makan, muntah, diare, juga dilaporkan reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis dan kolaps
Human Papilloma Virus (HPV)
CERVARIX ®
GARDASIL ®
Dosis Vaksin HPV: 1 dosis=0,5ml secara intramuskular
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Vaksin HPV digunakan untuk pencegahan kanker serviks
Peringatan: Tunda vaksinasi pada pasien demam. Jangan diberikan secara intravena dan intradermal. Vaksin harus diberikan secar hati-hati pada pasien dengan trombositopenia atau gangguan pembeuan darah. Vaksin ini tidak digunakan untuk mencegah berkembangnya lesi yang berhubungan dengan HPV. Laktasi.
Konstraindikasi: Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin
Efek samping: Reaksi pada tempat injeksi, termasuk nyeri, kemerahan, dan bengkak; sakit kepala, myalgia, gangguan gastrointestinal, gatal/pruritis, ruam, urtikaria, artragia, demam.
Catatan: CERVARIX ® merupakan vaksin HPV bivalen (tipe 16 dan 18) sedangkan GARDASIL ® merupakan vaksin HPV quadrivalen (tipe 6, 11, 16, dan 18). Vaksin HPV Quadrivalen memiliki kelebihan disbanding aksin HPV bivalen yaitu dapat digunakan pada pasien laki-laki.
Measies-Mumps-Rubella (NMR)
N-M-R II®
IMOVAX®
Dosis vaksin NMR:
1 dosis=0,5ml secara intramuscular
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Vaksin NMRdigunakan untuk pencegahan terhadap penyakit measis (campak), mumps (gondongan), dan rubella (campak jerman).
Peringatan: Tunda pada pasien yang menderita demam berat.
Kontraindikasi: Riwayat alergi terhadap neomycin atau salah satu komponen yang terdapat dalam vaksin NMR, sedang sakit, hamil, penurunan sistem imun, alergi terhadap protein telur.
Efek samping: demam, ruam kulit, pembengkakan kelenjar pipi atau leher, nyeri dan kaku sendi yang sementara, jumlah trombosit meurun sementara.
Influenza
AGGREIPAL SI®
FLUARIX®
Dosis vaksin influenza:
1 dosis=0,5ml secara intramuskular atau subkutan
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Vaksin influenza digunakan untuk profilaksis penyakit influenza. Perlindungan akan terjadi setelah 2 minggu setelah vaksinasi dan akan bertahan beberapa bulan hingga 1 tahun.
Peringatan: Tunda pemberian pada keadaan demam berat/infeksi akut.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas, riwayat Guillain Barre Syndrome (GBS).
Efek Samping: Kulit kemerahan, nyeri, bengkak, indurasi, nyeri tekan pada tempat penyuntikan, tidak enak badan, lelah, menggigil, demam ringan, sakit kepala, berkeringat, myalgia, artragia.
Tetanus (TT)
VAKSIN TT (TETANUS TOXOID)
BIOFARMA
Dosis vaksin TT:
1 dosis=0,5ml secara intramuskular
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan perlindungan terhadap tetanus noenatorum pada wanita usia subur (WUS)
Vaksin ini bekerja dengan merangsang tubuh membentuk antibody terhadap tetanus.
Kontraindikasi: Reaksi hiber berat terhadap dosis vaksin TT sebelumnya; Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
Peringatan: Tunda pemberian pada keadaan demam berat/infeksi akut.
Efek samping: Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, serta kadang-kadang demam.
Catatan: Vaksin TT aman diberikan pada wanita hamil.
Meningokokkus
Mencevax-ACWY®
Dosis vaksin menigokokkus:
1 dosis=0,5ml secara subkutan
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Vaksin polisakarida meningokokkus yang terdiri dari serotipe A, C, W-135 dan Y sebaiknya diberikan bagi yang melakukan perjalanan ke suatu dareah berisiko terinfeksi meningokokkus terutama untuk mereka yang akan bepergian ke daerah tertentu atau hidup atau bekerja dengan penduduk asli selama terjadi kejadian luar biasa (KLB)
Saudi Arabia memberlakukan kewajiban untuk imunisasi vaksin tetravalent A, C, W-135 dan Y bagi calon jemaah haji selama musim Haji dan Umroh.
Peringatan: Tunda pada pasien yang menderita demam berat.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas pada komponen vaksin.
Efek samping: Eritema, indurasi ringan, nyeri daerah penyuntikan.
Tifoid
TYPHERIX®
Dosis vaksin tifoid:
1 dosis=0,5ml secara intramuscular
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Imunisasi tifoid dianjurkan untuk wisatawan yang berkunjung ke negara yang sanitasinya masih belum memadai, pekerja laboratorium yang menangani spesimen dari kasus yang dicurigai.
Peringata: Tunda pada pasien yang menderita demam berat.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap salah satu komponen vaksin atau riwayat alergi terhadap vaksin tifoid sebelumnya.
Efek samping: Rekasi lokal, termasuk sakit, bengkak, atau eritema, dapat timbul 48-72 jam setelah pemberian vaksin. Gejala lainnya demam, sakit kepala, sakit seluruh tubuh, malaise, mual, gatal. Anafilaksis.
Rabies
VERORAB®
Dosis vaksin rabies:
1 dosis=0,5ml diberikan secara intramuskular (deltoid)
Cara pemberian:
2 dosis langsung pada hari 0 (saat terpapar)
1 dosis pada hari ke-7
1 dosis pada hari ke -21
(dosis dewasa=dosis anak)
Imunisasi profilaksis dengan vaksin rabies sel diploid manusia harus diberikan kepada merka yang beresiko tinggi.
Kontraindikasi: Tidak ada kontraindikasi yang spesifik terhadap vaksin. Karena tidak ada data bahwa abnormalitas fetus berhubungan dengan imunisasi rabies, kehamilan tidak dianggap sebagai kontraindikasi untuk profilaksis pasca pemaparan.
Egek samping: Reaksi local berupa nyeri, eritema, edema, pruritus pada daerah injeksi. Reaksi sistemik berupa demam, menggigil, pingsan, lemas, sakit kepala, pusing, arthralgia, myalgia, mual, nyeri abdomen. Sangat jarang: reaksi anafilaksis.
Demam Kuning
(Yellow Fever)
Dosis vaksin yellow fever:
1 dosis=0,5ml secara subkutan
Waktu pemberian sesuai jadwal imunisasi
Indikasi: Untuk orang yang bepergian kea tau hidup didaerah infeksi endemik dan untuk staf laboratorium yang menangani virus atau yang menangani bahan klinis dari kasus yang dicurigai. Bayi < 9 bulan hanya diimunisasi bila resiko demam kuning tak terelakkan karena ada sedikti resiko untuk menjadi ensefalitis.
Kontraindikasi: gangguan respon kekekbalan, atau mereka pernah mengalami reaksi anafilaksis terhadap telur; tidak boleh diberikan selam akehamilan (tetapi bila ada resiko paparan yang nyata, perlunya imunisasi melebihi resiko apapun pada janin.
Efek samping: Sakit kepala, demam, kelelahan, dan kaku (muncul 4-7 hari setelah imunisasi) Efek samping lain: myalgia, asthenia, limfadenopati, gatal, urtiaria, dan reaksi pada tempat penyuntikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Vaksinasi merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa.
Sera adalah serum polyclonal yang dibuat dari plasma darah donor sehat atau orang yang baru divaksinansi.
Bentuk sediaan vaksin atau sera yang beredar berupa sediaan injeksi, dan larutan
Saran
Untuk mendapatkan vaksin yang efektif hendaknya, para praktisi kesehatan yang melakukan vaksinasi mematuhi petunjuk penggunaan vaksin agar efek baik dari vaksin tersebut didapatkan dan efek samping dikurangi.
Praktisi kesehatan yang melakukan vaksinasi hendaknya sudah memiliki latar belakang ilmu tentang vaksin serta seluk beluknya agar dalam memvaksinasi tidak terdapat kekeliruan.
Dalam memvaksinasi para praktisi kesehatan tersebut sebaiknya juga melakukan konseling kepada para ibu dari bayi yang diimunisasi tentang efek yang mungkin timbul dari imunisasi serta menjelaskan bagimana cara menanggulanginya agar para ibu tersebut tetap melakukan vaksinasi sehingga cakupan imunisasi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,Umar Fahmi.2006.Imunisasi,Mengapa Perlu?.Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Anonim. 2012. Manfaat Vaksinasi bagi Anak, Keluarga dan Negara. http://infomanfaat.com/561/manfaat-vaksinasi-bagi-anak-keluarga-dan-negara/kesehatan. Diakses pada tanggal 10 April 2013
Anonim.2010.Jenis-jenis Vaksin http://www.historyofvaccines.org/content/articles/different-types-vaccines Diakses pada tanggal 10 April 2013
Anonim.2013. http://www.biofarma.co.id Diakses pada tanggal 10 April 2013
Anonim.2013. Pengertian Vaksin. http://www.who.int/topics/vaccines/en/ Diakses pada tanggal 10 April 2013
Cahyono, J.B. Subarjo B.2010. Vaksinasi Cara ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta : Kanisius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Thompson, June.2003. Toddlercare:Pedoman Merawat Bayi.Jakarta : Erlangga
Yusie.2009.Kelengkapan Imunisasi.(online).diakses dari lontar.ui.ac.id/file?...Kelengkapan%20imunisasi...p... pada tanggal 09 April 2013